Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero
Injil: Mat.28:1-10
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, yang paling terasa di Malam Paskah ini adalah Upacara Cahaya Kristus yang dirayakan penuh sukacita. Cahaya kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang telah mengalahkan kegelapan maut dan dosa. Cahaya yang menghalau segala macam kegelapan hidup manusia, entah dosa, derita, kegagalan, tak ada harapan, putus asa, hilang harapan dan sebagainya. Cahaya kebangkitan Kristus telah memberikan suatu harapan baru, suatu janji, suatu kebahagiaan yang luar biasa dan istimewa, bahwa habis gelap terbitlah terang.
Malam ini kita bermandikan cahaya kebangkitan karena Kristus yang bangkit telah mengalahkan kegelapan hidup kita. Dia bangkit. Dia hidup. Dia jaya. Dia yang hidup di antara orang-orang mati. Maka baiklah kalau saat ini kita membiarkan diri kita, hati dan hidup kita, tingkah laku kita “dibakar” oleh terang cahaya Kristus dari lilin kebangkitan-Nya dan membiarkan diri “dicuci” dan “direciki” dan dibersihkan oleh air suci yang pada malam ini direciki ke atas kita; agar malam sukacita ini menjadi malam terindah karena Yesus bangkit, Ia telah mengalahkan kematian, Ia telah mengalahkan dunia. Cahaya-Nya menembus hati, hidup dan segala sudut kehidupan kita yang gelap.
Bacan-bacaan malam ini mengajak kita untuk semakin menghayati peran Allah dalam seluruh hidup kita sebagai orang beriman. Allah pencipta dan pemilik kehidupan, memanggil kita untuk mengalami kebaikan dan kasih-Nya yang luar biasa. Kepada kita makhluk ciptaan-Nya yang paling istimewa diberi-Nya kuasa atas dunia dan segala isinya. Dalam kejatuhan dan dosa, kita diajak untuk bangkit mengalami Allah yang maharahami dan penuh belaskasih, yang rela mengutus Putera-Nya menebus dan menyelamatkan kita. Dan seperti bangsa Israel yang dibebaskan dari perbudakan Mesir dan diselamatkan melewati laut merah, kita pun telah dibenamkan dan dibersihkan dalam air pembaptisan untuk mengalami karya keselamatan Allah. Dan menjadi nyata dalam penebusan oleh sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Kita bersyukur atas karya besar Allah yang sungguh istimewa bagi kita. Dari gelap menuju terang-Nya.
Saudara-saudaraku, secara khusus malam ini, injil Mateus mengabarkan kepada kita tentang Kebangkitan Kristus. Matius menulis tentang berita kebangkitan Yesus yang disampaikan malaekat: “Janganlah kamu takut;sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.” Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.”
Antara perasaan takut dan sukacita, mereka kembali hendak memberitakan warta kebangkitan Tuhan ini. Namun di tengah jalan, Yesus menampakan diri-Nya kepada perempuan-perempuan itu. Kata-Nya:” Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Bagi Yesus, tugas perutusan yang diberikan Yesus kepada perempuan-perempuan ini tidak ringan. Karena itu ketakutan dalam diri mereka mustinya dilenyapkan sehingga yang tersisa adalah sukacita. Mereka akan melaksanakan misi itu dengan sukacita. Karena itu Yesus membiarkan diri-Nya didekati agar merekalah sendiri memastikan bahwa yang hadir di depan mereka dan yang memberi salam kepada mereka adalah Yesus, Guru dan Tuhan mereka. ” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.” Tiga tindakan: mendekati, memeluk kaki Yesus dan menyembah-Nya sudah meyakinkan perempuan-perempuan itu bahwa Yesus benar-benar bangkit. Maka seketika itu juga, ketakutan mereka hilang total dan sukacita mewarnai perjalanan pulang mereka. Dengan sukacita itu mereka mewartakan kepada para murid bahwa Yesus sungguh telah bangkit. Dengan penuh sukacita paska mereka pun menyampaian pesan Yesus, Guru dan Tuhannya kepada murid-murid-Nya:” supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Pertanyaannya adalah mengapa harus di Galilea? Karena, selain para murid-Nya akan berjumpa dengan Yesus yang sudah mendahului mereka ke Galilea, tetapi Galilea itu sendiri memiliki historis-biblis. Bahwa pada masa Yesus Kristus dan sebelumnya, wilayah Galilea dihuni oleh orang Samaria, yaitu orang-orang yang berdarah campuran (karena pembuangan bangsa Yahudi, dan pendudukan oleh Kekaisaran Asyur dan Babel). Orang Yahudi kultural maupun yang saleh menganggap orang Samaria tidak murni, dan karena itu mereka dianggap “najis” secara moral, rohani maupun fisik. Karena itu pada umumnya orang Yahudi enggan berurusan dengan orang Samaria. Itulah salah satu alasan mengapa Yesus dari Nazaret dan murid-muridnya (sebagian dari mereka adalah nelayan dari Galilea) ditanggapi dengan rasa skeptik, ejekan dan bahkan kebencian oleh para pemimpin Yahudi yang saleh di Yerusalem. Mereka sendiri menyebut Yesus “orang Samaria”, karena Ia menjawab mereka dengan perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati.
Perjumpaan para murid dan Yesus di Galilea adalah perjumpaan yang memerdekakan. Galilea, yang nota bene dihuni kebanyakan orang Samaria, tidak lagi disebut najis, karena mereka sendiri telah terberkati dengan kehadiran Kristus yang bangkit. Para murid Yesus, yang nota bene adalah orang-orang Galilea, tidak lagi diejek dan dibenci oleh pemimpin Yahudi, karena mereka akan diutus menjadi Saksi Kebangkitan Kristus ke seluruh dunia. :” Pergilah ke seluruh dunia, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.”
Pada akhirnya, Galilea menjadi tempat keselamatan yang paling pertama setelah Yesus bangkit. Dan karena itu Galilea menjadi locus salvadicus, – tempat keselamatan – universal. Pada akhirnya, hadir-Nya Yesus di Galilea sesudah kebangkitan-Nya adalah pemenuhan nubuat nabi Yesaya dalam Kitab Suci:” Galilea tanah orang asing” akan “melihat Terang yang besar”, Terang dari Mesias Israel, Terang dari Yesus Kristus, Sang Penyelamat Dunia.
Saudaraku, setelah kita rayakan Malam paskah dengan sukacita, marila kita jadikan keluarg kita, KUB kita, wilayah dan paroki serta tempat kerja kita sebagai “Galilea Baru,” agar di sana kita berjumpa pula dengan Tuhan yang bangkit. Kita semua akan disapa satu demi satu:”Salam bangimu. Jangan Takut!”