BANDUNG : WARTA-NUSANTARA.COM-Eugen Enzo Korohama, Sang Desainer dan Pemenang (Juara l) SayambaraLogo/Lambang Daerah Kabupaten Lembata meminta Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lembata untuk kembali menggunakan Lambang Daerah Asli hasil sayembara tahun 2000 yang telah pula ditetapkan dalam Peraturan daerah Kabupaten Lembata.
Pandangan dan harapan Eugen Enzo Korohama, putra asal Desa Nelayan Lamalera, Lembata yang kini berdomisi di Kota Kembang Bandung, Provinsi Jawa Barat itu dikemukakan dalam percakapan dengan Warta Nusantara, jumat, 21/10/2022. Ia menilai bahwa Lambang Daerah yang digunakan oleh Pemda Lembata saat ini telah mengalami perubahan yang mungkin saja ulah pihak tertentu yang memodifikasi ulang dimana hal tersebut merupakan pelanggaran hak cipta yang dilindungi Undang Undang.
Menurut Eugen Enzo Korohama, Logo/Lambang Daerah yang sah adalah berdasarkan Perda tahun 2000 merupakan hasil sayembara. Berdasarkan hasil penilaian Tim Penilai Sayembaya terdiri dari tiga orang yakni, Markus Sidhu Batafor, Emil Diaz dan Agus Baro Wuran dimana kami ditetapkan sebagai juara/pemenang pertama sayembara tersebut. Ketika itu, Kabag Humas Setda Kabupaten Lembata, Rofinus Laba Lazar adalah Ketua Panitia Sayembara tahu persis proses dan hasil sayembara ini.
” Dengan demikian Lambang Daerah hasil desain saya yang dipakai berdasarkan Perda tahun 2000. Karena itu, saya minta kepada Pemda Lembata kembali menggunakan lambang daerah Lembata yang sah dan bukan hasil modifikasi”, tegas Emzo Korohama sembari menjelaskan Makna Lambang daerah Lembata yang asli sebagai berikut :
MAKNA LOGO/LAMBANG DAERAH KABUPATEN LEMBATA HASIL SAYEMBARA TAHUN 2000
- Gambar Bingkai Segi 5/poligon, Melambangkan Pancasila, Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana Kab. Lembata adalah bagian tak terpisahkan dari NKRI. Bingkai dengan sedikit lekukan terinspirasi dari kata Bata (Batan/batang) yang bermakna ‘perut’. Masyarakat Lembata baik penduduk asli maupun pendatang adalah bersaudara, hidup di dalam satu ‘perut’,satu Lama (Lem)/wilayah, terbingkai.
- Warna Merah dan Putih, Melambangkan Bendera NKRI. Masyarakat Kab. Lembata menghormati dan menjunjung tinggi nilai perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raga untuk terwujudnya NKRI. Warna Merah berarti Berani dan Teguh dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan, dan Warna Putih berarti Kesucian, Ketulusan dalam Pengabdian.
- Gambar Lingkaran Warna Biru, Gambar Lingkaran bermakna Utuh, Bulat, Tekad. Biru melambangkan laut. Pulau Lembata dikelilingi oleh laut. Sebagian kecil masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan. Salah satu desa di pulau Lembata, yang masyarakatnya bermatapencaharian nelayan penangkap ikan besar, Ikan Paus, secara tradisional dan sudah mendunia, adalah desa Lamalera. Laut tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Lembata. Laut dan darat adalah satu bagian utuh, bulat tidak terpisahkan. - Gambar Bintang, Melambangkan Sila Pertama dari Pancasila. Masyarakat Lembata adalah masyarakat religi, yang mengakui dan mendasari kehidupnya semata-mata sebagai pemberian dari Sang Sumber Kehidupan yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam Bahasa setempat disebut, Lera Wulan Tana Ekan. Tuhan sendiri yang menyinari tanah Lembata.
- Gambar Cangkang Kerang Besar/Buri, Buri dalam masyarakat tradisional digunakan (ditiup), untuk mengumpulkan massa. Mengumpulkan massa dengan Buri adalah panggilan persaudaraan sekaligus simbol kepatuhan terhadap pemimpin yang bijaksana.
- Gambar Ikan Paus, Melambangkan rezeki yang diperoleh melalui perjuangan dan pengorbanan diri manusia. Ikan Paus adalah mamalia laut terbesar, raksasa laut yang dalam tradisi masayarakat Lamalera Lembata diyakin sebagai pemberian/rezeki dari Tuhan untuk manusia dan itu hanya bisa diperoleh melalui perjuangan dan pengorbanan suci.
- Gambar Tujuh (7) lidah api, Api mernyala bermakna harapan, sinar di dalam kegelapan. Tujuh (7) adalah tanggal usulan, proses dimulainya Lembata menjadi Kabupaten, terpisah dari Kab. Flores Timur.
- Gambar Tiga (3) tungku, Tiga (3), bulan ketiga dalam kalender, Maret, adalah bulan usulan, proses Lembata menjadi daerah otonomi. Tungku bermakna sesuatu yang mentah harus diolah untuk menjadi matang, berproses, agar matang dan berguna. Tungku berkaitan erat dengan api dan apa yang dimasak.
- Gambar Ombak atau Gelombang Laut, yang terdiri dari Lima dan Empat Ombak atau Gelombang, symbol tahun dimulainya usulan atau proses Lembata menjadi daerah otonomi, Tahun ’54 (1954). Di dalam proses usulan ada usaha, ada dinamika, seperti ombak atau gelombang.
- Gambar Duabelas (12) bulir padi, Angka 12 melambangkan tanggal dimana disahkannya Lembata menjadi daerah otonomi terpisah dari Kab. Flores Timur. Padi melambangkan kemakmuran. Sebuah cita-cita.
- Gambar Sepuluh (10) kapas, Angka 10 melambangkan bulan 10 (Oktober), bulan dimana Lembata disahkan menjadi Kabupaten terpisah dari Kab. Flores Timur. Kapas putih adalah simbol hati yang bersih.
- Tahun 1999, Tahun 1999 adalah tahun terbentuk atau berdirinya Kab. Lembata secara defenitif, terpisah dari Kabupaten induk, Flores Timur.
- Gambar Wadah Siri dan Pinang, melambangkan :
a. Siri pinang : Laki-laki dan perempuan. Masyarakat Lembata seperti Siri dan Pinang, saling melengkapi, hidup di dalam satu wadah.
b. Simbol adat istiadat. Masyarakat Lembata menjunjung tinggi dan memegang teguh nilai-nilai luhur adat istiadat yang diwariskan leluhur turun temurun. Dalam urusan adat atau menerima tamu, siri pinang adalah hal mutlak pertama yang disuguhkan, simbol persaudaraan. - Tulisan : TAAN TOU. Taan Tou, Arti harafiah MENJADI SATU atau dalam arti lebih luas Gotong royong. Tekad masyarakat Lembata untuk saling bahu-membahu, saling menopang, bergotong royong mewujudkan cita-cita luhur terwujudnya masyarakat kabupaten Lembata yang adil dan makmur. ***(WN-01)