Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
“Salam Maria, Penuh Rahmat”
Bil. 6:22-27; Gal.4:4-7; Luk. 2:16-21
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, selamat memasuki Tahun yang Baru, tahun 2023. Hari pertama di tahun yang baru ini Gereja mengajak kita untuk menghormati secara khusus Maria sebagai Bunda Allah. Sebagai ilustrasi kotbah ini, saya mengutip Judette A. Gallares, r.c. dalam Buku yang berjudul Model-Model Keberanian: Perempuan Dalam Perjanjian Baru.
Ia menulis:” Berjilid-jilid buku sudah ditulis tentang Maria. Maria adalah seorang perempuan yang memiliki banyak nama dan gelar, dihormati berbagai bangsa dan keturunan. Ia telah mengilhami banyak kidung, doa, devosi, kesenian liturgis dan arsitekjur religious. Banyak Gereja dan Kaple yang dibangun dan diberi nama sebagai penghormatan terhadapnya. Sejumlah besar pesta dipersembahkan kepadany, dan banyak mukjizat dihubungkan dengan doa perantaraannya. Tampaknya tidak ada batas imajinasi Kristen tentangnya.Beraneka ragam devosi kepada Maria yang ada dewasa ini serta tempat-tempat perziarahan merupakan bukti bahwa Maria masih mendapat tempat yang utama dalam imajinasi orang-orang Kristen.”
Namun demikian, sejarah gereja masa lampau, tepatnya pada abad V, sempat berhadapan dengan aliran sesat yang meragukan ke-ilahi-an Maria sebagai Bunda Allah. Pokok ajaran sesat ini adalah bahwa Maria memang Bunda Yesus tetapi bukanlah Bunda Allah. Ajaran sesat ini dikutuk dalam konsili Efesus (431). Konsili suci ini kembali menegaskan bahwa Maria adalah Bunda Allah (Theotokos) karena Yesus Puteranya adalah sungguh-sungguh Allah.
Untuk menghormati Sang Theotokos, – Maria Bunda Allah – Paus Pius XI memasukannya dalam kalender liturgy katolik Perayaan Bunda Maria sebagai Bunda Allah membantu iman kita kepada Yesus sebagai sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Oleh karena itu maka dalam gereja katolik kita sering dengar istilah:” Per Mariam ad Jesum”, dan sebaliknya “Per Jesum ad Mariam”. Bahwa misteri tentang peran Maria tidak bisa dilepaskan dari misteri Kristus sebagai sungguh Allah sungguh Manusia. “Siapa yang mau mengikuti jalan Yesus, ia akan selalu menjumpai Maria, dan dari Maria lah ia belajar model kemuridan yang baik: selalu berada bersama Yesus dalam segala situasi.”
Saudara-saudaraku, pada awal tahun ini, tatkala kita merayakan pesta Maria Bunda Allah, kita disuguhkan bacaan I yang cukup menarik, sebagaimana saya kutip berikut ini:” TUHAN berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka: TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nyaj kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Selanjutnya, pada bacaan injil ditonjolkan sosok-sosok sederhana: para gembala yang datang menjumpai Maria, Yusuf dan Yesus dalam keremangan malam nan gulita. Dalam perjumpaan yang sunyi itu, Lukas mencatat:”
Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya..” Perlawanan sikap Maria yang menyimpan segala perkara di dalam hatinya dan merenungkannya dipertentangkan dengan sikap para gembala sebagaimana dilukiskan Lukas:” Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.” Gemba-gembala yang mengatakan itu kepada orang banyak karena terlebih dahulu mereka telah mendengar dari malaekat Tuhan. Mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.
Bila kita perhatikan baik-baik, Lukas terlebih dahulu menyebut nama Maria. Maria sebagai Hamba Tuhan yang melahirkan Sabda disebut pertama, menyusul Yusuf dan Yesus sang bayi. Apa artinya ini? Bahwa Maria memiliki peran yang penting dalam sejarah keselamatan. Dan bahwa karena itu Maria tidak mencuri kemuliaan Kristus tetapi Maria adalah karya sempurna Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh seorang teolog apologetic Scott Hahn. Sebelumnya beliau adalah seorang jemaat Kalvinis dan menganggap dirinya seperti Saulus yang menganiaya Gereja perdana, demikian dia juga menganiaya Bunda Maria.
Semakin lama ia menganiaya Bunda Maria, ia juga merasa semakin mencintainya. Selama bertahun-tahun ia menilai ajaran katolik tentang Bunda Maria dan devosi kepadanya sebagai penyakit yang mematikan di dalam diri orang katolik. Ia menilai orang katolik telah melecehkan karya sempurna Yesus Kristus dan merampas kemuliaanNya. Tetapi ketika ia mendalami Bunda Maria, ia menemukan bahwa ternyata Bunda Maria adalah karya sempurna Yesus Kristus dan pewahyuan teragung kemuliaanNya. Ia tidak lagi mencuri kemuliaan sang Putra, seperti bulan juga tidak mencuri sinar matahari.
Karena Maria sebagai perempuan sempurna maka dari itu ia digelari sebagai perempuan yang terberkati oleh karena Buah Tubuhnya. implikasinya ialah bahwa ia kemudian menjadi perempuan yang terpuji di antara semua wanita sebagaimana dalam penggalan doa Salam Maria. “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.”
Kita, yang pada tutup tahun, saya menyebutnya sebagai manusia paripurna, oleh karena kita mengalami peng-ilahi-an dalam diri Yesus, tentu menjadi orang-orang yang terberkati. TUHAN memberkati kita dan melindungi kita. TUHAN menyinari kita dengan wajah-Nya dan memberi kita kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepada kita dan memberi kita damai sejahtera. Maka dengan itu Paulus kepada jemaat di Galatia mengatakan bahwa kita diterima menjadi anak.Dan karena kita dalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
Pada hari Raya Maria Bunda Allah, saya mengajak kita sekalian untuk berdoa di dalam hati kita masing-masing: “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria Bunda Allah, Doakanlah kami yang berdosa ini oada waktu kami mati, Amin .”