Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Kis. 6:1-7; 1 Ptr. 2:4-9; Yoh. 14:1-12
WARTA-NUSANTATA.COM-Bapa, ibu, saudara-saudara, penggalan injil yang kita dengar hari ini konteksnya adalah pesan- Yesus pada saat Perjamuan Malam Terakhir bersama para murid-Nya sebelum Dia ditangkap dan dibunuh. Yesus tahu bahwa Dia akan mengalami Jalan salib itu. Maka kepada murid-murid-Nya Yesus ingatkan agar mereka, apabila menyaksikan tragedy jalan salib yang dialami-Nya murid-murid-Nya jangan takut. Jangan gelisah. Jangan khawatir. Jangan cemas!! Karena hanya melalui jalan itu, Dia dapat pergi ke Rumah Bapa untuk menyediakan tempat bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
”Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.”
Thomas bingung karena kata-kata Yesus itu. Dalam kebingungan dia bertanya:” Ke manakah Engkau akan pergi, Tuhan? Aku tidak tahu, bagaimana mungkin aku tahu jalan ke sana?”
Kepada Thomas Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”
Jika kita membayangkan bahwa kita hadir di tengah para rasul 2023 tahun yang lalu, saat Yesus mengucapkan perkataan-Nya ini, kemungkinan kitapun dapat memahami kegundahan dan kegelisahan hati Rasul Tomas. Namun sekarang kita perlu berterima kasih kepada Rasul Tomas, yang menyuarakan kegundahan hatinya. Dan, Yesus sudah bayar tuntas keresahan dan kegelisahan Thomas dengan kata-kata-Nya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”
Namun sayang, setelah Thomas dibuat kuat oleh Yesus dengan penjelasan-Nya, malah muncul sikap skeptic dari Filipus yang terlontar melalui kata-katanya:” Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”
Yesus tidak tunggu lama-lama, karena itu kepada Filipus Yesus berkata: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.”
Filipus mati kutu karena jawaban Yesus itu. Mata imannya dibuka. Dia akhirnya percaya bahwa melihat Yesus sama artinya melihat Bapa.
Saudara-saudaraku yang terkasih, mari kita dalami lebih jauh kata-kata Yesus:” Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6).
St. Agustinus mengatakan, “Adalah penting bahwa Tuhan Yesus mengatakan, ‘Akulah jalan’ untuk menunjukkan kepada para rasul bahwa mereka sesungguhnya telah mengetahui/ mengenal apa yang mereka pikir tidak mereka kenal, sebab mereka sudah mengenal Dia.”
Ada yang mengatakan bahwa Yesus menjadi ‘jalan’ kepada Bapa melalui 5 cara. Pertama melalui ajaran-Nya; sebab dengan berpegang pada ajaran-Nya kita akan sampai ke surga; kedua, melalui iman yang diinspirasikan-Nya, sebab Ia datang ke dunia sehingga “barang siapa yang percaya kepada-Nya dapat beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16); ketiga, melalui teladan-Nya, sebab tak ada yang dapat sampai kepada Allah Bapa tanpa meneladani Kristus; keempat, melalui jasa-Nya, yang memampukan kita untuk masuk ke tempat kediaman abadi, dan kelima, Kristus adalah jalan, karena Ia menyatakan Allah Bapa, yang dengan-Nya Ia adalah Satu, karena ke-Allahan-Nya.
Agar kita semakin menghayati bahwa Kristus adalah jalan kepada Allah Bapa, kita perlu merenungkan ajaran Kristus dan kehidupanNya, dari lahir-Nya sampai pada wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Hal ini diajarkan oleh St. Francis dari Sales yang mengatakan, “Seperti halnya anak- anak yang mendengarkan ibunya…., belajar untuk bicara sesuai dengan bahasa ibunya, demikian pula kita, dengan membawaNya dekat dengan kita melalui meditasi, permenungan akan perkataan-Nya, perbuatan-Nya, dan kasih-Nya, kita belajar, dengan bantuan rahmat Tuhan, untuk berbicara, bertindak dan berkehendak seperti Dia…. Kita tidak dapat mencapai Allah Bapa dengan melalui jalan lain….; Ke-Allahan tidak dapat kita lihat dengan baik di dunia ini jika tidak di dalam kesatuan dengan kemanusiaan Penyelamat kita yang kudus, yang hidup dan kematian-Nya…. merupakan topik yang paling layak untuk direnungkan bagi meditasi kita sehari- hari .”
Perkataan Yesus, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup,” tidak saja hanya ditujukan untuk menjawab Rasul Tomas tetapi berlaku juga untuk kita. Bahwa menjadi Kebenaran dan Hidup adalah sesuatu yang layak bagi Tuhan yang menjelma menjadi manusia, seperti yang dituliskan oleh Rasul Yohanes dalam permulaan Injilnya, “Firman itu telah menjelma menjadi manusia … penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Kristus adalah kebenaran, sebab dengan kedatangan-Nya ke dunia Ia menunjukkan bahwa Tuhan setia kepada janji- janji-Nya; dan karena Ia mengajarkan kebenaran tentang siapakah Tuhan itu. Para orang bijak di dunia menyadari bahwa Tuhan adalah kehidupan kekal dan kebenaran yang dapat diketahui; namun Sang Sabda Allah yang adalah Kebenaran dan Hidup yang bersatu dengan Allah Bapa, telah menjadi Jalan, dengan menjelma menjadi manusia. Yesus yang menjelma menjadi manusia itu, pada hari ini mengatakan juga kepada kita jangan gelisah hati karena Dia adalah jalan, maka tidak ada alasan untuk kita cemas dan kwatir. Tidak ada alasan apapun untuk kita takut.
Saudara-saudaraku, Minggu ini kita diingatkan Yesus agar kita jangan takut dan gelisah. Mengapa? Karena Tuhan mengetahui bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi takut dan gelisah. Permasalahan keluarga, kondisi keuangan, pemutusan hubungan kerja, resesi ekonomi yang berdampak dalam keluarga, pergumulan di dalam dosa dan penyakit dapat mengakibatkan kita menjadi gelisah dan khawatir. “Mati aku“, adalah reaksi terburuk yang mungkin dapat terucap jika segala problema itu nampaknya tidak teratasi. Namun dalam kemungkinan terburuk sekalipun, Yesus sekali lagi menguatkan kita “Jangan Takut” asalkan kita percaya sungguh dan mngandalkan dia bahwa Dia adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. ***