Catatan Robert Bala
WARTA-NUSANTARA.COM–Pernahkah membaca postingan berikut di medsos (terutama FB) tentang tiket murah pesawat? Ada gambar logo-logo dari semua markapai penerbangan. Ada gambar pesawat. Bahkan yang lebih kren, ada gambar pesawat yang lagi bergerak entah siap landing atau sesudah take off.
Dengan kecanggihan teknologi kita tinggal menekan di mana ada tombol WA. Mulailah kepada kita diminta keterangan berrikut ini: Tentukan Penerbangan Anda
Rute :
Maskapai :
Tgl Penerbangan Pergi :
Tgl Penerbangan Balik :
Jumlah Pax :
Makin penasaran kan? Kita pun langsung mengisi data-data karena memang sangat diperlukan. Lalu beberapa saat kemudian mereka akan meminta Kartu Identitas kita berupa KTP untuk membuatkan e-taket. Lalu kapan bayarnya? Biasanya dikatakan tunggu ada e-tiket baru kita bayar. Lalu berapa saat kemudian mereka akan kirimkan tiket dalam bentuk PDF disertai permintaan segera transfer ke rekening yang disebutkan maksimal dalam waktu 90 menit.
‘Hmmmmm’. Kita mungkin semakin penasaran karena mereka memberikan harga yang sangat murah. Bayangkan kalau tiket Perjalanan Lewoleba – Jakarta yang sekitar Rp 9 juta lebih, mereka bisa tawarkan Rp 4 atau 5 juta. Siapa tidak tergiur? Kita barangkali mau membelinya.
Trik Penipuan
Mendapatkan promosi seperti itu mestinya kita bertanya: masah sih, tiket semurah itu? Apakah maskapai berikan mereka kekhususan? Kalau berikan kekhususan, mengapa agen resmi seperti: Traveloka, pergi-pergi, Tiket.com memberikan harga yang masih tinggi? Apakah maskapai lebih ‘pilih kasih’ kepada agen ‘abal-abalan’ ini? Inilah pertanyaan kritis yang perlu kita ajukan.
Semua pertanyaan ini tentu membuat kita canggung dan ragu-ragu. Tetapi apa yang akan disamapikan oleh ‘agen abal-abalan itu?’. Mereka akan mengatkaan seperti ini: “Kami sangat dipercaya. Kalau ragu-ragu, kami bisa memberikan KTP kami sebagai jaminan?”.
Bagi yang cepat tergiur pasti cepat percaya. Karena sudah kirim KTP mereka maka kita langsung kirim. Tetapi kita bertanya, itu KTP siapa? KTP ‘nenek lu?’ (hehehe, maaf). Apakah orang yang ada di KTP itu adalah orang yang sedang kita kontak?
Bagi yang kurang kritis akan cepat terkecoh. Mereka pikir itu KTP ‘miliknya’. Padahal……
Bagi yang tidak percaya akan penasaran untuk menjamin apakah orang yang sedang menulis via WA itu benar-benar orang di KTP? Coba minta agar bisa VIDEO CALL biar lebih meyakinkan lagi. Tetapi apa yang terjadi? Kalau agen ‘beneren’, pasti dia layani VC karena itu dapat mempererat hubungan dengan klien. Orang akan percaya.
Tetapi banyak kali agen yang abal-abalan itu akan mengatkaan hal ini: “Kami lagi urus penumpang sehingga tidak bisa VC” (penumpan siapa, penumpang nenek lu…). Atau mereka katakan kami lagi gunakan komputer sehingga tidak bisa VC. “Oh begitu, kalau lagi gunakan komputer, mengapa tidak bisa hubungkan ke HP untuk bisa VC? Tetapi di sini sebenarnya hanyalah trik untuk tidak mau VC.
Sampai di sini yakin dan percaya? Ya, percaya akan sharing ini dan janganlah cepat terkecoh dengan WA abal-abalan dengan ‘TIKET MURAH’ seperti itu. Itu hanyalah bagian dari penipuan.
Jadi bagaimana kita bisa terhindar dari jeratan ‘si tiket murah?’
- Sebelum pesan tiket via ‘agen abal-abalasan di medsos’, cek dulu harga tiket di agen resmi seperti: pergi-pergi, traveloka, tiket.com. Cek harganya. Kalau harga yang ditawarkan 50% murah maka bisa dipastikan itu penipuan.
- Minta penjual itu agar bisa VC dan apa jawaban dia. Kalau dia berani VC dengan klien, bisa dipercaya bahwa penjualnya bukan abal-abalan. Tetapi kalau menghindar, maka sebenarnya itu tanda makin jelas bahwa bukan penjual resmi.
- Jangan pernah terkecoh dengan KTP yang dikirim sebagai jaminan identitas. Itu kemungkinan bukan KTP atas namanya. Apalagi mereka biasanya gunakan KTP yang sering dipampang di medsos yang berada di tempat lain.
Demikian sharing tentang ‘TIKET MURAH MENJEBAK’. Semoga tidak terjadi pada pembaca. Ada banyak orang yang setelah transfer, WA langsung diblokir dan kita tidak tahu kepada siapa kita akan mengaduh
(Robert Bala, Penulis buku: MEMAKNAI BADAI KEHIDUPAN, Kanisius, Jogyakarta, 2021).