Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes.55:6-9; Flp.1:20c-24.27a; Mat.20:1-16
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, ajaran Yesus hari ini mulai mengarahkan kita kepada Kerajaan Surga sebagaimana dilukiskan dalam bacaan injil hari in:” Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.”
Ketika pekerja yang lebih dahulu masuk kerja menerima upah yang sama dengan orang yang datang bekerja kemudian, mereka pun protes dan bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: “Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.”
Terhadap protes itu, tuan itu menjawab kepada mereka:” Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”
Perumpamaan tentang pekerja di kebun anggur ini mengajarkan bahwa perihal memasuki Kerajaan Allah adalah soal hak istimewa Allah berdasarkan kemurahan hati-Nya, bukan soal jasa manusia. Di sini Kristus hendak memperingatkan para pembaca bahwa siapapun dia, dia jangan merasa diri lebih unggul dan lebih hebat daripada orang lain karena memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat. Karena ketika masuk dalam Kerjaan Surga, Tuhan memperlakukan semua orang dengan adil.
Dalam perumpamaan ini mau ditonjolkan juga kepedulian Allah yang ingin menawarkan kasih karunia-Nya kepada sekalian orang berdasarkan kemurahan hati Allah. Kemurahan hati Allah ini kemudian dikaitkan dengan keadilan sebagaimana yang diutarakan dalam injil tadi:” Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau.”
Tuan kebun anggur tidak memperhitungkan upah para pekerja berdasarkan keadilan matematis. Dia juga tidak memperhitungkan pemberian upah berdasarkan keadilan proporsional. Tetapi Dia memiliki indikator keadilan menurut takaran-Nya sendiri. Dan takaran Tuhan berdasarkan kemurahan hati-Nya sendiri. Kemurahan hati Tuhan dengan begitu mudah menggugurkan keadilan matematis menurut perhitungan manusia. Pada contoh kasus ini, kita akhirnya mengerti kata-kata Tuhan dalam bacaan I tadi: “Jalan-Ku bukan jalanmu, rancanganKu bukanlah rancangan-Mu.”
Saudara-saudaraku yang terkasih, kemurahan hati dan keadilan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Keadilan tanpa kemurahan hati adalah kekejaman, sedangkan kemurahan hati tanpa keadilan adalah pemborosan. Orang yang murah hati adalah orang yang melakukan karya belas kasih, baik secara jasmani maupun rohani, yang membantu sesamanya, tidak dengan maksud manusiawi, tetapi dengan iman, yaitu karena mengasihi Allah. Maka, satu-satunya yang menjadikan patokan untuk berbuat adil dan benar adalah Murah Hati. Murah hati berarti suka memberi, tidak pelit dan suka menolong. Berbelas kasihan bukan hanya sekadar menolong atau mengasihi sesama tetapi memberikan lebih jauh dari itu adalah pengampunan kepada seseorang yang bersalah, sebagaimana sudah saya uraikan dalam kotbah minggu lalu. Dalam pengertian yang lebih luas, murah hati dapat diartikan sebagai kebaikan di dalam tindakan, sikap lemah lembut dalan berhubungan dengan orang lain, kebaikan hati, sifat kasih dan sayang, serta kedermawanan.
Menurut Stefan Leks, ahli Kitab Suci, mendefenisikan murah hati sebagai suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang, di mana dirinya selalu merasa kasihan terhadap orang lain sehingga ingin menghibur mereka. Murah hati merupakan kasih yang harus mengalir ke luar, bukan ke dalam, di mana memberi bukanlah pilihan, melainkan hal utama dalam kasih. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa orang yang murah hati adalah orang yang melakukan karya belaskasih baik secara jasmani dan rohani, yang membantu sesamanya, tidak dengan maksud manusiawi, tetapi dengan iman yaitu karena mengasihi Allah.
Karena itu, kemurahan hati ataupun belas kasih tidak hanya untuk dihubungkan dengan tindakan amal atau derma, tetapi juga dalam hal menanggung beban sesama demi kasih kepada Tuhan. Santo Agustinus mengajarkan bahwa Tuhan Yesus menyebut berbahagia, mereka yang menolong orang-orang yang susah, sebab mereka melihat bahwa mereka sendiri pun beruntung telah dibebaskan dari kesusahan. Maka orang yang murah hati adalah orang yang merasakan kesusahan orang lain, seolah itu adalah kesusahannya sendiri.
Sikap yang murah hati dibutuhkan juga dalam hubungan dengan pengampunan. Bahwa kita rela untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, karena kita sadar bahwa kita pun memerlukan pengampunan dari Tuhan. Inilah inti dari perumpamaan tentang pengampunan (lih. Mat 18:21-35). Orang yang murah hati akan rela mengampuni orang yang bersalah kepadanya sebanyak “tujuh puluh kali tujuh kali.”
Allah mengajarkan kepada kita, bahwa kemurahan hati Allah akan kita terima, asalkan kita pun bermurah hati kepada sesama. Kemurahan hati Allah dicontohkan oleh Yesus sendiri dalam cerita biblis tentang penjahat yang bertobat yang disalibkan di sebelah kanan-Nya. Ia memohon kemurahan hati Yesus dengan berkata:” Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk 23:42). Dan Yesus menanggapi kemurahan hatinya dengan kemurahan hati yang tak tertandingi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).
Saya tegaskan kembali kata-kata Stefan Leks untuk mengakhiri kotbah ini:” Murah hati merupakan kasih yang harus mengalir ke luar, bukan ke dalam, di mana memberi bukanlah pilihan, melainkan hal utama dalam kasih. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa orang yang murah hati adalah orang yang melakukan karya belaskasih baik secara jasmani dan rohani, yang membantu sesamanya, tidak dengan maksud manusiawi, tetapi dengan iman yaitu karena mengasihi Allah.” Mari kita belajar pada Allah, Karena Allah itu Murah Hati! ***