Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes. 11:1-10; Rm.15:4-9; Mat.3:1-12
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini, secara khusus kita berjumpa dengan nabi Yohanes Pembatis yang berseru: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Makna dasar dari pertobatan (Yunani. _metanoeo_) adalah “berbalik”. Yang dimaksudkan adalah berbalik dari cara hidup yang jahat kepada Kristus, dan melalui Dia kepada Allah. Keputusan untuk berbalik dari dosa kepada keselamatan di dalam Kristus menyangkut hal menerima Kristus bukan hanya sebagai Juruselamat dari hukuman dosa, tetapi juga sebagai Tuhan atas kehidupan kita.
Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan dan sekaligus mengajak orang-orang di zamannya untuk berbalik dari cara hidup yang jahat. Cara hidup yang jahat selanjutnya digambarkan secara simbolis oleh nabi Yesaya dalam penyebutan binatang-binatang yang berbahaya: Serigala, macan tutul, singa, beruang, ular tedung dan sarang ular beludak.
Mendengar nama binatang-binatang ini, semua orang tentu sangat ketakutan dan oleh karena itu akan berlari untuk menghindari ancaman dari binatang-binatang buas itu. Dari binatang-binatang yang berperangai buas ini, muncul istilah-istilah yang sering kita dengar dalam kehidupan kita: serigala berbulu domba, licik seperti ular atau lidah seperti ular- bercabang dua-, homo homini lupus, menjadi serigala bagi sesama. Saya coba menyebutkan karakter jahat dari binatang-binatang buas itu. Serigala, binatang buas yang sangat ditakuti manusia dan hewan lainnya walau hanya mendengar lolongannya di malam hari. Ia menjadi binatang yang hampir tidak dapat dijinakan.
Sedangkan singa adalah binatang yang menakutkan , tubuhnya besar, gesit dan garang, buas dan menyeramkan. Singa memiliki taring yang gampang melumatkan mangsanya, punya kuku yang kuat yang mampu menerkam mangsa hingga tak berdaya, dan mencabik- cabiknya. Dan tentang macan tutul. Ia adalah hewan penyendiri, yang saling menghindari satu sama lain. Macan tutul merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan segala kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mereka memakan hampir segala mangsa dari berbagai ukuran. Mangsa utamanya terdiri dari aneka hewan menyusui, binatang
pengerat, ikan, burung, monyet, dan binatang-binatang lain yang terdapat di sekitar habitatnya. Pada umumnya, Macan tutul menghindari manusia. Namun dalam situasi-situasi genting, macan tutul dapat memangsa manusia. Macan Tutul dalam kitab suci adalah lambang kecepatan dan keganasan yang luar biasa. (Yes 11:6; Yer 5:6; Dan 7:6; Hos 13:7; Hab 1:8; Why 13:2). Tutul-tutul pada kulit macan tutul adalah symbol titik-titik dosa, sebagai sifat bawaan manusia yang berdosa, dan yang tidak dapat dihapus kecuali oleh anugerah Allah.
Lalu terakhir tentang beruang. Dilukiskan sebagai binatang liar yang berdiam di hutan. Merupakan binatang yang kejam, kadang-kadang menyerang manusia. Ia juga rakus, tetapi cerdik. Ungkapan ‘beruang yg kehilangan anak’ (2 Sam 17:8; Ams 17:12) mungkin adalah pepatah, sama halnya dengan Amos 5:19, ‘Seperti seseorang yg lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia’. Beruang lebih ditakuti daripada singa, karena kekuatannya lebih besar dan gerakan-gerakannya lebih sukar diduga. Saudara-saudara pertanyaan kita adalah, apakah binatang-binatang buas itu hanya memiliki sifat yang jahat dan kejam? Saya berusaha menyebutkan ciri khas “kebaikan” dari binatang-binatang itu. Pertama, serigala merupakan hewan yang sangat bersifat sosial. Mereka cerdas, memegang teguh prinsip hierarki, monogami, dan tidak akan meninggalkan anggotanya sendirian. . Hidup berkelompok dengan solidaritas tinggi.
Kedua, singa juga memiliki berbagai sifat yang patut kita jadikan sebagai pelajaran, seperti ketenangannya dalam berburu dan setia kepada kawanannya. Singa itu binatang kuat-perkasa. Maka dari itu Santu Agustinus mengatakan:” Kebenaran itu seperti singa. Kamu tidak harus mempertahankannya. Kebenaran itu akan mempertahankan dirinya sendiri.”
Selanjutnya, singa, oleh Murray Zimiles digambarkan sebagai symbol pembela iman, kekuatan, keberanian, ketabahan, dan keagungan.” Singa juga mengajar untuk menghindari konfrontasi, tetapi untuk berdiri dengan ganas bila perlu. Melalui kekuatan cinta, kelembutan, dan kesabaran, singa menyatukan komunitasnya.”
Ketiga, ular adalah simbol kesuburan, kehidupan dan penyembuhan. mendatangkan keberuntungan” Bahkan menurut tradisi Ibrani, ular diasosiasikan dengan keilahian. Keempat, macan tutul dianggap simbol kemakmuran.
Rupanya pengetahuan Nabi Yesaya tentang binatang-binatang liar yang memiliki sisi negative dan sisi positive cukup cermat. Maka dari itu, ia melanjutkan tulisannya sebagai berikut:” Serigala akan tinggal bersama dombadan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.”
Lukisan teks Yesaya ini menggambarkan bahwa sifat-sifat buruk manusia yang digambarkan dalam karakter binatang-binatang buas, jahat dan menakutkan itu akan berbalik menjadi “binatang-binatang” yang bersahabat dengan sesamanya, – homo homini socius-. Sebagai sahabat, binatang-binatang dan anak manusia hidup bersekutu, rukun bersaudara dan harmonis.
Binatang-binatang itu menjadi symbol pembela iman, kekuatan, keberanian, ketabahan. Pada akhirnya, penyebutan binatang-binatang itu membawa keberuntungan, keselamatan , dan keagungan dalam proses pengilahian yang terjadi karena kedatangan Yesus. Karena itu maka pada akhir tulisan nabi Yesaya, ia menyimpulkan bahwa tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busukdi seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumipenuh dengan pengenalan akan TUHAN.
Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih, kita manusia sering disebut sebagai binatang yang berakal budi. Maka di dalam diri kita, kita memiliki tabiat-tabiat jahat seperti binatang-binatang buas tadi. Namun hari ini, Yohanes berseru Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat. Maka sudah saatnya, untuk berbalik. Berbaliklah dari perangai jahat dan kejam dan jadilah seperti “binatang-binatang yang berakal budi” yang hidup dalam komunitas yang saling melindungi, persekutuan yang penuh damai, aman dan tenteram.
Tetapi bila kita bersikeras untuk tetap di jalan kita, tidak berbalik dari jalan yang salah kepada jalan yang benar, maka kita akan disebut sebagai keturunan ular beludak, sebagaimana kecaman Yohanes Pembaptis terhadap ahli-ahli taurat dan kelompok orang saduki dalam injil hari ini. Terhadap dua kelompok ini, Yohanes mengecam:” Hai kamu keturunan ular beludak. aku berkata kepadamu kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” Agar kita tidak dikecam sebagai keturunan ular beludak maka marilah kita wujudnyatakan seruan Yohanes Pembaptis:” Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat.” ***