Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Leedalero
Yes. 58:7-10; 1 Kor.2:1-5; Mat.5:13-16
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu saudara-saudari yang terkasih, ketika kita memasuki minggu biasa yang ke-5, bacaan-bacaan suci menyinggung soal terang, cahaya. Pada bacaan I Yesaya mengangkat peringatan dan janji Allah kepada umat-Nya yang baru, sesudah pembuangan (Yes. 56:1 – 66:24). Secara khusus dalam bacaan Yes. 58:7-10, peringatan Allah dapat kita dengar sebagai berikut:”Lakukanlah yang benar dan patuhilah hukum-hukum Allah.” Peringatan Allah ini terkait dengan pelanggaran dan dosa umat Israel yang memberontak kepada Tuhan dengan menolak hukum-hukum-Nya. Mereka berlaku tidak jujur, tidak adil, dan tidak benar, serta menyembah berhala.
Secara lahiriah umat Israel tetap beribadah kepada Tuhan. Mereka membawa kurban dan persembahan yang ditentukan dan berpuasa pada hari raya – hari raya keagamaan. Namun sayang, semuanya itu tidak berarti apa-apa, jika mereka tidak memperlakukan sesamanya dengan hormat dan adil. Bagi Tuhan, ibadah yang sejati harus lebih dari sekedar kebaktian dan pujian rohani. Karena itu maka Yesaya memperingati orang Israel:” Supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas”
Peringatan untuk memperhatikan sesama yang menderita, untuk peduli bersesama, untuk menjadikan diri bagi sesama teristimewa yang menderita, akan mengalami kepenuhan janji Allah bila kita melakukannya tanpa pamrih; bila kita melaksanakan tanpa intrik tertentu; jika kita melakukan dengan tulus hati, maka terpenuhilah janji Tuhan ini:” Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar . terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.Pada waktu itulah engkau akan memanggildan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku!”
Kata-kata nabi Yesaya terangmu akan merekah seperti fajar; terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari, kemudian ditegaskan oleh Yesus dalam lanjutan kotbah-Nya di bukit dalam injil yang kita dengar hari ini. Yesus mengingatkan orang banyak itu bahwa:” Kamu adalah terang dunia.Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakanBapamu yang di sorga.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Yesus meminta kita untuk menjadi terang yang sesungguhnya. Maka kita tidak boleh menjadi terang yang setengah-setengah. Karena terang adalah sesuatu yang total/sempurna! Pandanglah terang itu. Apakah ada secercah kegelapan yang ada di sana? Terang itu adalah benar-benar terang. Tidak ada yang setengah terang. Tidak ada yang terang setengah-setengah. Tidak pula terang itu pura-pura. Tetapi sekali lagi, terang itu total sempurna.
Karena terang itu harus total, maka ia menyerahkan dirinya melalui pengorbanan. Kita bayangkan saja sebuah pelita. Sebuah pelita mungkin tidak memberikan terang karena belum dinyalakan. Anda memiliki sebuah pelita, dan pelita itu tidak berbuat apa-apa – sehingga dinyalakan. Begitu dinyalakan muncullah terang. Terang itu membakar sumbu secara perlahan tapi pasti dan menghabiskan minyak secara perlahan dan pasti pula. Sumbu itu akhirnya hangus terbakar. Terbakar sampai habis. Demikian pun dengan lilin, ia memberikan cahayanya, dengan melebur hingga habis. Begitu sumbuh habis terbakar, begitu lilin meleleh tak tersisa, saat itu gelap pun tiba. Maka baik sumbu maupun lilin itu bisa dikatakan mati untuk memancarkan terang. Jadi terang, menyerahkan dirinya melalui pengorbanan.
Maka ketika kita disebut oleh Yesus bahwa Kamu adalah Terang Yesus pun mengharapkan dari kita:”Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang”. Ketika Yesus mengatakan bahwa kita adalah terang maka Yesus mengharapkan kita harus total menerangi. Tidak boleh setengah-setengah. Kamu adalah terang, maka bila hendak menjadi terang, tidak boleh ada perhitungan untung rugi. Atau, kita tidak boleh seperti garam yang tawar “Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
Jadi, kita harus menjadi terang yang benar-benar total dan tulus. Agar kita seperti “kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah.” Sebaliknya, kita tidak boleh seperti garam yang tawar yang dibuang dan diinjak orang.
Saudara-saudaraku, sampai pada titik ini kita bertanya apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan terang itu? Dalam konteks Nabi Yesaya, terang itu adalah perbuatan-perbuatan baik. Yesaya dengan tegas mengatakan:”engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri. Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kau inginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas.”
Apakah kita melakukan perbuatan-perbuatan baik hanya sebatas nasehat nabi Yesaya? Tentu tidak!! Kita berada di sekitar lingkungan kita. Maka perbuatan baik lain lagi yang harus dilakukan adalah peduli lingkungan. Menjadikan lingkungan hidup sebagai bapa, sebagai ibu, sebagai saudara dan sebagai saudari kita. Bila peduli bersesama dan peduli berlingkungan sudah dijalankan secara total dan tulus ikhlas maka terpenuhilah kata-kata nabi Yesaya:”terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.” Karena itu maka Yesus senantiasa mengingatkan kita dalam injil hari ini:” Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakanBapamu yang di sorga.” ***