Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero
“Yeh. 37:12-4; Rom.8:8-11; Yoh. 11:1-45
WARTA-NUSANTARA.COM–Saudara, saudari yang terkasih, setelah kita mendengar bacaan injil kita lantas berimajinasi kepada sebuah keluarga kecil di daerah Betania. Betania, berasal dari bahasa Ibrani yang berarti Rumah Tuhan. Nama ini diberikan berkenaan dengan sering datang-Nya Yesus ke tempat ini untuk beristirahat dari karya kerasulan yang meletihkan tetapi juga karena di tempat ini Yesus mengalami rasa ketertarikan dengan sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga orang bersaudara Marta, Maria dan Lazarus.
Keluarga ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Yesus. Betania menjadi salah satu tempat istirahat kegemaran Yesus tidak saja karena ketiga sahabat Yesus yang memiliki hospitalitas yang tinggi, tetapi juga oleh karena Betania adalah kampung kecil yang tenang di tenggara Bukit Zaitun, persis di sisi jalan Yerikho. Betania juga letaknya tidak terlalu jauh dari kenisah Yerusalem. Cukup dengan berjalan kaki melintasi bukit Zaitun, dalam perjalanan yang menyenangkan sudah mencapai kenisah Yerusalem. Di Betania ini pula Yesus meluangkan waktu untuk menyembuhkan orang sakit, mewartakan dan mengajar dan bahkan membangkitkan orang mati.
Tatkalah saudara mereka Lazarus sakit, kedua wanita itu mengirim pesan kepada Yesus:” Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Yesus memang mengasihi Maria, Marta dan Lazarus. Namun ketika Yesus mendengar berita itu, Dia tidak langsung bergegas ke sana melainkan Ia menunda kedatangan-Nya, dengan berkata:” Penyakit itu tidak akan membawa kepada kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah dipermuliakan.”Yesus sengaja tinggal dua hari lamanya di tempat di mana Dia berada.
Yesus sengaja menunda untuk pergi kepada keluarga yang dikasihi-Nya supaya memperkuat iman keluarga itu dan para murid, dan untuk melaksanakan bagi mereka sesuatu yang lebih baik lagi. Pada mulanya, tindakan Yesus tampaknya menunjukkan bahwa Dia kurang memperhatikan penderitaan mereka. Akan tetapi, Yohanes sebanyak tiga kali menekankan bahwa Yesus mengasihi keluarga itu serta turut merasakan kesedihan mereka. Karena itu, perhitungan waktu dan tujuan Yesus berbeda dengan yang mereka ingini.
Penundaan ini mau memberikan pesan kepada kita para murid kristus dewasa ini bahwa memang perhitungan waktu dan kehendak Allah di tengah-tengah penderitaan kita berbeda dengan yang kita ingini. Allah menjawab kita sesuai dengan kebijaksanaan dan kasih-Nya, sesuai dengan waktu-Nya Tuhan. Tuhan tidak bisa didikte oleh karena penderitaan, kemalangan, kesesakan dan kesakitan yang dialami oleh manusia. Ia melakukannya secara otonom, sesuai keputusan dan kehendak-Nya sendiri.
Karena itu maka, begitu tiba saat-Nya Tuhan, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:” Mari kita kembali lagi ke Yudea. Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Karena protes murid-murid-Nya maka Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.”
Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Maka terjdilah percakapan antara Marta dan Yesus. Kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: “Akulahkebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
Marta tidak mau merasakan kedekatannya secara sendiri dengan Yesus sahabat mereka. Karena itu, ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.” Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.
Tetapi dugaan mereka salah. Maria justru datang menjumpai Yesus. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”
Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullahhati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus.
Begitu orng Yahudi melihat Yesus menangis, berkatalah mereka: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!” Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kata Yesus: “Angkat batu itu!”
Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”
Saudara-saudaraku, mari kita belajar pada keluarga kecil dari Betania ini. Bahwa relasi personal mereka dengan Yesus membuahkan rasa empati yang tinggi dari Yesus. Yesus menangisi kematian Lazarus sahabat-Nya. Menangisnya Yesus pada kedukaan ini mau mengajarkan kepada kita bahwa duka dan kecemasan yang dialami oleh orang-orang kecil menjadi juga duka dan kecemasan murid-murid Yesus.
Kita juga patut belajar dari iman Marta dan Maria yang kokoh kuat. Karena imannya ini mereka pun mendapatkan kemuliaan Allah lewat pembangkitan saudara mereka:” Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah.”