LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Sebanyak 59 orang mahasiswa/i, dari Fakultas Teknik Undana Kupang telah tiba di Desa Nelayan Tradisional Lamalera pada tanggal 15 Agustus 2023, Para mahasiswa Undana dari jurusan / mata kuliah Arsitektur ini datang ke Desa Lamalera ysng dikenal sebagai Destinasi Wisata Dunia dengan penangkapan Ikan Paus secara tradisional itu melakukan Survei Budaya atau mempelajari Budaya Rumah-rumah Adat Berstruktur Tradisional.
Menurut mahasiswa bangunan rumah-rumah adat sudah mengalami perubahan karena petkembangan teknologi. Namun dilihat dari struktur bangunan masih mempertahankan pola lama, tidak memiliki slof dasar dan atas. Hanya ikatan batu bata dan pada ke-empat sudut bangunan rumah tidak menggunakan beton dan masih menggunakan batu bata yang disusun untuk menyatukan sudut rumah agar kuat dan tetap kokoh.
Semua mahasiswa berdomisili di Desa Lamalera B, namun melihat dan mendengar bahwa Lamalera A, adalah bagian Desa Nelayan Lamalera yang memiliki satu kesatuan adat tradisi dan budaya, sehingga mereka berkesempatan melaporkan diri ke pemerintah Desa Lamalera A, dirumah bapak Kades Yakobus Tuvan.
Pada kunjungan sore hari itu mereka diterima oleh Kades di halaman rumah adat Suku Tuvaono yang adalah suku tuan tanah. Beberapa pertanyaan yang menjadi tujuan dan topik wawancara dengan kepala desa antara lain;
Sejarah asal usul orang Desa Lamalera, Sejarah berdirinya Desa
Lamalera.
Kepala Desa Lamalera A, Yakobus Tuwan menggambarkan secara garis besar tentang awal kedatangan orang Lamalera sampai menetap di Lamalera, yaitu oleh suku Tanah Krova yang adalah Raja, Suku Lefohajo, adalah Nelayan dan suku Lamanudek adalah suku Arsitek.
Tentang sejarah berdirinya Desa Lamalera, beliau menyampaikan kepada mahasiswa bahwa tidak ada sejarah berdirinya atau belum ada tanggal yang pasti karena pemerintahan desa pada saat itu di kuasai oleh Kepala Hamente yang adalah pendukung pemerintah jaman kolonial Belanda. Beliau juga menjanjikan untuk membentuk team untuk mendapat jawaban dari di raja larantuka
Ketua Senat Para Mahasiswa, Yohanes F. Batista menyatakan bahwa Servei di Desa Lamalera atau bahwa mereka datang bukan untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) tetapi untuk mempelajari Budaya, rumah -rumah adat yang berstruktur tradisional. Para mahadiswa mengatakan bahwa kegiatan yang sedang mereka jalankan, dan geluti ini, disebut sebagai Kuliah Lapangan. Dan ini merupakan program tahun Universitas Undana mahasiswa Semester ke-5 jurusan Arsitektus, yang sudah di mulai sejak tahun 2007, dan mereka adalah angkatan ke 16.
Hadir mendampingi mahasiswa dua orang dosen Arsitek yakni Andre Amaby, ST.MT, dan I Gusti Wiras Hardy, ST.MSC. Dosen Andrea menyampaikan bahwa banyak desa desa di kabupaten lain sudah di kunjungi. Untuk Kabupaten Lembata ada dua desa yaitu Desa Jontona di Kecamatan Ileape dan Desa Lamalera di Kecamatan Wulandoni. Hasil pertemuan memutuskan Desa Lamalera dan akhirnya tiba di Lamalera dan akan kembali ke Kampus Undana pada tanggal 17 Agustus 2023 .

Tanggapan Fefri Bataona
Jefri Bataona, Tokoh Muda Desa Lamalera B, dan Guru SMKN 1 Lamalera angkat bicara soal cuplikan sejarah. ‘apa yang disampaikan oleh Kades Lamalera A dan dikutip itu belum tepat. Karena saat Levo Lamalera ini dibangun, dulu Tana Krova bukan lagi raja, dan Suku Levohajo itu “kbelek” atau yang memimpin kampung ini. Sementara narasi untuk Suku Lamanudek itu sudah benar”, ungkap Jefry Bataona.
Singkatnya kisah. lanjut Jefry Bataona, awal terbentuknya Levo Lamalera adalah nenek moyang kami yang datang dari ‘Leppe Batte’ dan yang telah melalui beberapa persinggahan dan akhirnya menetap di tanah Gesi Gueng Raja dan Libu Lamamau. Disaat moyang kami mulai membentuk Levo Lamalera ini, Suku Tana Krova sudah tidak dalam kapasitas sebagai raja. Statusnya sudah hilang.
Menurut Jefry Bataona, moyang kami dipimpin oleh Suku Lefo Hajo yang disebut ‘Atakbelek’. Dari suku Lefohajo yang adalah pemimpin inilah lahir suku ‘Lika Telo’ (Blokololo, Bataone, dan Lefo Tuke, yang bersama kedua tuan tanah memimpin Lefo Lamalera dengan tugas, tanggung jawab & fungsinya masing sampai dengan hari ini.
“Intinya adalah bahwa Suku Tana Krova di saat lefo Lamalera dibentuk, sudah tidak dalam posisi atau tidak dalam kedudukan sebagai raja dan ini fakta sejarah yang ada dalam ‘lieng usu asa'”,tegas Jefry Bataona. ***
Laporan Sisko Keraf, Guru SMPN 3 Wulandoni Satap Labala dari Lamalera.