Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
2 Sam.5:1-3; Kol.1:12-20; Luk.23:35-4
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Hari ini Gereja Katolik menutup Tahun Liturgi gereja, tahun C. Dan kita akan memasuki tahun liturgy gereja yang baru, – tahun A – pada Minggu I minggu Adventus. Bertepatan dengan itu, kita merayakan Pesta Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Alam semesta. Gelar ini menyimpulkan seluruh karya penyelamatan Tuhan terhadap seluruh ciptaan-Nya. Pesta ini mengandung pesan kepada kita bahwa Kristus itu telah menjadi raja bagi kita semua, raja seluruh alam semesta. Namun sifat kerajaan-Nya bukan seperti yang dihayati oleh dunia, termasuk sebagaimana yang dikisahkan dalam bacaan 1 Samuel tentang Daud yang diminta oleh bangsa Israel agar dia menjadi Raja Israel untuk menggembalakan umat-Nya.
“Lalu datanglah segala suku Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: “Ketahuilah, kami ini darah dagingmu. Telah lama, ketika Saul memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan TUHAN telah berfirman kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi rajat atas Israel.” Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN; kemudian mereka mengurapi Daud
Konteks Daud sebagai Raja Israel tidaklah demikian adanya untuk Yesus yang disebut juga sebagai raja. Bahkan Yesus dalam kesaksian biblis, dikatakan bahwa Dia adalah Raja keturunan dari Daud. Karena keturunan Daud, bukan berarti ke-raja-an Yesus yang disematkan kepada-Nya bukan karena Dia keturunan Daud, – bukan raja warisan takhta Daud – melainkan ke-raja-an rohania yang didapatkan-Nya dari Allah karena Dia adalah Putra Allah. Maka ke-raja-an Yesus adalah kerajaan tanpa batas, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kerajaan-Nya universal. Maka itu Yesus diberi gelar Raja Seluruh Alam Semesta. Jadi Yesus adalah Raja namun Dia tidak mempunyai singgasana. Dia pula tidak memiliki mahkota kerajaan. Tongkat kerajaan-Nya pun Dia tak punya. Ia juga bahkan tidak memiliki pasukan bala tentara, sebagaimana yang dimiliki oleh raja-raja duniawi. Maka konteks Yesus sebagai Raja benar-benar berbanding terbalik dengan kerajaan duniawi sebagaimana lazimnya.
Sebagai Raja Rohani, salib menjadi singgasana-Nya. Mahkota duri di kepala menjadi mahkota kerajaan-Nya. Kedua belas murid-Nya adalah “pasukan bala tentara-Nya.” Tongkat kekuasaan-Nya adalah Kasih, dan itu menjadi hukum utama yang diajarkan-Nya. Kerajaan-Nya adalah kerajaan Pengampunan penuh belaskasih. Kejayaan kerajaan-Nya Dia tunjukkan di saat Dia disalibkan bersama kedua penjahat. Tatkala Yesus disalibkan di antara dua orang penyamun, Yesus masih terus diolok-olok oleh seorang penjahat, katanya:” Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Olok-olokan itu justru tidak disetujui oleh penjahat yang lain. Maka dari itu, penjahat yang satu menegur penjahat lainnya itu, katanya:”
Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Dia sadar bahwa dia penjahat. Karena itu dia memohon pengampunan kepada Yesus, katanya:” Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Yesus tidak tunggu lama-lama untuk memberikan pengampunan kepadanya. Yesus hendak menunjukkan kepada orang banyak yang mengejek-ejek dan mencemooh Dia, kepada orang-orang Romawi yang menghujat Dia. Kepada semua orang yang telah berkontribusi atas kematian keji Yesus; Yesus hendak menunjukkan wibawa-Nya sebagai Raja, dengan bertitah, kepada penjahat yang akan diampuni-Nya:” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Istilah “Firdaus” dipakai untuk menunjukkan sorga atau kehadiran Allah. “Sorga” dan “Firdaus” menunjukkan tempat yang sama sebagaimana yang dikatakan Yesus dalam injil Yohanes:” Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada (Yoh. 14:1-4)”. Jadi, Perkataan Yesus kepada pendosa yang bertobat mengajarkan dengan jelas bahwa setelah kematian orang yang diselamatkan akan langsung ke hadirat Yesus dalam sorga, yakni Firus Abadi, – Yerusalem Baru.
Bertobatnya penjahat di atas salib menjadi kesempatan bagi Yesus untuk menunjukkan kuasa-Nya sebagai Raja yang Maha Pengampun. Bertobatnya penjahat ini, sejatinya juga mengeritik praktek kejahatan manusia di zaman Yesus dan juga di zaman pasca modern ini, yang sedang mempertontonkan kejahatannya yakni menghukum orang yang tidak bersalah. Menghukum orang yang tidak bersalah adalah suatu bukti yang paling meyakinkan tentang kebejatan hati manusia yang senang menyaksikan kekerasan, darah, dan kematian.
Kita melihat atau membaca tentang darah, kekerasan dan kematian pada gelanggang Romawi dan Yunani, tempat para gladiator saling bertempur yang bukannya diwarnai dengan tangis dan airmata melainkan para penonton justru bersorak-sorai sementara orang bertarung dan saling membunuh. Kita hari ini membaca/mendengar hal serupa dalam diri orang yang menyaksikan Yesus mati secara mengerikan di atas kayu salib.
Kematian Yesus dengan cara yang sedemikian tragis, bertujuan untuk mengubah kekerasan, darah dan kematian dengan kasih sayang, pengampunan dan penyelamatan. Kematian Yesus model ini hendak membangkitkan kasih dan kepedulian. Ia ingin agar kita melihat dampak dosa atas kehidupan manusia dengan pandangan yang penuh belas kasihan dan mendengarkan rintihan umat manusia yang menderita. Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Dampak dari kematian Yesus yang sedemikian itu bertujuan untuk mengubah kekerasan, darah dan kematian dengan kasih sayang, pengampunan dan penyelamatan.
Dengan demikian maka misi Yesus sebagai Raja Penyelamat telah tercapai, sebagaimana dirangkumkan dalam kata-kata santo Paulus:” Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; Di dalam Dia kita memiliki penebusankita, yaitu pengampunan dosa. Bila pengampunan dosa telah kita dapatkan maka, hari ini juga anda dan saya akan ada bersama-sama dengan Yesus di dalam Firdaus.” Agar kita layak mendapatkan bagian itu, kita pantas mengulangi kata-kata penjahat yang bertobat:” Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” ***