Oleh : RD Antonius Prakum Keraf
WARTA-NUSANTARA.COM-Oase Kehidupan, Minggu IV Prapaskah : 19 Maret 2023|1 Sam 16:1b,6-7,10-13a|Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6|Ef 5:8-14|Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38|Tantangan Kita dalam Membangun Keadilan Ekologis sebagai Ekspresi Iman|GAMBARAN tentang keadilan ekologis kita temukan dalam diri Daud, anak Isai. Sehari-hari, ia menggembalakan kambing domba ayahnya. Ia selalu berada bersama ternaknya. Ia menjaga mereka dari ancaman binatang buas, dari cuaca ekstrim –hujan dan panas, dari para pencuri!
Ia sangat cerdas dan terlatih menghadapi tantangan! cerdas hati atau iman, Cerdas otak, budi adat dan cerdas emosi! Cerdas hati, ia bekerja dengan tulus hati, penuh iman sehingga hasil kerjanya menjadi berkat untuk orangtua dan saudara-saudaranya. Cerdas emosional, mampu menerima, mengelola atau mengontrol emosi dalam dirinya dalam relasi dengan yang lain! Cerdas hati, iman menjiwai kecerdasan otak dan emosi! Tidak heran, anak bungsu dari tujuh bersaudara itu terpilih dan terurapi menjadi raja Israel! Daud bertumbuh dalam budaya hidup seorang gembala penuh tantangan!
Kita dapat menjadi gembala bagi yang lain di tengah banyak tantangan jika kecerdasan hati atau iman menjiwai dua kecerdasan lainnya yaitu otak dan emosi kita! Orangtua dapat menjadi gembala baik bagi anak-anaknya dengan kasih mereka tiga kecerdasan!
Kita dapat membangun ekologi berkeadilan sebagai ekspresi iman jika kecerdasan hati yang berorientasi pada nilai-nilai iman menjiwai kecerdasan otak dan emosi!! Orang tidak mungkin membunuh dan merusak jaringan kehidupan jika kecerdasan hati atau iman menjadi yang pertama sebelum kecerdasan otak dan emosi! (1 Sam 16:1b,6-7,10-13a).
Apakah kecerdasan hati, iman menjiwai kecerdasan otak dan emosi dalam mengatasi segala tantangan sehingga kita dapat membangun keadilan ekologi sebagai ekspresi iman? Pemazmur memiliki kecerdasan hati atau spiritual yang mendalam akan Allah sebagai gembala! Betapa pentingnya kecerdasan spiritual, hati menjadi utama dan meresapi kecerdasan otak dan emosi karena Allah berkuasa menciptakan dan mengatur hidup kita sesuai rencana-Nya! (Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6).
Apakah kita gagal membangun keadilan ekologis sebagai ekspresi iman karena kita gagal merawat kecerdasan hati, iman kita? Rasul Paulus mengajak umat efesus merawat kecerdasan hati, iman dengan menghentikan segala perbuatan kegelapan! Hiduplah sebagai anak-anak terang karena hanya terang berbuahkan kebaikan dan kebenaran! (Ef 5:8-14) Apakah kita merawat kecerdasan hati,iman dengan berani meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa?
Yesus mengajarkan kecerdasan hati, iman dalam kisah Ia menyembuhkan seorang buta sejak lahirnya! Yesus mencelikan mata imannya sehingga kecerdasan iman itu menjiwai kecerdasan otak dan emosinya! Ia sangat cerdas menjawab pertanyaan orang farisi! Ia tidak gentar bersaksi tentang sang penyembuh ajaib! Yesus penyembuh ajaib itu baru memperkenalkan diri-Nya pada akhir cerita ketika orang farisi mengusir dia! ‘Percayakah engkau kepada anak manusia? Jawabnya: ‘Siapakah Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya?’ Jawab Yesus: ‘Engkau bukan saja melihat Dia!
Dia yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu!! Kata orang itu: ‘Aku percaya,Tuhan!’ Lalu, ia sujud menyembah Yesus! Kita perlu menemukan pengalaman spiritual dimana kita benar-benar bertumbuh dalam pengenalan akan Allah! Allah memperkenalkan diri-Nya saat kita membuang segala perbuatan kegelapan dan hidup sebagai anak-anak terang! (Yoh 9:1-41).
Dalam pengalaman macam apakah Allah menumbuhkan kecerdasan spiritual dalam diri kita? Sejauhmana saya bertumbuh dalam kecerdasan spiritual yang menjiwai kecerdasan otak dan emosi sehingga saya dapat mengatasi segala tantangan untuk membangun keadilan ekologis sebagai ekspresi iman?
(RD Antonius Prakum Keraf, Pastor Paroki Santa Bernadete Soubirous Pukaone, Dekenat Adonara, Keuskupan Larantuka )*