Oleh : Germanus S. Atawuwur,
Alumnus STFK Ledalero
Kis.1:1-11; Ef.1:17-23; Mat. 28:16-20
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih, hari ini Gereja Katolik sejagad merayakan Pesta Yesus Naik Ke Surga. Pesta Yesus naik ke surga dirayakan tepat 40 hari sesudah kebangkitan Yesus. Hari raya ini sangat penting untuk dirayakan sebab merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siklus hidup dan pelayanan Yesus.

Yesus naik ke surga, dilukiskan oleh Lukas dalam bukunya yang kedua, sebagaimana kita dengar dalam bacaan I:” Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa. Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Dari kutipan teks di atas, kita mendapatkan bahwa ada dua pesan Yesus kepada para murid sebelum Dia terangkat ke surga. Pertama, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa. Kedua, para murid akan menjadi saksi Yesus di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. “
Pesan Yesus ini menimbulkan dua sikap di dalam hati para murid-Nya. pertama, ketidakjelasan akan hal yang terjadi dan kedua, pengharapan yang kuat akan janji Yesus, Guru dan Tuhan mereka. Ketika Yesus melarang para murid untuk tidak boleh tinggalkan Yerusalem dan tetap berada di kota itu, murid-murid-Nya tidak banyak komentar. Mereka tidak melawan larangan itu. Mereja juga tidak protes. Tetapi mereka patuh dan taat karena mereka adalah loyalistnya Yesus. Karena iu mereka pergi ke Yerusalem dan memilih tinggal di kota itu,untuk bertekun dalam doa di ruang atas, tempat mereka menumpang, menanti janji “diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi”
Ketika mereka sedang berkumpul dan berdoa, “terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.”
Pertanyaannya, mengapa Yesus harus terangkat ke surga? Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama; pertama, Yesus terangkat ke surga untuk menggenapi nubuat nabi Daud. “ Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah.(Mzm.68:19; Mzm. 110) Kedua, menyediakan tempat bagi orang yang percaya kepada-Nya. Penginjil melukiskan demikian:” Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh. 14:2-3).
Ketiga, mencurahkan Roh Kudus. Ia naik ke sorga, supaya Roh Kudus datang menolong orang percaya. Hidup orang percaya tidak semata bergantung pada sesuatu yang ada pada dirinya, atau pada apapun dan siapapun tetapi pada kuasa Roh Kudus (Za. 4:6). Jika Tuhan Yesus naik ke sorga, Roh Kudus tidak datang ke dunia ini dalam ar ti yang khusus bagi orang yang percaya kepada-Nya (Yoh. 16:7).
Bila Yesus tidak terangkat ke surga maka tidak mungkin Roh Kudus akan turun ke atas para rasul. Roh Kudus juga tidak mungkin akan diutus menjadi penolong yang lain bagi umat-Nya. (Yoh. 16:7). Karena itu maka Yesus harus naik ke surga untuk mengutus Roh Kudus. Dan Roh Kudus yang turun ke atas para rasul itu mau mengatakan bahwa Yesus tidak membiarkan para rasul bergumul sendiri di tengah tantangan zaman. Roh Kudus yang diutus itu akan menjadi penghibur, pembela, tetapi sekaligus juga menjadi pedoman arah, menjadi penuntun kepada kehendak Allah. Roh Kudus yang diutus itulah akan menjadi penolong ketika mereka melaksanakan missi sebagaimana yang dimandatkan Yesus kepada mereka:” Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Mandat itu ditegaskan lagi oleh Yesus dalam bacaan injil: ” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Saudara-saudara, mandat itu, hari ini, ditujukan juga kepada kita semua. Namun pertanyaannya adalah, apakah kita harus menjadi saksi Kristus kemudian harus membaptis orang-orang non Kristen agar mereka menjadi katolik dan dengan itu percaya kepada Kristus dan Kristus menjadikan semua orang itu sebagai murid-Nya? Jika demikian, apakah kita tidak terjebak dalam apa yang dikatakan orang, bahwa kita sedang melakukan kristenisasi, mengajak (mempengaruhi) orang untuk menjadi Kristen?
Maka tafsir yang tepat dan relevan untuk mandat yang diberikan Yesus kepada kita di zaman ini adalah bahwa tugas orang katolik untuk menjadi saksi-Nya adalah bukan untuk mengkristenkan orang, melainkan membuat baik Negara ini dan menyembuhkan rahim pertiwi yang sedang terluka ini. Dengan cara apa? Melakukan segala sesuatu yang telah Yesus ajarkan dan perintahkan. Yang Yesus ajarkan dan perintahkan adalah:” Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu dan dengan segenap jiwa ragamu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dan untuk menyembuhkan rahim pertiwi yang sedang terluka kita disadarkan untuk membangun kesadaran ekologis atas dasar prinsip Teologi Lingkungan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu sungguh amat baik dan Allah sungguh hadir dalam setiap ciptaan, bahkan dalam makhluk hidup yang terkecil Ia juga hadir dan tinggal di dalamnya. Maka model kesaksian ekologis kita sebagai murid Kristus di zaman ini adalah bahwa setiap manusia wajib peduli terhadap alam semesta. Setiap kita membangun kesadaran untuk cinta terhadap lingkungan. Perlunya menumbuhkan rasa prihatin dan peduli yang kolektif untuk menjaga keberlangsungan dan kelestarian bumi sebagai ibu rumah bersama. Itulah misi kita di zaman ini. Inilah respons kesaksian kita sekarang ini, kini dan di sini.