Oleh : Germanus S. Atawuwur
Alumnus STFK Ledalero
Kel.34:4b-6.8-9; 2 Kor/13:11-23; Yoh. 13:16-18
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, setelah kita merayakan hari raya Pentakosta sekaligus sebagai hari lahirnya Gereja, hari ini kita merayakan pesta Tritunggal Maha Kudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Satu Allah tiga pribadi. Pribadi-pribadi Ilahi yang kita sapa sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus yang selalu kita sapa tatkala kita membuat tanda. Tritunggal Mahakudus tidak sama dengan Triteisme! Kalau Triteisme yang berarti Tiga Allah.
Kita tidak kenal triteisme karena Tritunggal bukan terdiri dari angka-angka. Ia Maha Tak Terbatas. Jauh melampaui angka-angka ciptaan manusia itu. Karena orang atau kelompok orang sangka bahwa Tritunggal terdiri dari angka-angka maka mereka kira umat Katolik itu mempunyai tiga Allah. Maka sering digunakan oleh pihak-pihak lain untuk dijadikan bahan untuk “memperlemah” dan menyerang iman kita.
Sebagai orang katolik kita sering mengalami kesulitan dalam memahami dan menjelaskan tentang Tritunggal Mahakudus. Ajaran iman ini tidak mudah kita mengerti secara rasional. Karena kita ini adalah manusia yang terbatas, maka tidak mungkin kita mengerti dan memahami ke-tidak-terbatasan Tritunggal itu. Untuk mengerti hakikat Allah memang kita tidak akan mampu. Hakikat Allah tidak bisa didefinisikan atau dimengertikan dengan kalimat yang baku oleh karena keterbatasan manusia.
Santu Anselmus mengatakan, untuk mengerti pribadi Allah Tritunggal hanyalah dengan mengimaniNya:“credo ut intelliga.” artinya aku percaya supaya aku mengerti. Iman memang harus menolong budi. Tetapi banyak kali kita menuntut untuk mengerti lebih dahulu baru percaya. Tapi ternyata Tuhan menghendaki supaya kita mengimani dan percaya supaya dapat mengerti rahasia Allah. Rahasia tentang Tritunggal Mahakudus, adalah sebuah misteri besar, yang sampai kapan pun tidak dapat disingkap oleh pikiran manusia. Untuk mengerti hakikat Trinitaris memang kita tidak akan mampu. Hakikat Allah tidak bisa didefinisikan atau dimengertikan dengan kalimat yang baku. Untuk mengerti akan pribadi Allah Tritunggal hanyalah dengan mengimaniNya.
Hal ini telah dicontohkan sendiri oleh Musa dalam bacaan pertama. Musa mengimani dan memahami Allah sebagai Tuhan, Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setiaNya (bdk. Kel. 34:6). Musa melihat bahwa umat Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, yang penuh dengan kesalahan dan dosa. Maka, Musa memahami Allah adalah Allah yang belas kasihan, baik hati, dan pengampun (bdk. Kel. 34:9). Sedangkan dalam bacaan kedua, Paulus memperkenalkan kepada kita akan Allah Tritunggal, seperti yang diungkapkan dalam salam dari suratnya kepada jemaat di Korintus “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”. Paulus memahami hakiki Allah Tritunggal, yaitu Allah adalah sumber kasih dan damai sejahtera,
Yesus Kristus yang adalah kasih dan damai sejahtera itu sendiri, dan Roh Kudus yang menyatukan (bdk. 2 Kor 13:13). Sementara itu dalam bacaan Injil, Yesus menjelaskan kepada Nikodemus (orang Farisi) tentang rahasia-rahasia pribadi Allah. Yesus memperkenalkan Allah sebagai Allah yang memiliki kasih yang besar bagi dunia, Allah yang rela mengaruniakan DiriNya, untuk dunia” (bdk. Yoh 3:16). Dan Yesus menjelaskan bahwa DiriNya adalah yang dimaksudkan dengan AnakNya yang tunggal, yang diutus oleh Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia lewat penderitaan dan wafatNya di salib. Kepada Nikodemus, Yesus juga menjelaskan bahwa barangsiapa percaya padaNya akan peroleh hidup kekal.
