LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM-Imamat ini adalah Hadiah Istimewa dari Allah dan saya persembahkan untuk Ema, Bapa keluarga besar saya semua. Saya tidak bawa apa-apa dari tanah rantau. Tetapi ini yang bisa saya kasih untuk semua keluarga dan umat Allah di stasi dan paroki ini. Proses yang saya lewati menjadi imam merupakan sebuah perjalanan panjang yang sulit dan mendebarkan. “Hanya pada Allah Saja Kiranya Aku Tenang,” (Mazm. 62: 6). Moto yang saya pilih ini semacam nyanyian atau litani bagi jiwa saya yang akan selalu menemani perjalanan panjang yang sepi dan sulit ini.

Romo Markus Reinado Sakeng, Pr mengungkapkan isi hati tentang suka duka perjalanan imamatnya ketika menyampaikan sambutan pada Perayaan Misa Syukur Imamat di Gereja Stasi St. Petrus Puor, Paroki Boto, Dekenat Lembata, Senin, 31/10/2022. Perayaan Misa Akbar itu hadir mendampingi sejumlah imam selebran yakni Pastor Paroki Bato, Rm Emanuel Kewa Ama, Pr Pastor Paroki St Petrus Paulus Lamalera, RD Arnoldus Guna Konten, Pr RD Valerianus Wadan Konten, RD Robertus Lagamanu Sakeng, Pater Ignasius Ledot Kobun, SVD, dan RD Agustinus Genere Deona, Pr , Hadir pula sejumlah Frater, Suster dan Bruder serta umat dan undangan lainnya.

Mengawali sambutan, Rm. Reinado Sakeng berkisah, sudah belasan tahun kita jarang bertemu atau bahkan tidak sama sekali. Sekitar tahun 2007 say meninggalkan kampung, rumah, keluarga, suk lamak, lef enaj dan pergi untuk merantau. Saya yakin bapa-mama semua masih ingat siapa saya ditahun-tahun yang sulit itu. Bapa-mama pasti masih ingat si Kedele kecil waktu itu. Wajar kalau menganggap rendah dan meragukan saya dan dalam hati bilang, “Ne tak jad ale anak nakre re. Karena trek rekor masa remaja adalah tahun-tahun tersulit yang saya alami dalam proses pencarian jati diri. Dan akhirnya saya kembali lagi hari ini untuk membuktikan bahwa Misteri allah tidak dapat kita tebak atau kita duga-duga. Ia telah merancang dan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Syukur dan terima kasih yang besar kepada Allah.
“Saya tidak tahu mau mulai dari mana sambuta ini. Karena bapa, mama, dan keluarga semua pasti mengetahui dan merekam segala hal yang pernah saya lalui di kampung ini. Penantian panjang dibalut dalam doa-doa dan harapan yang besar dari keluarga akhirnya didengar dan dikabulkan oleh Allah. Seandainya waktu itu saya tidak keluar dari kampung ini maka perayaan hari ini adalah perayaan pernikahan bukan syukuran tahbisan imamat atau misa perdana”, ungkap Romo Reinaldo Sakeng,Pr.
Menurut Yubilaris Rm Reinaldo, tetapi Allah memanggil dan memilih saya untuk menjadi hamba dan pelayan untuk melayani umat-Nya di Pulau Sumba, tanah Merapu. Saya menyadari dengan sungguh bahwa perjalanan ,enjadi imam dipenuhi dengan gejolak dan akumulasi keributan-keributan di kepala dan dada saya dari waktu ke waktu. Terkadang saya mengalami kebuntuhan , pikiran dan hati kurang kondusif. Sukar diajak berkompromi. Terkadang saya merasa lelah, gerah, putus asa dan ingin berhenti di tengah jalan.
Namun pada akhirnya, lanjud Rm Reinaldo, saya menemukan bahwa hidup yang amat dikhawatirkan justeru merupakan proses kreatif Allah memurnikan panggilan saya. Saya merefleksikan bahwa peristiwa 20 Oktober kemarin (Tahbisan) tidak hanya menyoal tentang pengucapan janji dan penyerahan diri seutuhnya, tetapi juga sebagai pembuktian, bahwa salah satu hakikat Allah adalah Dia pandai membuat tanda heran. Mungkin saja selama ini timbul keraguan dari diri sendiri, dari banyak orang atau bahkan sejuta umat. Tetapi pada akhirnya saya paham, Allah sangat pandai merancang kejutan yang estetik dan luar biasa ini. Syukur kepada Allah untuk anugerah yang istimewa ini.
“Saya adalah seorang petualang dan peziarah yang dengan berani meninggalkan rumah, kampung halaman, orangtua, keluarga, warisan dan Allah yang saya cintai telah lebih dahulu menunggu saya di Sumba, Tanah Merapu Perjalanan panjang menjadi imam saya alami dalam kurun waktu sekitar 14 tahun melalui perjumpaan bersama orang-orang baik yang senantiasa mendukung dan mendoakan saya. Sungguh sangat wajar jika saya patut mengucapkan terima kasih untukmu semua”, ujar Rm Reinaldo Sakeng.

Sementara itu, Corvandus Sakeng, mewakili keluarga Suku Sakeng dan Kepala Suku dalam sapaannya di Tenda Resepsi mengatakan, hari ini kita diliputi rasa suka mendalam atas peritiwa iman ini. Karena itu, dalam sapaan keluarga ini saya awali dengan empat kata : Syukur, Terima Kasih, Harap dan Maaf.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena berkat dan anugerah atas imamat yang diterima oleh Rm Markus Reinaldo Sakeng, Pr menjadi seorang imam untuk melayani Tuhan dan Umat Allah. Sekarang Yubilaris sudah jadi imam dan masuk dalam deretan 6 orang pastor asal Stasi Puor, Paroki Boto dan menjadi pastor ketiga dari Suku Sakeng. Pada momentum berahmat ini pula kami keluarga patut menyampaikan terima kasih kepada Pastor Paroki Boto, Panitia dan semua pihak yang telah dengan caranya menyukseskan perayaan syukur ini. Harapan kami, jagalah kesucian imamat ini baik-baik dan kami semua memberikan dukungan dan doa agar dapat menghadapi tantangan dari dalam diri pribadi, keluaga dan komunikasi sosial terhadap imamat ini
Berdasarkan catatan Redaksi Warta Nusantara, ada tiga Master Of Ceremony (MC) yang menyemarakan acara penyambutan, Perayaan Misa Syukur Imamat dan Respsi yakni : Alexander Liman, Yeremias Dua Wuwur dan Yohanes Gelakot Alior. Ketiganya tampil menarik pada sesi acara masing-masing. ***.(WN-01)