LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Semenjak jalan masuk SMA SKO SMARD ditutup secara paksa oleh Ibrahim Begu pada Minggu 19/2, Yayasan Koker Niko Beeker patut menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih untukPemerintah Daerah ( Pemda) Lembata dan khususnya Penjabat Bupati Lembata, Drs. Marsianus Jawa, M.Si sangat proaktif memediasi dengan dasar pertimbangan minimal agar anak-anak sekolah tidak dirugikan-terdampak oleh pemalangan jalan tersebut.
Untuk kondisi ini, Yayasan Koker Niko Beeker lantas menyurati Pemda Lembata agar bisa memediasi hal mana dijawab dengan begitu cepat oleh Penjabat Bupati Lembata Drs Marsianus Jawa M.Si. Tidak hanya mediasi, tetapi bahkan dengan cekatan, ia meluncur ke lapangan untuk melihat langsung bagaimana siswa melewati hutan belukar untuk sampai ke sekolah.
Ujung dari keprihatinan itu, Marsianus langsung. Jumat 24 Februari diadakan pertemuan dengan para pihak di Kantor Bupati. Langkah yang paling konkrit dan menjadi sumber pujian, Pemda membuka jalan alternatif menuju SMARD pada Rabu 1 Maret 2023.
Terhadap hal ini, Niko Hukulima Lejab, S.E, Sekjen Yayasan Koker Niko Beeker mengapresiasi langkah mediatif yang diperankan oleh Pemda. “Kami sangat berterima kasih kepada Pemda Lembata, khususnya Penjabat Bupati, Bp Marsianus Jawa, M.Si yang sejak awal berjuang agar anak-anak tidak menjadi korban dari persengketaan hukum atas tanah”, demikian putera Lembata Diaspora ini bertutur.
Menurut pegiat IT yang sekaligus juga pemerhati pemberdayaan ekonomi melalui Credit Union ini justru memuji sikap satria bupati: “Kita memberi respek karena Bupati meski bukan orang Lembata asli tetapi jiwa Lembatanya melampaui banyak orang Lembata yang mengklaim diri ‘soga nara lewo tana’”, demikian sambung Hukulima.
Hal yang sama diungkapkan Paulus Doni Ruing (PDR). Sejak pemalangan jalan, PDR langsung memutuskan turun ke Lembata dan terus menekankan bahwa meski secara kedinasan SMARD berada di bawah Dinas Pendidikan Propinsi, tetap Pemda memililki tanggungjawab melindungi sekolah yang telah diberi izin oleh pemerintah: “Sekolah ini diberikan izin secara resmi oleh pemerintah karena itu kami meminta jaminan dari pemerintah untuk ikut memikirkan nasib anak-anak sekolah. Kita harus selamatkan anak-anak, sementara urusan lainnya bisa kita kebelangkankan”, demikian unngkapnya.
Sementara itu ketika ditanya bagaimana penilaiannya terhadap Ibahim Begu yang terus kekeh tidak mau buka jalan, Polce tidak mau berkomentar: “Nanti masyarakat sajalah yang menilai sendiri. Bagi orang dewasa yang paham pendidikan dan berempati pada anak tentu bisa punya pendapat dan penilaian terhadap hal ini. Saya tidak mau berkomentar”, demikian kata PDR.
Lebih lanjut, Ketua Pengawas Yayasan Koker ini menekankan bahwa sejak awal, Yayasan hanya mau ambil bagian mencerdaskan anak-anak Lembata dan tidak mengambil sepeser pun untuk kepentingan pribadi. “Di Jakarta, setiap bulan setiap pengurus berkontribusi untuk menghidupkan sekolah karena punya keprihatinan pada Lembata. Bahkan untuk membeli tanah, pengurus harus bersusah-payah mengumpulkan recehan”, demikian ungkapnya.
Polce juga mengapresiasi dukungan yang begitu banyak dari kalangan masyarakat: “Ada yang dukung secara terbuka karena mereka tahu perjuangan Yayasan selama ini. Ada yang mendukung secara tertutup karena tidak mau menghebohkan. Tetapi semua mereka akhirnya paham bahwa yang ada di belakang adalah ketulusan membangun Lembata dengan cara nyata”, demikian PDR yang menjadi Sekretaris Pembentukan Otonomi Lembata yang bekerja 7 bulan non stop yang akhirnya menghasilkan otonomi Lembata 24 tahun silam.
(KOKER/WN-01)