Saudara-saudara, sekalipun kita ini sudah lama menjadi orang Katolik, kita ini seperti Nikodemus yang sungguh mengalami kesulitan untuk mengerti hakikat pribadi Allah Tritunggal. Akal budi kita sangatlah terbatas dan pasti tidak mampu untuk memahami pribadi Allah dengan pikiran atau rasio kita. Menjelaskan tentang Allah Tritunggal tidak bisa dengan analogi-analogi pikiran rasional. Agar mengerti akan pribadi Allah Tritunggal kita mohon bimbingan Roh Kudus, untuk mendengarkan suara Yesus agar kita mengerti dalam iman yang dalam akan rahasia Allah Tritunggal Mahakudus.
Sampai di sini saya teringat kembali cerita klasik yang tentu masih popular dan relevan. Adalah Santu Agustinus. Pada suatu kesempatan dia berjalan di pinggir pantai. Ia berjumpa dengan seorang anak kecil yang sedang bermain-main. Anak itu menggali sebuah lubang kecil seperti sumur di atas pasir. Anak itu berulang kali mengambil air laut dengan gelas kecil itu dan memasukannya ke dalam lubang itu.
Setiap saat lubang itu diisi langsung menjadi kering karena dasarnya adalah pasir. Agustinus bertanya kepadanya: untuk apa ia melakukan semuanya itu. Ia menjawab hendak memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang kecil tersebut. Agustinus mengatakan kepadanya bahwa usahanya itu hanya sia-sia saja. Tidaklah mungkin memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang tersebut. Anak itu kemudian bertanya kepada Agustinus: Apa yang sedang Anda pikirkan?” Agustinus menjawab bahwa ia sedang memikirkan misteri Tritunggal Mahakudus. Kemudian anak itu tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan bahwa otakmu itu kecil seperti lubang buatan saya ini sedangkan Tritunggal Mahakudus jauh lebih luas dari samudra raya. Agustinus menjadi sadar bahwa ternyata akal budi itu tidak mampu memahami seluruh rahasia Tuhan. Maka, benarlah kata-kata Santu Anselmus: credo ut intelliga.” artinya aku percaya supaya aku mengerti.
Kita percaya supaya mengerti bahwa misteri Tritunggal merupakan dinamika kasih yang mengagumkan itu. terkandung seluruh kasih Allah kepada manusia dan terlaksananya kasih itu dengan menakjubkan. Misteri kasih itu bersumber pada Allah yang menyatakan diri sebagai Bapa bagi manusia, dalam AnakNya yang diutus untuk membela kepentingan manusia, dan Roh-Nya yang mendorong dan menggerakkan kasih itu sehingga menyuburkan. Karena hubungan Allah dan manusia adalah hubungan kasih, maka jawaban manusia tidak lain dari penyerahan utuh yaitu iman kepercayaan. Dalam iman inilah manusia mendapatkan kurnia Allah dan kedamaian bagi hidupnya.
Pewartaan atas renungan orang beriman tentang misteri ini terutama dipusatkan pada diri Yesus Kristus, yang tampil sebagai Anak Allah yang disayangi, hidup penuh dengan Roh-Nya, dan menularkan Roh itu juga kepada orang beriman. Dalam diri Yesus Kristus Allah menyatakan diri sebagai pencinta manusia yang mengagumkan. Pengalaman akan Allah yang mengagumkan dalam diri Yesus Kristus inilah yang dirumuskan dengan gambaran Bapa, Anak dan Roh Kudus. Pengalaman itu merupakan pengalaman sejarah keselamatan Allah bagi manusia yang . dinyatakan dalam misteri Allah Tritunggal.
Karena itu, pengalaman akan Allah Tritunggal terungkap nyata dalam pengalaman iman, dalam dalam keseharian hidup kita akan Allah Tritunggal. Di sinilah kita dituntut untuk berani memberikan kesaksian hidup atas pengalaman iman ini, bahwa Bapa yang telah memanggil kita penuh cinta, terjelma dalam Putera yang menyertai kita dalam Roh. Persatuan mesra penuh kasih dengan Allah Tritunggal semakin menggerakkan kita untuk terus membangun persatuan kita satu sama lain dalam semangat Allah Tritunggal, hari ini, hingga selama-lamanya…. Amin ***