Salam Nusantara : Karolus Kia Burin
KEBIJAKAN Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menetapkan masuk sekolah Pukul 05.00 Wita bagi para siswa Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) di Provinsi NTT sungguh menarik dan menjadi berita viral di seantero Nusantara bahkan mungkin menjadi berita dunia. Tak pelak lagi jika ide cemerlang dan berdaya ungkit mendunia ini mendapat tanggapan beragam baik pro maupun kotra.
Tiap orang bebas berpendapat dan beradu argumentasi. Bagi saya, kebijakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ini terbilang paling spektakuler, kebijakan brilian dan bukan gagasan biasa-biasa saja bahkan luar biasa karena belum pernah terjadi di Indonesia. Mengapa ? Begitu kebijakan ini diluncurkan semua orang jadi kaget lantas tergelitik untuk berargumentasi dipelbagai Media sosial. Harian terkemuka, Kompas dan Televisi Nomor Satu Indonesia, TvOne pun menayangkan berita viral ini.
Gagasan dan ide “Gila” semacam ini pernah heboh ketika Almahrum Piet A. Tallo menjadi Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) juga menggagas Program Cinta Tanah Air dengan kasih makan tanah bagi masyarakat yang malas bekerja juga menjadi berita terpopuler di Indonesia. Yang pasti ide “Gila” ini disoroti pelbagai pihak namun Piet A. Tallo tak pernah gentar menghadapi “serangan” empat penjuru angin. Ia tetap teguh menjalankan Program Operasi Cinta Tanah Air. Karena ia punya niat tulus membangkitkan semangat ethos kerja, dan disiplin bekerja keras maraih mimpi sukses sejahtera dimana faktanya masyarakat TTS menerima ide gila itu penuh sukacita.
Lantas Ide Gila Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat menetapkan kebijakan masuk sekolah pagi pukul 05.00 Wita dengan tujuan mulia membangkitkan semangat ethos kerja-belajar generasi muda harapan Nusa Bangsa lantas mendapat tanggapan pro kotra bahkan kritikan pedas. Siapa pun bebas berpendapat dan berargumentasi tak dilarang. Tapi bagi saya, dan kita boleh berbeda pandapat, bahwa kebijakan brilian ini tidaklah dosa, tidak melanggar hukum atau melanggar Hak Asasi Manusia. Gubernur NTT malah menantang, siapa pun boleh datang berdiskusi secara langsung tentang kebijakan mulia ini.
Semangat bangun pagi, semangat bekerja pagi dan semangat masuk sekolah pagi harus menjadi sebuah gerakan bersama dan budaya baru yang punya nilai filosofis tinggi. Kebijakan Gubernur NTT metetapkan masuk sekolah pagi jam 05.00 Wita itu mesti ditanggapi positif. Alasan jelas meningkatkan ethos belajar, ethos kerja yang pada akhirnya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Generasi Muda (Siswa) secara paripurna baik intelektual, karakter, keimanan dan budi pekerti yang baik. Semangat disiplin bangun pagi, semangat belajar dan gairah hidup generasi muda saat ini memang harus dibangkitkan kembali untuk menatap masa depan penuh optimisme. Budaya hidup malas dan sikap hidup pasrah dengan keadaan tidak bisa ditolerir lagi dijaman penuh kompetitif dan menantang ini jika ingin sukses
Generasi Muda “Berumah” di Media Sosial
Salah satu faktor penting ini patut disorot bersama. Bahwa bukan rahasia umum lagi bahkan fakta menunjukkan generasi muda umumnya dan khususnya siswa sekolah menengah dijaman Digital ini cenderung lebih suka eforia, glamour, suka pesta pora, minum mabuk dan ugal-ugalan dijalan hingga larut malam. Bahkan mereka memilih “Berumah” di Media Sosial (Medsos).
Hidup dijalam teknologi informasi Digital dan Medsos memang tidak bisa dihindari oleh siapa pun juga. Orang Dewasa dan Balita pun larut ditengah dunia Digital dan Medos. Fakta yang tak mungkin dipungkiri, orangtua siswa saat ini betapa sulitnya mengendalikan anak-anaknya yang kini berjam-jam menggunakan waktu hingga larut malam hanya untuk bermain Handphone, WhatsApp, dan Facebook tak pernah kenal lelah. Orangtua pusing dengan budaya baru generasi muda memilih “Berumah” dan “Bekerja” di Medsos sebagai sebuah profesi baru. Akibatnya, pekerjaan lain dirumah dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah menjadi terabaikan.
Fakta menunjukan, generasi muda-siswa larut bermain di Medsos tak kunjung pulang rumah, bikin masalah, “berselingkuh” di Medsos dan sangat boleh jadi dengan penggunaan Medsos tak tahu diri dan tak tahu aturan dapat berakibat melahirkan kekerasan fisik dan seksual. Orangtua dan Guru-Pendidik kembali pusing membina dan mengengendalikannya.
