Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Dan.7:9-10.13-14; 2Ptr.1:16-19; Mat. 17:1-9
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih dalam Kristus. Pada Minggu biasa yang kedelapan belas ini, Gereja Katolik sejagad merayakan Pesta Yesus Menampakan Kemulian-Nya. Transfigurasi menunjukan betapa dahsyatnya karya agung Allah. Dia sungguh kuat kuasa. Dia agung dan besar. Maha Suci. Karena itu Dia menunjukkan keagungan kuasa-Nya melalui transfigurasi Putra-Nya di depan tiga murid-Nya: Petrus, Yakobus dan Yohanes. Ketiganya tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan mewakili seluruh umat manusia yang percaya pada keilahian Allah dalam karya agung-Nya.
Umat manusia yang diwakilkan oleh tiga murid itu, segera sadar diri bahwa mereka cuma bejana tanah liat yang mudah rapuh-retak. Mereka manusia yang penuh nista, noda dan dosa. Mereka tak pantas menyaksikan kemuliaan Gurunya. Karena itu, begitu menyaksikan Yesus berubah rupa, tersungkurlah mereka dan sangat ketakutan. Gerakan tubuh tersungkur menunjukkan kerendahan, dan kehinaan manusia. Mereka sadar, bahwa mereka hanyalah setitik debuh. Ia menjadi tidak berdaya di hadapan Tuhan Maha Daya. Lalu ketakutan itu muncul karena kesadaran akan segala noda dosa yang masih melekat pada dirinya. Mereka takut berhadapan dengan yang Maha Suci. Mereka takut ditelanjangi dalam kesemarakan kemegahan Transfigurasi Yesus.
Ketika melihat itu, dengan tegas penuh wibawa Yesus berkata kepada mereka: “Berdirilah, jangan takut!” Berdirilah, tidak sekedar kata-kata kosong. Berdirilah memiliki makna teologis antropologis. Berdirilah adalah pengakuan ilahi akan keinsanan manusia. Singkatnya, berdirilah, adalah pengilahian manusia bahwa manusia karena Citra Allah, maka begitu berharga di mata Allah. Allah akan bertindak menurut rencana dan cara Allah untuk menyelamatkan manusia. Karena itu Yesus beri peneguhan: Jangan takut! Jangan takut mengandung sebuah harapan. Harapannya adalah mereka akan ditebus. Ditebus oleh Darah Putra Tunggal Allah sendiri, yang pada hari ini dimulia-agungkan di hadapan kerapuhan manusia, di sebuah gunung menjulang tinggi. Dari gunung itu, terdengar kata-kata Tuhan, Sang Juru Selamat penuh wibawa:” Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan,dengarkanlah Dia.” Kata-kata ini adalah sebuah pengumuman. Kata-kata ini adalah deklarasi Putra-Nya bahwa tiada yang lain, – hanya Dia sajalah – orang yang dikasihi Tuhan Bapa-Nya. Bahwa tiada duanya, – hanya Dia sajalah – orang yang berkenan kepada Allah. Karena hanya Dia sajalah yang dikasihi Allah, karena hanya Dialah yang berkenan pada Tuhan, Bapa-Nya maka siapapun yang melihat, siapapun yang bersama-Nya hanya punya satu sikap ini, dengarkanlah Dia!
Dengarkan dia adalah instruksi ilahi. Maka setiap manusia yang diilahikan wajib dengarkan apa kata-kata Yesus. Harus patuh pada apa yang dikatakan-Nya.. Karena semua yang dikatakan-Nya, semua yang diajarkan-Nya, semua yang dibuat-Nya adalah demi untuk keselamatan manusia.
Jadi pesta Penampakan Tuhan pada hakekatnya adalah Pengumuman Tuhan kepada manusia bahwa Yesus adalah Putra Kekasih-Nya, – yang berkenan kepada-Nya tetapi sekaligus juga adalah pengilahian manusia sebagai citra Allah.
Maka dengan itu dapat dikatakan bahwa transfigurasi Yesus menjadi dasar dilakukannya transformasi diri manusia. Manusia yang tersungkur takut, ditransformasi oleh Yesus untuk berdiri teguh tanpa takut. Dia yang berdiri teguh tanpa takut ditransformasi untuk menjadi pemberani dalam bersaksi tentang Kristus.
Namun aneh saudara-saudaraku, pasca transfigurasi yang dibarengi pemakluman atas Yesus sebagai Putra yang dikasihi dan Anak yang berkenan di hadapan Allah, Yesus malah meminta ketiga murid-Nya untuk membungkam seribu satu bahasa. Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”
Petrus dan kedua murid itu patuh pada pesan guru mereka. Mereka tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang kejadian itu, kecuali sesudah Anak Manusia dibangkitkan. Pesan ini memiliki makna bahwa semua kebenaran tidak harus disampaikan. Tunggu moment yang tepat. Moment yang tepat itu adalah setelah Yesus dibangkitkan dari antara orang mati. Karena itu maka, pesan Yesus itu baru disampaikan Petrus kepada umat manusia, teristimewa yang percaya kepada kebangkitan Kristus, sebagaimana yang kita dengar dalam bacaan II:” Kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi.”
Kata-kata Petrus ini adalah sebuah kebenaran factual tetapi sekaligus juga merupakan pemenuhan akan apa yang dipesan Yesus pada saat terjadi transfigurasi itu. Kata-kata Petrus tentang transfigurasi Yesus sebagai saat pemuliaan Yesus ini adalah juga sebagai pemenuhan dari nubuat para nabi tentang Yesus, sebagaimana nubuat nabi Daniel dalam penglihatannya:” Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah”
Pertanyaannya, siapakah seorang seperti anak manusia itu? Siapakah yang dimaksudkan dengan Yang Lanjut Usianya itu? Tidak lain, tidak bukan adalah prototype Yesus Putra Allah bersama Bapa-Nya. Kepada Sang Putra dianugerahkan kepadaNya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.
Tentang Sang Lanjut Usia itu, kemudian disampaikan oleh nabi Daniel:” Aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, dengan merayakan Pesta Yesus Menampakan Diri hari ini, mudah-mudahan, kita yang telah bertransformasi karena transfigurasi Yesus ini, sungguh dikasihi Tuhan dan berkenan kepada-Bapa di surga. ***