Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Kej. 19:2-6a; Rm.5:6-11; Mat. 9:36-10:8
WARTA-NYSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Yesus memiliki kepekaan sosial yang tajam tatkala dalam menjalankan misi perutusan-Nya, Dia menjumpai orang banyak sebagaimana diceritakan Matius dalam injil hari ini. Dalam karya pelayanan-Nya itu, Yesus melihat orang banyak itu lelah dan terlantar. Orang banyak yang terlantar itu tidak ada yang mempedulikan mereka. Tidak ada orang yang memberikan perhatian kepada mereka. Yesus kemudian mensejajarkan orang banyak yang lelah dan terlantar ini seperti domba yang tidak bergembala. Karena itu, hidup orang banyak itu tanpa arah yang jelas. Karena itu muncullah kepekaan sosial yang tinggi dari Yesus. Yesus tergerak oleh belaskasihan-Nya untuk harus melakukan sesuatu. Kondisi orang banyak yang lelah dan terlantar ini kemudian menjadi alasan Yesus memanggil dan mengutus keduabelas murid.
Namun sebelum Yesus memanggil murid-murid dengan namanya masing-masing, Yesus terlebih dahulu membuka mata hati mereka dengan berkata:”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.Yesus menganalogikan orang banyak yang lelah dan terlantar itu dengan tuaian yang begitu banyak, namun pekerjanya sedikit. Karena itu Yesus mengatakan sekali lagi kepada mereka:” Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Siapakah yang empunya tuaian itu sehingga kepadanya harus diminta restu untuk mengirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu? Tentu Dialah Tuhan Sang Gembala Agung. Dialah pemilik tuaian itu Karena itu, hanya kepada Dialah kita memohonkan pekerja-pekerja bagi tuaian itu.
Kita meminta kepada Allah agar dikirimkanNya kepada pekerja-pekerja itu, sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri.
Karena itu Yesus yakin, bahwa murid-murid yang akan dipanggil dengan nama mereka masing-masing adalah orang-orang yang dikehendaki Tuhan sendiri. Dalam keteguhan keyakinan-Nya itulah Dia kemudian memanggil satu demi satu orang-orang itu Dipanggilnya Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia. Orang-orang itu kemudian disebutnya sebagai Murid-murid Yesus. Yesus memanggil mereka dengan nama mereka masing-masing, artinya Yesus mengenal satu demi satu orang-orang ini dengan baik.
Karena Yesus mengenal mereka ini dengan baik, maka Yesus kemudian mempercayakan kepada mereka tugas pertutusan ini,” Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan.”
Di akhir penyerahan mandate perutusan itu, Yesus ingatkan keduabelas rasul itu:” Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
Yesus ingatkan murid-murid-Nya bahwa karena kuasa untuk memberitakan Kerajaan Sorga sudah dekat, kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, bahkan kuasa untuk membangkitkan orang mati, kuasa untuk mentahirkan orang-orang kusta, kuasa untuk mengusir setan-setan, adalah kuasa-kuasa yang diberikan dengan cuma-cuma kepada mereka. Karena itu maka mereka memberikan dengan cuma-cuma kepada orang-orang yang membutuhkannya.
Yesus mengingatkan mereka agar kuasa yang diberikan dengan gratis ini tidak boleh diperdagangkan demi keuntungan pribadi. Tetapi semua kuasa itu diberikan secara gratis demi menyelamatkan orang-orang yang lelah dan terlantar, yang hidup seperti domba yang tak punya gembala. Kepada orang-orang itulah murid-murid diutus untuk mendharmabaktikan seluruh jiwa raganya untuk keselamatan dan kebahagiaan banyak orang ini. Maka dari itu prinsip pelayanan mereka adalah mengerjakan perbuatan-perbuatan baik secara cuma-Cuma. Mereka harus menyembuhkan orang sakit, mentahirkan orang kusta, mengusir setan dan bahkan membangkitkan orang mati serta memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat dengan sukarela. Mereka tidak boleh meminta upah karena telah melakukan perbuatan-perbuatan baik. Karena upah mereka adalah melakukan perbuatan baik tanpa upah.
Saudara-saudara, kita semua dipanggil dan diutus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Tentu kita tidak memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati; tetapi di antara kita- walaupun tidak banyak – tentu ada yang memiliki “kuasa” karunia untuk menyembuhkan orang sakit. Ada pula yang – tentu hanya sedikit – yang menerima “kuasa” anugerah untuk mentahirkan orang kusta; tetapi kita yang lebih banyak ini, oleh karena sakramen Permandian dan Penguatan/Krisma, kita semua diutus untuk turut serta dalam penggembalaan domba-domba yang tidak bergembala itu. Kita ikut berpartisipasi untuk berbuat baik kepada “orang banyak yang masih letih-lelah dan yang terlantar.” Karena kita semua telah menerima nafas kehidupan ini dengan cuma-cuma, maka selama masih ada nafas, berbuatlah baik tanpa ada pamrih tertentu, berbuatlah baik tanpa mengharapkan imbalan, karena upah kita adalah berbuat baik tanpa upah.
Mengakhiri kotbah ini, saya mengangkat kembali cerita berikut:
Selama perang dunia II, ada sebuah Gereja kecil di Frankfut, Jerman yang hancur berantakan akibat dibom oleh pasukan sekutu. Setelah perang usai dan Jerman kalah, para warga paroki kembali memperbaiki Gereja tersebut. Salah satu yang hancur lebur adalah patung Yesus, beruntung hancurnya tidak parah dan bisa disatukan lagi. Akan tetapi ketika semua runtuhan patung telah dikumpulkan, mereka tidak dapat menemukan kedua tangan patung itu. Mereka kemudian mendiskusikan masalah itu dan memperdebatkan ide untuk meminta salah seorang pemahat untuk membuat kedua belah tangan patung Yesus tersebut. Setelah melalui perdebatan yang panjang akhirnya mereka memutuskan untuk membiarkan patung Yesus tersebut tanpa tangan. Sebagai gantinya mereka menulis sebuah tulisan di bawah patung tersebut, bunyinya adalah: “Kristus tidak memiliki tangan lagi selain tangan-tangan kita”
Akhirnya semakin banyak warga paroki dan orang-orang yang datang ke Gereja tersebut disadarkan bahwa sekarang karya Kristus di dunia ini harus dilaksanakan oleh mereka yang telah memilih untuk mengikuti Kristus.
Saudara-saudaraku, Kristus tidak memiliki tangan lagi selain tangan-tangan kita yang sudah diberikan kepada kita dengan cuma-cuma. Karena itu mari kita hayati tulisan berikut ini:
Kristus tidak memiliki tangan lagi
Ia hanya memiliki tangan kita di dunia ini
Untuk mengerjakan apa yang hari ini Ia ingin selesaikan
Ia tidak memiliki kaki lagi
Ia hanya memiliki kaki kita di dunia ini
Untuk mencari orang dan menolong pada jalan-Nya
Kritus tidak memiliki mulut lagi
Ia hanya memiliki mulut kita di dunia ini
Untuk melihat kesusahan orang lain dan menghibur mereka
Ia tidak memiliki mata lagi
Ia hanya memiliki mata kita di dunia ini
Untuk melihat kesusahan dan menghiburnya
Ia tidak memiliki telinga lagi
Ia hanya memiliki telinga kita di duni ini
Untuk mendengar kerinduan orang kepada-Nya
Kristus hanya memiliki kita untuk tetap tinggal di dunia ini sebagai Kristus yang lain