Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
Kis. 2:1-11; 1 Kor. 12: 3b-7.12-13; Yoh. 20:19-23
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Hari ini kita merayakan Pesta Pentekosta. Dalam Perjanjian Lama, Pentakosta dihayati sebagai perayaan umat Yahudi yang dirayakan pada hari kelimapuluh sesudah Paskah (Pesah artinya : keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir). Saat itu umat Israel merayakan kebaikan Tuhan juga pemberian 10 hukum Tuhan kepada Musa.
Pentekoste Hemera (Yunani) artinya hari ke lima puluh. Hari Pentakosta untuk orang Yahudi adalah juga hari raya panen besar untuk mengenang panen pertama ketika mereka masuk tanah Kanaan. Mereka mempersembahan semua hasil panen perdana mereka kepada Tuhan sebagai ucapan syukur, yang dirayakan setiap tahun.
Bertepatan dengan hari itu, orang-orang Yahudi yang berasal dari berbagai suku bangsa dan para pendatang dari Roma berkumpul di Bait Suci Yerusalem, Tuhan justru mencurahkan Roh Kudus, ke atas para rasul yang tampak dalam bentuk lidah-lidah seperti nyala api di atas kepala mereka. Sejak saat itu, dalam Perjanjian Baru, Pentekosta mengalami perluasan makna menjadi Pencurahan Roh Kudus ke atas para rasul.
Pada masa lalu para rasul justru mengalami ketakutan usai peristiwa kematian Gurunya. Karena itu mereka harus menyembunyikan dirinya di ruang atas. Mereka mengunci pintu rapat-rapat karena takut kepada orang Yahudi. Di tempat itu, Yesus mendatangi mereka untuk menguatkan mereka dengan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu.” Agar mereka benar-benar percaya,Yesus menunjukkan tangan dan lambungNya. Untuk meneguhkan dan menguatkan mereka, Yesus menghembuskan Roh Kudus kepada mereka. “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Inilah pencurahan Roh Kudus yang pertama kali dari Yesus kepada mereka.
Pencurahan Roh Kudus kepada para murid-Nya ini kemudian disempurnakan dengan nyala lidah api saat hari Pentakosta yang disaksikan banyak orang di Yerusalem seperti warta bacaan I.“Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak itu. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
Saudara-saudara, lidah-lidah api itu melambangkan kuasa Roh Kudus. Maka penuhlah para rasul itu dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Bahasa roh yang diberikan khusus oleh Tuhan kepada para murid adalah bahasa yang dapat dimengerti oleh orang-orang Yahudi yang berasal dari berbagai suku bangsa, yang sedang berada di Yerusalem untuk merayakan hari raya panen perdana dan mengucap syukur kepada Tuhan.
Walau orang-orang itu mengerti, tetapi mereka menjadi tercengang-cengang, heran dan bahkan bingung karena para murid dapat berbicara dengan bahasa-bahasa mereka sendiri. Mereka sepertinya tidak percaya akan fakta ilahi itu. Karena itu dalam keheranan dan kebingungan itu mereka bertanya retoris:” “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri?” Mereka lupa, bahwa fakta ilahi ini adalah hasil karya Allah sendiri. Karena bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Yang mustahil bagi manusia, tetapi tidak untuk Tuhan. Dia dengan otoritas Kemahakuasaan-Nya dapat melakukan perbuatan ajaib, yakni Mukjizat Pentakosta seperti yang kita rayakan pada hari ini.
Otoritas Kemahakuasaan Allah untuk melakukan perbuatan ajaib itu kemudian ditegaskan oleh Paulus dalam bacaan II:” Ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu; Dialah yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.” Jadi, Allah mengerjakan perbuatan ajaib berupa pencurahan Roh Kudus ini dalam semua orang untuk kepentingan bersama.
Petrus sadar bahwa pencurahan Roh Kudus kepada mereka untuk kepentingan banyak orang. Maka, dia yang dulunya bersembunyi di ruang atas, dengan pintu-pintu terkunci rapat-rapat, dibukanya lebar-lebar. Dia yang dulunya takut, saat ini menjadi pemberani oleh karena Roh Kudus. Karena itu ia keluar dari ruang itu. Ia menampakan dirinya di depan banyak orang dengan penuh keberanian. Ia tidak takut lagi. Di depan ribuan orang ia bangkit berdiri dan berkotbah.
Hasil Kotbahnya adalah 3000 orang percaya dan dibaptis atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Terbaptisnya 3000 orang itu sebagai bukti lahirlah Gereja Kristus. Gereja Kristen perdana ini terdiri dari orang-orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab.
Saudara-saudara, karunia bahasa adalah tanda baptisan Roh Kudus. Tujuan kita mengalami Baptisan Roh Kudus bukan hanya untuk mengalami bahasa roh, itu hanya sebagai tanda bahwa kita dilawat oleh Tuhan, namun tujuannya bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk menjadi berkat bagi orang lain, yaitu menjadi saksi Tuhan untuk memberitakan injil sampai ke ujung bumi. “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Kesaksian yang dimulai dari Yerusalem (Kota), lalu ke Yudea (Propinsi), kemudian terus ke Samaria (bangsa atau Negara), dan akhirnya sampai ke ujung Bumi (Dunia). Artinya, Roh Kudus sebagai pembaharu muka bumi itu, dimulai dari lingkup yang lebih kecil sampai kepada yang lebih luas.
Terimalah Roh Kudus, demikian Yesus mengembuskan Roh Kudus itu kepada para murid-Nya. Hari ini, kita pun mengalami hal yang sama. Kita yakin bahwa hari ini kita juga mengalami pencurahan Roh Kudus. Pencurahan Roh Kudus menunjukkan adanya energi perubahan, dari yang takut menjadi berani, dari yang diam menjadi berbicara, dari yang tak bersaksi menjadi memberikan pengajaran. Maka kita yang mendapat energy baru itu, kita harus menjadi berani dan penuh sukacita menjadi saksi sampai ke ujung bumi. ***