Release: Alessandro M N Gonstal (Mahasiswa KKN-PPM UNWIRA di Desa Silawan Programm Studi Akuntansi)
BELU : WARTA-NUSANTARA.COM–Mahasiswa mahasiswi Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang yang sedang menjalankan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) semester ganjil tahun ajaran 2022/2023 di desa Silawan, Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste, terlibat bersama pemerintah desa Silawan membantu mempersiapkan Dusun Halibada dan Dusun Motabehar yang akan mekar atau terpisah dari Desa Silawan, menjadi desa sendiri dan bernama Desa Tukubesi.
Bentuk keterlibatan mempersiapkan berdirinya desa baru itu adalah melalui penyelenggaraan kegiatan sosialisasi tentang Penyelenggaraan Pemerintahan pada Bidang Pelayanan Umum, Kesehatan dan Pendidikan serta Pengelolaan Produksi Garam. Sosialisasi tersebut dilaksanakan di dusun Halibada, Jumad 27 Januari 2023. Kegiatan tersebut dilaksanakan di balai dusun Halibada dan dihadiri oleh masyarakat dari dusun Halibada serta dusun Motabehar, yang didamping langsung oleh Kepala Desa Persiapan Tukubesi, Yakobus Berek.
Penyelenggara kegiatan yang merupakan kolaborasi antara mahasiswa peserta KKN-PPM UNWURA dengan pemerintah desa Silawan, menghadirkan 4 pembicara yakni: Kepala Desa Silawan, Fernandes Kali, yang mengulas tentang Penyelenggaraan Pemerintahan pada Bidang Pelayanan Umum. Kepala Puskesmas Silawan, Yoriflen Orias Oematan,S.Km membahas tentang kesehatan dan pencegahan serta penanganan stunting.
Kepala SMP Negeri Silawan, Petrus Bere Bria,S.Sos.S.Pd membicarakan tentang Pendidikan. Materi tentang produksi garam disampaikan oleh Gerardus D Tukan, dosen Kimia FMIPA UNWIRA Kupang yang juga sebagai Ketua Panitia pelaksanaan KKN-PPM UNWIRA. Mahasiswa peserta KKN-PPMM UNWIRA di desa Silawan pun menyajikan tentang konsep kemasan garam berkapasitas 250 gram dengan nama produk atau brad ‘Garam Silawan’, jika produski garam yang telah dijalani secara tradisional oleh masyarakat dusun Halibada dan Motabekar berubah menjadi cara produksi modern daan terjadi peningkatan kuantitas produksi.
Kepala desa Silawan, Fernandes Kali mengemukakan bahwa berbagai persiapan lain mengenai dokumen-dokumen yang berkaitan dengan syarat pemekaran dan berdirinya sebuah desa baru, telah dan sedang dilaksanakan oleh desa induk (desa Silawan). Namun, banyak pula hal lain yang harus disiapkan terutama tentang kualitas hidup masyarakat calon desa baru. “Kita sudah mempersiapkan banyak hal lain sebagai syarat pemekaran desa, namun kita tidak bisa abaikan hal-hal tentang kualitas hidup masyarakat, menyangkut pendidikan, kesehatan dan pengetahuan tentang penerapan teknologi tepat guna, agar masyarakat desa baru nanti dapat mmeningkatkan taraf hidupnya. Kegiatan yang dibuat hari ini bersama anak-anak mahasiswa KKN dari UNIKA Kupang, merupakan tanggungjawab moril saya sebagai kepala desa induk, sebelum melepas kedua dusun ini menjadi desa baru, desa yang berdiri sendiri”.
Demikian kepala desa, Fernandes, sembari menambahkan bahwa masyarakat dusun Halibada dan dusun Motabekar harus memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan serta penguasaan teknologi tepat guna sebelum mekar menjadi desa sendiri. “Desa Induk Silawan dan desa persiapan, Tukubesi ini telah dijangkau oleh jalan Negara bernama jalan Sabuk Merah, yakni jalan raya berkualitas baik yang telahdibangun oleh Presiden Jokowi di kawasan perbatasan Negara, maka harus disertakan dengan pemberdayaan masyarakat sehingga jalan raya yang telah ada ini dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan ekonomi warga, terutama warga desa baru” Tandasnya lebih lanjut.
Usai pemaparan materi dan diskusi di balai dusun Halibada, kepala Desa Silawan, Fernandes Kali, kepala desa persiapan Tukubesi, Yakobus Bere, Pemateri tentang produksi garam, Gerardus D Tukan dan sejumlah petani garam tradisional dusun Halibada dan dusun Motabekur serta sejumlah mahasiswa KKN-PPM, berkunjung ke pantai Lo’ofoun Kanokarbot, ,lokasi produksi garam secara tradisional di tepi pantai. Di lokasi produksi gara tradisional tersebut, dosen Gerard menjelaskan inovasi-inovasi yang perlu dilakukan untuk evisiensi demi meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, yang disesuaikan dengan kondisi lokasi yang dinaungi hutan bakau.
Dari pantai Lo’ofoun Kanokarbot, kunjungan dan tinjauan lokasi dilakukan pula ke Lapangan Joni, lapangan tempat Joni melakukan panjat tiang Bendera tahun 2018 silam untuk menyelamatkan bendera Merah Putih yang tersangkut di ujung tiang bendera. Di pantai yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste itu, dilakukan survey untuk rencana produksi garam berbasis geomembran. Kepada mahasiswa UNWIRA Peserta KKN-PPM yang dari program studi Teknik Sipil, kepala desa Silawan meminta untuk dibuatkan design dan rancang anggaran pembuatan sarana produksi garam berbasis geomembran di tepi lapangan Joni tersebut*** (*/WN-01)