Oleh : RD Antonius Prakum Keraf
WARTA-NUSANTARA.COM-Oase Kehidupan, Minggu Advent I Th A : 27 November 2022|Yes 2:1-5|Mzm 122:1-2.4-5.6-7.8-9|Rm 13:11-14a|Mat 24: 37-44|Tobat selalu mulai dari diri sendiri |JALAN menuju sebuah perubahan selalu mulai dari dalam diri sendiri! Perang antara Rusia Vs Ukraina akan berhenti Jika Vladimir Putin, Presiden rusia bertobat dengan cara ‘membongkar dan membuang akar-akar kejahatan dari dalam diri sendiri!
Warta nabi Yesaya menegaskan tobat sebagai sebuah gerakan mengubah diri sendiri; mengubah pedang menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas!’ Segala pikiran dan emosi dari dalam hati yang menimbulkan kekerasan harus beralih menjadi kekuatan yang mendatangkan kemakmuran atau kesejahteraan bagi orang lain!
Tobat menuntut satu perubahan radikal, mencabut akar-akar budaya kekerasan dari dalam diri sendiri, dari dalam hati sendiri! Orang yang bertobat mengenakan dalam dirinya sendiri ‘pakaian belaskasih’, pakaian rohani. Seluruh hidupnya menjadi lebih missioner, lebih memiliki daya pengaruh positip yang menyembuhkan dan memberi hidup kepada orang lain! (Yes 2:1-5) Apakah ita sanggup menghentikan kekerasan mulai dari dalam diri kita sendiri? Tobat berarti mengubah diri sendiri agar lebih sanggup memikul beban orang lain!
Para peziarah mencapai kesempurnaan hidup di dalam Tuhan ketika mereka menyadari dengan mengubah diri mereka sendiri, mereka mulai lebih memperhatikan kesejahtraan atau kebaikan saudara-saudaranya! (Mzm 122:1-2.4-5.6-7.8-9) Apakah kita adalah peziarah yang mencapai kesempurnaan hidup dengan semakin rela memikul beban orang lain atau mengusahakan kesejahteraan orang lain?
Tobat selalu menuntut kesadaran baru dari dalam diri sendiri. Kesadaran baru selalu terarah pada ‘hidup baru’. Tanpa kesadaran baru orang tetap hidup dalam perbuatan kegelapan: pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan dan iri hati! Banyak kekacauan terjadi dalam keluarga dan masyarakat karena orang tidak pernah hidup dalam kesadaran baru di mana Yesus Kristus dan sabda-sabda-Nya sebagai tolok ukur dari seluruh tingkahlaku hidupnya! Bagaimana itu mungkin terjadi ketika mereka berhenti total berziarah ke rumah Tuhan untuk mendengarkan sabda-sabda-Nya yang menumbuhkan kesadaran yang selalu baru! (Rm 13:11-14a) .
Apakah kita memaknai tobat sebagai sebuah kesadaran yang selalu baru dalam Yesus Kristus sebagai tolok ukur perilaku kita sendiri? Kesadaran yang selalu baru menuntut dari setiap orang sikap ‘berjaga-jaga’ yang searti dengan mawas diri, kontrol diri sendiri! Orang pada zaman Nuh kehilangan kontrol diri!
Mereka tetap menghidupi perbuatan kegelapan hingga mereka tidak sadar diri ternyata air bah itu sedang datang dan melenyapkan mereka dan semua yang menjadi kebanggaan mereka! Kita belajar dari nabi Nuh yang tetap memiliki kesadaran baru, berjaga-jaga hingga ia dan keluarganya selamat dari ancaman air bah!
Pada minggu pertama advent, Yesus selaku Nuh baru membangun kesadaran kita untuk berjaga-jaga menantikan kedatangan-Nya ! (Mat 24: 37-44) Apakah kita memiliki kesadaran untuk berjaga-jaga seperti Nuh dan keluarga-Nya? Sejauhmana saya menyadari tobat sebagai sebuah kesempatan untuk mewujudkan kesadaran diri, mawas diri yang selalu baru?
(RD Antonius Prakum Keraf, Pastor Paroki Santa Bernadeta Siusourus Pujaone, Dekenat Adonara, Keuskupan Larantuka )**