Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes. 62:1-5; Kis. 13:16-17.22-25; Mat.1:18-25
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, bila kita masih ingat kotbah saya minggu yang lalu tentang Yusuf yang tulus hati mengambil Maria atas Wahyu Ilahi, atas inspirasi Allah sendiri, untuk menunjukkan historitas Yesus, – Allah sebagai Manusia -. Daftar silsilah ini menunjukkan bahwa Matius menetapkan Yesus adalah keturunan Daud yang sah dengan merunut garis keturunan Yusuf yang berasal dari keluarga Daud. Dengan silsilah itu hendak ditunjukkan juga bahwa Yesus adalah seorang Manusia Sejati, Tokoh yang sejak awal mula dijanjikan Tuhan kepada Abraham, bapak segala orang beriman dan yang selanjutnya diteguhkan dengan kebesaran Raja Daud. Dengan itu kita lalu mengakui bahwa Yesus adalah benar-benar manusia, tetapi juga Dia adalah Tuhan.
Bahwa Yesus itu sungguh manusia, malam hari ini injil Matius memulai pemberitaan kelahiran Yesus dengan menyebut Daftar Silsilah Yesus pada bagian pertama injilnya dan bagian kedua injilnya adalah Kabar Sukacita tentang Kelahiran Yesus. Jadi, Matius mulai dengan daftar silsilah ini, yang merunut garis keturunan Yesus melalui garis Yusuf sebagaimana kebiasaan Yahudi ketika itu (ayat Mat 1:16). Walaupun Yusuf bukan merupakan ayah Yesus secara biologis (ayat Mat 1:20), ia tetap merupakan ayah Yesus secara hukum. Karena Allah sudah berjanji bahwa Mesias akan menjadi keturunan Abraham sampai kepada Daud maka Matius merunut silsilah Yesus sampai ke kedua tokoh ini untuk membuktikan kepada orang Yahudi bahwa Yesus mempunyai silsilah yang tepat sehingga memenuhi syarat sebagai Mesias.
Maka pelukisan bagian pertama Injil Mateus tentang Daftar Silsilah Yesus, pertama-tama hendak meyakinkan orang Yahudi bahwa orang-orang yang disebutkan itu adalah benar-benar nenek-moyang Yesus secara historis. Bila orang mengenal riwayat tokoh-tokoh yang disebutkan dalam silsilah itu tentu akan menikmati bacaan ini. Namun demikian, tak banyak yang dapat mengenali satu persatu para leluhur Yesus itu. Orang Yahudi yang biasa pada zaman dulu pun tidak tahu riwayat masing-masing tokoh itu. Matius pun sadar akan hal ini. Oleh karena itu, pada akhir silsilah ini, yakni pada ay. 17, diberikannya sebuah rangkuman. Ada 14 keturunan dalam masing-masing dari ketiga masa dalam kehidupan bangsa Israel tadi.
Sedangkan, pesan injil Mateus kepada para pembaca dan pendengar , – termasuk kita pada hari ini – adalah pesan simbolik melalui penyebutan angka 14. Pertanyaannya adalah apa makna angka 14 ini? Angka 14 ialah hasil dari 2 kali 7 yang disebutkan dalam rangkuman injjil Matius ini. Angka yang melambangkan keutuhan (yang ilahi dan insani) yang teramat keramat, suci-kudus sifatnya. Dua kali angka 7 berarti sungguh keramat, sungguh suci-kudus. Yang amat keramat ini terulang tiga kali. Pengulangan tiga kali ini juga khas. Bila dua kali berarti menggarisbawahi pentingnya. Sedangkan tiga kali menunjukkan suasana khidmat (Ingat seruan para serafim dalam Yes 6:3 “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan …!” yang juga dipakai dalam liturgi ekaristi).
Oleh karena itu, jelas bahwa tiga kali penyebutan 2 kali 7 keturunan dalam silsilah Yesus itu dimaksud untuk menyatakan bahwa Yesus, Anak Allah Keturunan Daud itu, sungguh amat keramat, suci dan kudus. Karena itu maka dengan menyebutkan angka ini, Mateus sebenarnya hendak mengajak kita sekalian yang sedang merayakan kelahiran Yesus, Anak Allah yang Kudus itu untuk bersikap khidmat dan hormat dalam menghadapi kenyataan yang teramat keramat, yakni peristiwa kelahiran Yesus yang diceritakan dalam ay. 18-25, sebagai bagian kedua dari injil Mateus.
Pada bagian kedua Mateus memulai ceritanya sebagaimana kita telah dengar pada Minggu Advent IV yang lalu:” Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosamereka.” Hal itu terjadi supaya genaplahv yang difirmankan Tuhan oleh nabi “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuelw ” –yang berarti: Allah menyertai kita.” Warta sukacita tentang kelahiran Yesus melalui seorang anak dara sebagai sebuah peristiwa keramat, sacral, – kudus-suci .-
Karena itu maka untuk kita yang pada malam hari ini merayakan kelahiran Yesus, Mateus mengingatkan kita semua untuk memaknai peristiwa kelahiran Yesus, Anak Allah yang kudus itu sebagai sesuatu yang sungguh bermartabat, karena inilah moment Allah mensetarakan diri-Nya dengan manusia, dan serentak manusia mendapat pengilahian dirinya. Maka kelahiran Yesus tidak boleh dirayakan sebagai sebuah rutinitas, dan akhirnya kehilangan makna keagungnya. Kelahiran Yesus juga tidak boleh dirayakan sebatas pada ritus-ritus sacral dalam perayaan suci-kudus Malam Natal, melainkan perlu diwujudnyatakan dalam keseharian hidup kita di tengah masyarakat. Maka Natal, adalah juga moment perutusan, di mana kita semua, anda dan saya, tanpa kecuali diutus untuk mewartakan cinta dan damai.
Ajakan Mateus di atas, dipahami juga bahwa Yesus, Anak Allah yang Kudus, adalah Imanuel, – Allah menyertai kita – karena itu Dia akan dating dan tinggal di dalam hati kita semua, satu demi satu. Maka Perayaan Natal tidak boleh hanya ditampilkan perubahan-perubahan fisikly-lahiriah, kue-kue natal, benderangnya kerlap-kerlip lampu natal, pakaian baru dan bahkan rambut pun baru, tetapi lebih dari itu, yang mau disoroti Mateus adalah perubahan bathinia-rohania: Hati yang jauh dari dengki-dendam, hati yang jauh dari irihati dan curiga-cemburu. Singkat kata: Hati putih-suci, sebagai tempat bersemayamnya Yesus, Anak Allah Sang Imanuel. Ketika hati putih-suci sudah siap maka pemberitaan Kelahiran Yesus akan menjadi berita sukacita, dan karena itu akan disambut di dalam hati dengan penuh sukacita sebagai manusia yang sudah di-ilahi-kan dalam peristiwa agung Sabda sudah menjadi Daging dan tingga di antara kita.
Maka, kita yang merayakan kelahiran Yesus ini diutus oleh Bayi Natal untuk tidak sendiri bergelimang sukacita natal dengan menikmati kue-kue natal sendiri, tetapi hendaklah bermisi keluar untuk mewartakan damai dan cinta, kasih sayang dan penghormatan kepada siapapun yang kita jumpai di moment malam kudus suci ini. Bila ini yang dilaksanakan maka Yesus, Anak Allah yang Kudus sebagai Imanuel itu sungguh telah tinggal menyertai kita, sekarang ini hingga selama-lamanya……AMIN!!