Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes.52:7-10; Ibr.1:1-6; Yoh. 1:1-18
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, kita mustinya patut bersyukur kepada Tuhan karena kita masih diberikan waktu hidup, walau kita benar-benar terhimpit oleh ancaman virus corona yang dahsyat. Kita pun patut berterimakasih kepada pemerintah, karena dengan semboyan pemerintah Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat. benar-benar tercapai, setelah PPKM dinyatakan tidak berlaku lagi oleh presiden.Kendatn demikian kita harus menerapkan prokes.
Dengan itu, kita pun lega, karena gereja-gereja telah dibuka kembali, dan kita pun akhirnya merayakan pesta natal dengan sukacita. Maka tidak heran, music dan lagu natal berkumandang di mana-mana. Terlihat orang hilir mudik menyiapkan natal dengan penuh sukacita. Semua orang menyiapkan diri secara rohani dan jasmani untuk menyambut Natal, sebagai pesta sukacita.
Kita diajak bergembira dan bersorak sorai bukan tanpa dasar. Bila pada bacaan I dasar biblis diajak bergembira dan bersorak-sorai dasarnya adalah berita tentang kabar baik. Kabar baik itu adalah Allahmu itu Raja! Kabar baik yang berikut adalah kabar keselamatan bahwa Allah telah menebus umat-Nya.
“Bergembiralah,bersorak-sorailah bersama-sama, hai reruntuhanYerusalem! Sebab TUHAN telah menghibur umat-Nya, telah menebus Yerusalem.TUHAN telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa; maka segala ujung bumi melihat keselamatan yang dari Allah kita.”
Sedangkan menurut Surat kepada jemaat di Ibrani, alasan sukacita adalah Yesus, Anak Allah yang Kudus itu, pada hari ini telah diperanakan Tuhan. “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”
Maklumat Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini, adalah kata-kata yang secara khusus diucapkan Allah kepada Putra-Nya, Yesus Kristus Anak Allah yang Kudus. Atau dalam bahasa surat kepada Ibrani Paulus mengatakan bahwa sebutan itu khusus kepada Anak-Nya yang sulungtatkala Dia membawa-Nya ke dunia. Dan bahwa Anak Sulung-Nya itu adalah Anak Allah yang kudus maka Ia berkata: “Semua malaikat Allah harus menyembah Dia!“
Anak yang telah diperanakan pada hari ini oleh injil Yohanes disebut sebagai Firman. Sabda sudah menjadi Daging, yang dilukiskannya sebagai berikut:” Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanyabersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”
Saudara-saudara, Yohanes mengawali Injilnya dengan menyebut Yesus “Firman itu” (Yun. _logos_). Dengan menggunakan istilah ini bagi Kristus, Yohanes memperkenalkan-Nya sebagai Sabda Allah yang pribadi dan menunjukkan bahwa pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada manusia melalui Anak-Nya.
Yohanes memberikan kepada kita tiga ciri Yesus Kristus selaku “Firman itu”: Pertama, hubungan Firman dengan Bapa. Bahwa Kristus sudah ada sejak semula bersama-sama dengan Bapa sebelum dunia ini dijadikan (bdk. Kol 1:15). Dia sebagai Pribadi sudah ada sejak kekekalan, berbeda dari, namun dalam persekutuan abadi dengan Allah Bapa. Itulah maka iman kita mengakui bahwa Kristus tidak diciptakan; Dia adalah abadi, dan senantiasa dalam persekutuan kasih dengan Bapa dan Roh Kudus. Bahwa Kristus itu ilahi (“Firman itu adalah Allah”) karena Dia bersifat dan berhakikat sama dengan Bapa (Kol 2:9;
Kedua, Hubungan Firman dengan dunia. Bahwa melalui Kristus, Allah Bapa menciptakan dan sekarang menopang dunia ini (ayat Yoh 1:3; Kol 1:16; Ibr 1:2).
Ketiga, hubungan Firman dengan umat manusia. “Firman itu telah menjadi manusia” (ayat Yoh 1:14). Di dalam Yesus, Allah menjadi manusia, yaitu memiliki sifat manusia tetapi tanpa dosa. Inilah pernyataan dasar dari penjelmaan: Kristus meninggalkan sorga serta memasuki keadaan manusia lewat kelahiran alami, melalui rahim Maria. Saudara-saudaraku, ketika Sabda menjelma menjadi manusia, itu artinya bahwa Allah melalui putra tunggalnya Yesus Kristus menawarkan manusia untuk mengangkatnya menjadi anak-anak Allah. Maka dengan itu kita disebut sebagai Anak Angkat Allah.
Namun faktanya, tidak semua orang menjadi anak-anak Allah. Karena untuk menjadi anak Allah, seseorang perlu “menerima” (Yun. _elabon_ dari kata _lambano_) Kristus. Bentuk masa lampau ini menunjukkan suatu tindakan tertentu dari iman. Setelah tindakan iman untuk menerima Kristus, kita masih harus dituntut supaya ada tindakan percaya yang berkesinambungan. Kata “percaya” (Yunani. _pisteuousin_ dari _pisteuo_) merupakan bentuk partisipasi masa kini, yang menunjukkan tindakan berkesinambungan dan perlunya ketekunan dalam hal percaya. Supaya seorang menerima keselamatan yang sempurna, iman sejati harus berlangsung terus-menerus setelah tindakan pertama, yaitu menerima Kristus .
Orang hanya berhak menjadi anak angkat Allah apabila mereka setelah menerima Kristus harus berlangkah kepada tindakan kedua, yakni percaya dalam nama Kristus. Perlu untuk memperhatikan bahwa Yohanes tidak pernah menggunakan kata benda “kepercayaan” (Yun. _pistis_). Namun dia mempergunakan kata kerja “percaya” (pisteuo) sebanyak 98 kali. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Yohanes iman itu merupakan suatu aktivitas, sesuatu yang dikerjakan. Iman sejati bukanlah suatu kepercayaan yang statis dalam Yesus dan pekerjaan penebusan-Nya, melainkan suatu penyerahan yang penuh kasih dan menyangkal diri, yang senantiasa membawa seorang dekat kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Kalau demikian saudara-saudaraku, bagi kita yang merayakan Natal Yesus pada hari ini, menyadarkan kita untuk terus-menerus percaya kepada Yesus dengan penuh kasih, dan menyangkal diri, yang senantiasa membawa kita lebih dekat kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Ini berarti bahwa kita harus berusaha memiliki iman yang utuh-total kepada Yesus tetapi sekaligus memiliki iman yang kreatif-proaktif untuk selalu mewartakan kebaikan-kebaikan berupa sukacita, perdamaian dan pengampunan serta kerendahan hati untuk saling memaafkan sebagai buah-buah dari perayaan natal. Jika ini kita lakukan secara terus-menerus, tanpa pamrih, maka sejatinya kita pun telah membarui kelahiran kita, kita telah dilahirkan kembali dan layak menyandang predikat atributif sebagai anak-anak Allah.
Maka kila yang hadir di sini, telah berhak menyandang predikat sebagai anak-anak Allah, kita pun patut bersukacita karena bersamaan dengan pengakuan dan maklumat Allah kepada dunia bahwa Putra Tunggal-Nya adalah Anak yang berkenan kepada-Nya pada hari ini, saya kira, pengakuan Allah pun sama untuk kita semua:” “Anak-Ku Engkau! Engkau Telah Kuperanakkan Pada Hari Ini” ***