Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Kej.2:7-9; 3:1-7; Rm. 5:12-19; Mat.4:1-11
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih, baru saja memasuki minggu pertama Pra Paskah I, kita langsung diperhadapkan dengan kisah Iblis menggoda Hawa. Kerja iblis ini tidak berhenti saja pada Hawa manusia pertama itu, tetapi berlanjut mencobai Yesus di Padang Gurun.
Dalam godaan I maupun II, godan atau pencobaan Hawa maupun Yesus selalu melalui sebuah dialog Misalnya dalam Bacaan I kita dengar: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Tetapi ular itu berkata kepada perempuanitu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Dari percakapannya dengan Hawa tersirat bahwa sebenarnya iblis tahu Allah memiliki rencana yang baik bagi manusia. Itu sebabnya ia ingin melakukan segala sesuatu untuk memasang perangkap agar manusia tidak akan menikmati apa yang telah Allah siapkan bagi manusia dengan membuat mereka jatuh ke dalam dosa. Bacaan I tadi mencatat:” Hawa melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya .“ Upayanya yang licik itu berhasil. Manusia jatuh dalam godaan. Manusia itu pun terlempar jauh dari keindahan Taman Eden.
Iblis tidak puas bila hanya menggoda manusia pertama. Adam dan Hawa. Ia terus melakukan aksinya. Maka dalam injil tadi kita dengar bahwa Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis. Tatkala iblis melihat saatnya yang tepat, pas Yesus berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, tanpa makan apapun, iblis binatang cerdik itu tahu bahwa kedagingan Yesus sebagai manusia sedang rapuh dan lemah. Dalam kerapuhan kedagingan Yesus ini, ujian mulai dimainkannya. Tidak main-main. Ia mencobai Yesus sebanyak tiga kali. Cara mencoba Yesus adalah dengan melakukan dialog dengan Yesus. Dan dialah yang memulainya terlebih dahulu, hal mana sudah pernah dilakukannya pada Hawa dan ia berhasil.
Pencobaan pertama mengenai keinginan daging (Mat 4:3-4), termasuk di dalamnya adalah semua keinginan fisik. Pada saat itu Yesus lapar iblis mencobai Dia:” Jika Engkau Anak Allah,z perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Namun Yesus menjawab dengan mengutip Ulangan 8:3.” Manusia tidak hanya hidup dari roti saja.
Pencobaan yang kedua mengenai keangkuhan hidup (Mat 4:5-7). Dimulai dengan aksi iblis sebagai berikut:”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Godaan kedua ini adalah godaan yang cukup berbahaya, yang telah menjatuhkan Adam dan Hawa. Inilah pencobaan yang digambarkan oleh rasul Yohanes sebagai “keangkuhan hidup“. Keangkuhan atau kesombongan adalah ibu dari segala dosa. Namun Untuk menangkal pencobaan ini, maka Yesus berkata kepada iblis:” Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
Dua kali mencoba Yesus dan ia gagal, ia tidak putus asa. Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Pencobaan ini berkaitan dengan kekuasaan. Yesus tahu ya paling Berkuasa adalah Bapa-Nya. Karena itu pada pencobaan ketiga ini, Yesus dengan lantang mengusir iblis :” Enyalah Kau! Dan seketika itu juga iblis meninggalkan Yesus. Kali ini, godaannya gagal total.
Saudara-saudaraku, pernahkah terfikir oleh kita, mengapa Allah melalui Roh Kudus-Nya yang membawa Yesus ke padang gurun untuk memberikan Pura-Nya dicobai oleh iblis? Bukankah Yesus adalah Allah? Mengapa Allah membiarkan Diri-Nya dicobai oleh iblis? Bukankah sebagai Allah, Yesus tahu bahwa Dia pasti menang melawan godaan iblis? Namun, semua hal ini dilakukan oleh Yesus bukan untuk Diri-Nya sendiri, namun dilakukannya untuk kepentingan manusia, makhluk yang dikasihi-Nya. Yesus membiarkan Diri-Nya dicobai untuk mengingatkan manusia bahwa manusia pada segala zaman, akan tetap selalu dicobai iblis. Selain itu, Yesus mau menunjukkan kepada manusia bagaimana strategi iblis menggoda manusia, yakni dengan mengutip firman-firman Tuhan. Dan yang trakhir adalah, Yesus mau mengajarkan kepada manusia, bagaimana menghadapi godaan iblis yang bertubi-tubi. Jadi, penggodaan Yesus merupakan suatu pelajaran bagi kita manusia, agar kita dapat mengikuti apa yang dilakukan-Nya, sehingga kita dapat mencapai keselamatan kekal.
Saudara-saudara, godaan yang gagal dilakukan iblis kepada Yesus, membuat dia “belajar” dari pengalaman itu. Karena itu dia tidak berhenti pada godaannya terhadap Yesus. Ia malah melebarkan sayapnya untuk mulai merambah ke seluruh dunia. Ia mencobai orang satu demi satu, tiada hentinya. Bahkan ia mencobai manusia dengan cara yang luar biasa licik nan manis yang tidak diketahui dan disadari oleh manusia, yakni bahwa ia sering “memperalat” orang-orang dekat untuk mencobai manusia “yang lebih kuat imannya”, sebagaimana yang ia lakukan pada manusia Hawa. Iblis tahu, Adam pasti kuat. Maka dari itu, iblis nan cerdik itu masuk memainkan godaanya melalui Hawa. Dan ternyata siasatnya berhasil gemilang. Apalagi, godaan itu dibumbui dengan mengutip Firman Tuhan.
Kata-kata di atas mau menyadarkan kita, mau membukakan mata bathin kita, bahwa kapan saja dan di mana saja, siapapun manusia itu, apapun status dan kedudukannya, iblis tidak peduli. Dia berdaya upaya untuk mencobai, untuk menggoda dan terus menguji manusia itu. Entahkah kita akan seperti Hawa yang pada akhirnya terlempar dari keindahan dan kesejahteraan Taman Eden, atau seperti Yesus yang berhasil mengusir iblis itu yang pada akhirnya, Dia didatangi malaikat-malaikat untuk melayani Dia?
Yang jelas, kita harus sadari bahwa ada begitu banyak pencobaan yang menjatuhkan kita karena daging kita memang lemah, namun kita memiliki Allah yang tidak akan membiarkan kita dicobai yang melampaui kekuatan kita; Dia akan memberikan jalan keluar (1 Kor 10:13). Oleh karena itu, kita bisa menjalani kehidupan yang bekemenangan. Agar kita terus-menerus hidup dalam kemenangan, maka kita pun musti keras untuk mengusir iblis:” Enyalah kau iblis!” ***