Lantas, kebijakan Gubernus NTT “Masuk Sekolah Jam 5 Pagi “, kok dipandang sebagai bumerang. Tak disadari, sesungguhnya, langkah filososifs, Sosiaologis dan Pedagogis Gubernur NTT ini berniat sangat tulus mengembalikan generasi muda-siswa ke jalan yang benar dan kembali berumah di rumah yang sesungguhnya. Karena ia tahu, bahwa dijaman Digital ini generasi muda-siswa tenggelam dalam efuforia penggunaan Medsos berjam-jam tak kenal waktu hingga larut malam.
Apakah salah dan apakah dosa jika kebijakan Gubernur NTT sebagai salah satu solusi agar generasi muda sudah saatnya tidak boleh bermalas-malas lagi hingga larut malam. Langkah ini sesungguhnya membuat para siswa untuk cepat istirahat lebih awal pada malam hari, sehingga dapat lebih cepat bangun pagi penuh gairah hidup menyiapkan diri menunaikan tugas masuk dan mengikuti KBM di Sekolah dengan penuh sukacita.
Kebijakan populer ini mesti sudah saatnya dijadikan sebagai Budaya Hidup Baru dan boleh berbeda dengan perovinsi lain di Indonesia. Meski kebijakan ini menuai tanggapan dan kritikan pro dan kontra itu biasa di alam demokrasi ini. Pengalaman empiris Gubernur NTT ketika mengunjungi sejumlah Pesantren dan Asrama Seminari budaya bangun pagi itu menjadi hal biasa dan rutin dilakukan. Apa susahnya bangun pagi ?
Ada pihak tertentu lalu membandingkan bahwa beda Seminari dan Pesantren. Justru budaya bangun pagi yang diterapkan “Pesantren” dan “Seminari” harus pula diadopsi menjadi budaya di rumah kita karena “Rumah Kita Adalah Seminari Dasar” dan “Pesantren adalah Rumah Iman” dimana punya kekhasan dalam pola mendidik dan membimbing para siswa untuk memiliki ilmu dan kemapuan intelektual yang tinggi dan serentak membentuk karakter, budi pekerti, semangat optimisme, disiplin dan keimanan yang tinggi. Tidak salah juga jika kita mengadopsi budaya positip ini. Dengan penuh sikap optimisme kita berharap kebijakan masuk sekolah lebih awal secara perlahan tapi pasti membentuk dan melatih karakter para siswa untuk lebih disiplin dalam menggunakan waktu.
“Membangun manusia unggul harus bisa dilakukan secara berimbang baik dari aspek intelektual (Intellectual Quotient) dan ketahanan dirinya (Adversity Quotient), agar bisa kuat menghadapi berbagai tekanan dalam kehidupan. Never Give Up”, ujar Gubernur Laiskodat. Menurut Orang Nomor Satu NTT ini, mewujudkan Capacity Building pada seorang manusia itu bukan hanya pada pengetahuannya saja, tetapi daya tahannya juga harus kokoh.
“Manusia unggul itu adalah manusia yang tidak saja cerdas intelektualnya, tetapi manusia yang kuat secara mentalitas akan sanggup menghadapi berbagai tekanan hidup. Semakin keras kehidupan yang ia hadapi, dan ia pasti sanggup untuk bertahan. Nah itu berarti ia dipastikan dapat menjadi manusia hebat dan unggul ditengah era tantangan global. Masa Bangun Pagi saja harus dipaksakan oleh orang lain padahal budaya ini sangat berarti bagi diri kita.
Untuk sampai pada tahap itu, maka manusia itu harus mampu mengatur waktunya dengan penuh kedisiplinan yang tinggi, arif dan bijaksana menerima perubahan untuk bisa membangun harapannya. Budaya disiplin waktu sejak dini mesti diterapkan karena “Waktu Adalah Ilmu” dan Waktu adalah Uang“-Time is Money”. Betapa tidak. Seorang manusia walaupun ia menghadapi berbagai tekanan keras dalam hidupnya, namun ia tidak sampai kehilangan harapannya, itu pertanda bahwa ia adalah manusia unggul dan kompetitif” dalam meraih sukses masa depan. Penyakit Hidup Malas sudah saatnya harus diberantas oleh anda dan kita semua tanpa kecuali. Mari kita semua bangkitkan Semangat Bangun Pagi penuh optimisme dan Sukacita menantang hidup yang semakin kompetitif ini meraih cita sukses dan hidup sejahtera. ***
Karolus Kia Burin, Pemimpin Redaksi Warta Nusantara, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Lembata.