ADVERTISEMENT
google.com, pub-9566902757249236, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Kotbah Minggu Prapaskah III/A (2023) : “Tuhan, Berikanlah Aku Air itu!”

Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero

Kej.17:3-7; Rom.5:1-2.5-8; Yoh. 4:5-42

WARTA-NUSANTARA.COMBapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih. Injil hari mengisahkan  Percakapan Yesus dengan seorang perempuan Samaria. Perjumpaan itu diawali dengan perjalanan Yesus dan murid-murid-Nya yang melintasi Samaria untuk pergi ke Yerusalem. Perjalanan dengan melintasi Samaria ke Yerusalem di kala itu, lazimnya membutuh tiga hari, demikian catatan Yosephus, sejarahwan Yahudi. Karena perjalanan sedemikian jauhnya mereka tentu letih, haus dan lapar. Karena itu  mereka berhenti sejenak di sumur Yakub. Di sumur tua itulah terjadi perjumpaan itu. Perjumpaan antara dua orang yang berbeda bangsa, namun sama-sama memiliki kesamaan tradisi.

google.com, pub-9566902757249236, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Bila diperhatikan baik-baik percakapan antara Yesus dan perempuan itu adalah bagian lain setelah terlebih dahulu diceritakan oleh penginjil tentang  perjumpaan Yesus dan Nikodemus pada bab ketiga. Nikodemus itu seorang kenamaan dan pemimpin dari orang-orang Yahudi yang menolak Yesus. Nikodemus sang pemimpin itu, kemudian dengan sengaja secara sembunyi-sembunyi datang menjumpai Yesus malam-malam untuk menyatakan kepercayaannya secara pribadi kepada Yesus.

Sementara itu, pada Bab keempat yang mengisahkan perjumpaan Yesus dengan Perempuan Samaria di siang bolong hendak menunjukkan kontradiksi bahwa Yesus yang adalah orang Yahudi diutus untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi tetapi mereka justru menolak-Nya sebagaimana tertulis dalam prolog injil Yohanes:” Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, namun orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya. Akan tetapi, semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yoh.1:11-12).”

RelatedPosts

Kisah perjumpaan ini hendak mengatakan bahwa misi penyelamatan manusia oleh Yesus mulai bergeser kepada bangsa lain, yang terwakilkan dalam diri seorang perempuan Samaria.  Kontradiksi dua kisah itu disebutkan dengan jelas oleh penginjil. Dalam bab 3. Yang bertemu dengan Yesus itu seorang laki-laki yang bernama Nikodemus. Dia seorang kenamaan. Dia pemimpin orang-orang Yahudi. Dia memiliki status yang tinggi di dalam masyarakat. Namun sayang, karena takut dilihat orang, ia secara sembunyi-sembunyi datang menjumpai Yesus malam-malam.

Sementara itu, pada bab empat, penginjil Yohanes tidak menyebut nama perempuan yang berjumpa dengan Yesus. Perempuan ini seorang Samaria, yang menurut tradisi turun-temurun, orang Samaria tidak boleh menolong orang  Yahudi atau sebaliknya, karena dua bangsa ini adalah musuh bebuyutan. Karena itu mereka tidak boleh saling bergaul. Perempuan Samaria sadar betul akan tradisi itu, maka dari itu tatkala Yesus meminta air minum ia berkata:” Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?”

Perempuan Samaria itu berasal dari kalangan kebanyakan. Dia tidak memiliki strata social yang tinggi. Ia rakyat jelata. Ia bukan sosok penting, ia tidak memiliki keunggulan spiritual, ia tidak pula memiliki kwalifikasi teologis. Karena itu Yohanes penginjil dengan sengaja untuk tidak mencantumkan nama perempuan itu. Perempuan tanpa nama itu, justru datang siang-siang menjumpai Yesus di tempat umum. Dia tidak takut diperguncingkan orang. Dia tidak takut digosipkan. Bahkan dia tidak takut karena melawan tradisi nenek moyang. Dia benar-benar menjadi perempuan pemberani. Keberaniannya itulah yang dibaca Yesus. Karena itu, Yesus membuka perjumpaan itu dengan berkata:”Berilah Aku minum.”  Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?  Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” 

Dialog Yesus dan perempuan itu cukup panjang. Dia menjadi dialog pertama yang kita baca dalam ayat 7-26. Dialog yang berisi tentang pengetahuan Yesus akan masa silam perempuan Samaria itu dan pengetahuan perempuan Samaria akan Yesus, yang disebutnya sebagai Tuhan. Sedangkan dialog yang kedua, terjadi antara Yesus dan para murid-Nya yang muncul dalam ayat 31-38.  Menurut pendapat ahli tafsir Kitab Suci, di antara kedua dialog itu, terdapat ayat-ayat transisi yang memungkinkan pergeseran dari dialog pertama (Yesus dan Perempuan Samaria) kepada dialog yang kedua (Yesus dan para murid-Nya). Ayat-ayat transisi ini memberitahu kedatangan para rasul dan sikap mereka yang bertanya-tanya serta pemakluman sang perempuan itu kepada orang-orang sekampungnya. Akhirnya kisah ini ditutup dengan orang-orang Samaria yang menjadi percaya kepada Yesus (ayat 39-42). Sebuah perjumpaan yang awalnya dimulai dengan rasa curiga atau lebih tepat, pengetahuan iman yang minim akan Yesus:” Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur inikepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?”  Kecurigaan itu akhirnya terbayar dengan pengakuan imannya,” Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.” Imannya ini kemudian dikatakan kepada Yesus:” Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.”

Dengan kekuatan pengetahuan imannya itu dia pun pergi dan mengajak orang-orang sekampungnya:”Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristu itu?” 

Ajakan perempuan Samaria itu seketika itu juga langsung ditanggapi orang-orang sekampungnya. Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya.  Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya,  dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

Saudara-saudaraku yang terkasih, hari lepas hari, sadar atau tidak sadar, Yesus sedang berdialog dengan kita, entah dalam setiap perayaan ekaristi, entah dalam firman-Nya melalui Kitab Suci, entah melalui perjumpaan dengan sesama atau bahkan dalam perjumpaan dengan lingkungan. Perjumpaan kita dengan Dia, Sang Air Hidup menuntut persekutuan yang terus-menerus dengan sumbernya, Yesus Kristus sendiri. Maka dari itu kita ulangi lagi kata-kata perempuan Samaria itu:” “Tuhan, berikanlah aku air itu!” ***

Related Posts

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *