Oleh : RD Antonius Prakum Keraf
WARTA-NUSANTARA.COM-Oase Kehidupan, MINGGU PALMA THN A/1: 2 April 2023|Yes 50:4-7|Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24|Fil 2:6-11|Mat 26:14-27:66|Membangun Keadilan Ekologis sebagai ekspresi iman|KEADILAN EKOLOGIS sebuah pengalaman iman! Orang-orang yang membangun keadilan ekologis memiliki lidah dan telinga seorang murid! Lidah untuk berkata-kata! Kata-kata mereka lahir dari lidah seorang murid! Kata-kata mereka bukan menceraiberaikan melainkan memberi semangat baru, mempersatukan, menghidupkan!
Mereka menjadi orang beriman yang berumah dengan baik bersama ciptaan lain! Kita bukan hanya hidup dari kata-kata melainkan juga dari mendengarkan! Kita bukan hanya mendengar musik buatan manusia melainkan juga mendengarkan suara alam! Musik paling indah adalah ‘suara alam’. Siulan burung, bunyi jengkrik, detak jam dinding, teriakan anak-anak, kokok ayam, tiupan angin terdengar melalui bunyi daun-daun terhempas angin!
Suara alam, suara Tuhan, musik paling indah memperkaya kehidupan batiniah! (Yes 50:4-7) Apakah dalam membangun keadilan Ekologis sebagai ekspresi iman kita benar-benar memiliki lidah dan telinga seorang murid? Kita ikut merasakan kekayaan batiniah seorang hamba Tuhan dalam nyanyian mazmur hari ini!
Tanpa kekayaan batiniah kita tidak akan mampu membangun keadilan ekologis sebagai ekspresi iman! !(Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24) Apakah kita memiliki kekayaan batiniah sehingga kita dapat bertahan hidup di tengah banyak tantangan?
Rasul Paulus menunjukkan jalan satu-satunya untuk memperoleh kekayaan batiniah yaitu dengan ‘pengosongan diri’. Kita dapat menjalankan semua aksi nyata membangun keadilan ekologis sebagai ekspresi iman karena pengosongan diri, rela menjalankan semua aksi dengan rendah hati! (Fil 2:6-11) Apakah kita mengalami kekuatan batiniah dari melaksanakan semua aksi nyata dengan rendah hati? Dalam sengsaranya Yesus mengajarkan betapa pentingnya kita menghargai ketenangan, suasana hening selain untuk mendengarkan ‘suara alam.
Tetapi lebih dari itu supaya kita dapat berdoa, berkomunikasi secara batiniah dengan Tuhan dalam keheningan batiniah! ‘Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan! (Mat 26:14-27:66) Apakah kita menjaga suasana hati tetap hening teristimewa dalam pecan suci supaya kita dapat bertemu dengan Tuhan dalam doa-doa kita? Semalamat memasuki suasana pecan suci, retret agung dalam trihari suci semoga kita dapat menimbah kekuatan batiniah dari sengsara Tuhan kita Yesus Kristus untuk membangun keadilan ekologis sebagai ekspresi iman!
(RD Antonius Prakum Keraf, Pastor Paroki Santa Bernadete Soubirous Pukaone, Dekenat Adonara, Keuskupan Larantuka )*