ENDE : WARTA-NUSANTARA.COM-Ngalupolo dalam bahasa daerah setempat artinya Tanjung Suanggi atau Tanjung Setan. Ngalupolo adalah sebuah Desa dari sisi pemerintahan dalam wilayah Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende. Ngalupolo juga adalah sebuah Stasi dalam wilayah Paroki Wolotopo, Kevikepan Ende. Menjelajahi Ngalupolo betapa sulit. Mesti melewati jalan curam, terjal , jurang dalam dan barisan tebing menjulang tinggi. Namun justeri dari Tanjung Suanggi itu, benih iman dan panggilan hidup membiara tumbuh subur dan kini berubah menjadi Tanjung Rahmat.
Mengapa Ngalupolo, sontak jadi begitu populer belakangan ini. Karena di Tanah dan Tanjung Suanggi ini lahir sedikitnya Tiga Puluhan Biarawan dan Biarawati. Karena itu, tidak salah jika Ngalupolo yang adalah Tanjung Suanggi atau Tanjung Setan kini berubah menjadi Tanjung Rahmat dan berkat bagi umat Allah. Di Tanah Ngalupolo ini lahir puluhan imam, suster, bruder dan frater dan menjadi misionaris dimana-mana dan bahkan ke manca negera. Tidak heran jika Pater Frans Ndoi menjuluki Ngalupolo, Tanjung Suanggi menjadi Tanjung Rahmat.
Salah satu putra terbaik dari Stasi Ngalupolo adalah Pater Yosep Ola Sbhe, SVD yang adalah putra tunggal dari Almahrum Karolus Sbhe dan Almahruma Mama Maria Sana Imu merayakan Perak Imamat di Stasi Ngalopolo, Jumat, 7/102022. Yubilaris Pater Yosep Ola Sabhe, SVD yang kini menjadi Pastor Paroki Santu Arnoldus Janssen Waikomo (SAJW), Dekenat Lembata, Keuskupan Larantuka itu memilih moto tahbisan: “Yang Tunggal Itu” (Kej 22:2) tentu saja pilihan sangat tepat.
Perayaan Perak Imamat bagi putra tunggal Pater Yosep Ola Sabhe, SVD sungguh luar biasa dijemput secara adat , tradisi dan budaya setempat sejak Kamis, 6/10/2022. Menjadi menarik, karena acara penjemputan tersebut melibatkat seluruh umat Ngalupolo baik Katolik maupun Muslim. Bahkan ketika perarakan masuk ke Gereja Hati Amat Kudus Yesus Kristus umat dan undangan diterima oleh Kepala Desa Ngalupolo, Muhammad Ziki dan istrinya di Gerbang masuk Gereja. Suasana misa akbar semakin meriah karena disemarakan Koor dari OMK St Yosef Onekore.
Pater Yosep Ola Sabhe, SVD yang merupakan pastor kelima dari Stasi Ngalopolo memimpin perayaan ekaristi Perak Imamat itu didampingi sedikitnya 10 (Sepuluh) Imam Konselebran. Yakni, Pater Frans Ndoi, SVD, Rektor Biara St Yosef Ende, Romo Edy Dopo,PR, Vikep Ende, Wakil Provinsial Ende, Pater Patrisius Paa, SVD, Pater Yosef Seran, SVD, Pater Markus Tulu, SVD, Pastor Paroki Wolotopo, Romo Steven Nara,PR, , Pater Marsel Wangu, SVD, Misionaris Afrika, Romo Deny Nuwa, PR, Pater Eman Wero, SVD, dan Pater Miky Purek, SVD utusan dari Paroki SAJW, dekenat Lembata. Sedangkan tokoh awam dan Pengurus DPP SAJ Waikomo yang hadir adalah, Wens Muga Wutun, Karolus Kia Burin, dan Lorens Ofong.
Rektor Biara St Yosef Ende, Pater Frans Ndoi, SVD dalam Kotbah-Homili mengatakan, Pater Yosep Ola Sabhe memilih moto sangat tepat: “Yang Tunggal Itu” yang diambil dari Kitab (Kejadian 22;2). Menurutnya, Pater Yos terinspirasi dan bercermin pada Kitab Kejadian. Dimana Abraham benar-benar menjadi teladan dan menyahuti perintah Tuhan. Teks yang benar adalah Tuhan menguji iman Abraham. Iman kita mesti duji. Sama halnya seperti anak-anak sekolah mau tamat harus diuji apakah ia lulus ujian atau tidak.
Ternyata, urai Pater Frans Ndoi, Abraham, bapak bangsa Israel itu teruji imannya dan mengikuti perintah Tuhan dimana ia siap memberikan dengan tulus hati anaknya Izak menjadi kurban persebahan bagi Tuhan. Bahkan Pater Frans menilai bahwa Abrahan secara diam-diam mengikuti perintah Allah itu. Ia tidak mau diskusi atau memimta saran isterinya Zarah tentang anak tunggalnya yang hendak dipersebahkan kepada Tuhan. Ia kuatir jangan-jangan Zarah justeru tidak mengabulkan perintah Allah itu sendiri. Cinta Abraham kepada Tuhan benar-benar teruji dengan mempersembahakan putra tunggalnya, Izak. Meski kemudian ada anak domba menjadi pengganti kurban persembahan.
Menurut Pater Frans, ketulusan hati Abraham juga setidaknya tersirat dalam diri orangtua Yubilaris, dimana bapak Karolus Sabhe dan mama Maria Sina Imu begitu iklas pula menyerahkan putra tunggalnya, Yosep Ola Sabhe menjadi seorang imam dan misionaris yang saat ini kita merayakan perak imamat. Perjalanan panggilan hidup membiara sang Yubilaris sempat mendapat tantangan hebat ketika ayahnya jatuh sakit. Hati Yubilaris pun tergoncang apakah harus meninggalkan jalan panggilan ini.
Namun ia tetap tegar menghadapi tantangan dan tetap berpegang teguh dengan moto yang dipilihnya, “Yang Tunggal Itu”. Mengapa ?Lanjut Pater Frans Ndoi, Sang Yubilaris adalah Putra Tunggal. Keluarga rela memberi yang tunggal itu. Sang Yubilaris hanya mau dengar suara Tuhan. Sebagai manusia biasa ada godaan juga. Tetapi dibawah moto, Yang tunggal itu, Yang satu itu. Yubilaris tidak mau mengubah pilihan yang satu itu, dan tetap setia pada yang satu itu.
Pater Frans Ndoi lalu menutup Kotbah-Homili dengan sebuah Pantun bernas bermakna motivasi atas panggilan sebagai berikut :
Dengan mobil dari Ngalupolo dari Ende, Di bukit terjal hati penumpang berdebar-debar, Lelaki tunggal anak guru Karolus sabhe, Dipilih Tuhan jadi gembala Sang Mahabesar
Tanam bengkuang putih pisang beranga, Dibawa jual ke pasar Wolowona, Dari Ngalupolo pergi ke tanah Afrika, Dipilih Tuhan jadi pastor di Tanah Kenya
Berdiri tegak di cadas hitam, Gunung Meja terpandang terang,Yosep Ola Sabhe berkulit hitam, Hatinya putih terus membawa terang
Mari berpesta makan jagung bose, Tuhan setia dalam hidup misionaris, Bersyukur bersama orang Waikomo bagi tuan Sabhe, Selamat berpesta Sang Yubilaris.
(Karolus Kia Burin/WN)