Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes. 5:1-7; Flp. 4:6-9; Mat. 21:33-43
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, seminggu yang lalu kita mendengar perumpamaan seorang ayah yang menyuruh kedua anaknya untuk bekerja di Kebun Anggurnya. Anak sulung mengiyakan, namun kemudian tidak pergi. Sedangkan anak bungsu ketika disuruh ayahnya serentak dia mengatakan tidak mau. Namun kemudian dia menyesal lalu akhirnya pergi juga. Baginya bekerja di kebun anggur ayahnya bukan hanya sebagai kesempatan, melainkan sebagai hadiah dan kesempatan (rahmat).
Maka ketika ia bekerja di kebun anggur ayahnya dia lakukan dengan sukacita, sebagai bentuk syukurnya kepada sang ayah yang telah membesarkannya. Demikianlah, symbol anggur itu adalah sukacita dan syukur. Hari ini, baik bacaan I maupun bacaan injil berbicara tentang Kebun Anggur.
Gambaran “kebun anggur” diambil dari Kitab Yesaya pasal 5. Penggunaan “kebun anggur” sebagai kiasan untuk “Israel” merupakan praktik umum para ahli agama pada waktu itu. Dapat juga merupakan perjanjian Allah dengan umat Israel, dan /atau juga dengan seluruh dunia. Singkatnya, dalam Perjanjian Lama Israel diumpamakan dengan kebun anggur Tuhan. Sebagai kebun anggur Tuhan, Tuhan pun bernyanyi sebagai tanda sukacitanya atas kebunnya itu. Nyanyian sukacita itu karena yang Dia harapkan agar kebun anggur itu menghasilkan buah yang manis.
“Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya : Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam. Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu. Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? “
Tuhan berharap agar Israel, yang diumpamakan sebagai kebun anggur itu, harus mengasilkan “buah-buah yang manis.”
Buah-buah yang manis itu sebagaimana diperdengarkan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi:” semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci , semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”
Pertanyaannya, apakah Israel sebagai kebun anggur Tuhan itu berhasil menghasilkan buah-buah manis” Buah-buah keadilan, kebenaran dan perdamaian tak kunjung didapati Tuhan.
Yesaya melukiskan:” Allah menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik,tetapi mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya. “
Karena yang dihasilkan Israel bukanlah keadilan, kebenaran, kedamaian sebagai buah-buah anggur yang manis, namun yang didapatkannya adalah buah-buah kelaliman, keonaran dan kejahatan maka tindakan tegas seperti yang digambarkan Yesaya di atas dilakukan Tuhan. Kelaliman, keonaran dan kejahatan lainnya menjadi awal kehancuran Israel.
Perumpamaan Yesaya tentang kebun anggur itu, secara historis menunjuk kepada kebinasaan Yerusalem dan kerajaan Yehuda. Akhirnya Israel benar-benar dibuang ke Babilonia. Peristiwa pengasingan dan pembuangan orang-orang Israel dari Kerajaan Yehuda kuno ke Babilonia oleh Nebukadnezar II pada tahun 586 SM.
Saudara-saudara yang terkasih, Kerajaan Allah yang ditolak oleh Israel kemudian tidak membuat Allah berhenti . Allah kemudian menawarkan Kerajaan Allah dan kuasa-Nya kepada bangsa lain/orang lain melalui pewartaan Putra Tunggalnya. Maka pada hari ini, kita pun akhirnya turut mendengarkan perumpamaan Yesus tentang Penggarap-penggarap kebun anggur. Tuhan telah menyediakan kebun anggur. Sekarang yang ditunggu-tunggu adalah siapakah yang bakal menjadi penggarap-penggarap kebun anggur itu?
Ternyata, Mateus kemudian mencatat bahwa ia menyewakan kebun anggurnya itu kepada penggarap-penggarap, lalu dia pergi ke negeri yang jauh. Ketika tiba saat musim panen, dia mengirim hamba-hambanya untuk meminta apa yang menjadi bagiannya, namun sayang, hamba-hamba itu mati dibunuh oleh penggarap-penggarap itu. Tuan kebun anggur akhirnya memilih untuk mengutus putra tunggalnya pergi ke kebun anggur itu. Namun, hal yang sama dialami oleh putra tunggalnya. Ia mati dibunuh.
Mengakhiri perumpamaan itu, Yesus bertanya kepada orang banyak, apa yang akan dilakukan oleh Tuan kebun anggur itu? Mereka pun menjawab:” Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.”
Saudara-saudaraku, Tuhan tidak pernah merasa gagal lantaran kejahatan orang-orang Israel, kemudian disusul dengan kejahatan penggarap-penggarap kebun anggur. IA terus-menerus menawarkan kebun anggur itu kepada semua manusia. Dan hari ini, kepada kita semua yang mendengarkan perumpamaan Yesus tentang penggarap-penggarap kebun anggur itu, sejatinya, Dia sedang menawarkan juga kepada kita semua, Anda dan saya untuk menjadi penggarap-penggarapnya. Entahkah kita mau menjadi penggarap-penggarap kebun anggurNya? Kita tidak asal saja menjadi penggarap kebun anggur. Tetapi dituntut kwalifikasi tertentu. Dituntut untuk memiliki komitmen tinggi. Kwalifikasi dan komitmen ini akan terukur melalui buah-buah anggur yang dihasilkan. Dan harapannya, bila telah tiba saat panen, yang didapatkannya adalah buah-buah anggur yang manis, bukan buah-buah anggur yang masam.
Maka kwalifikasi dan komitmen tinggi yang harus kita punya adalah melakukan apa yang telah kita pelajari, apa yang telah kita terima, apa yang telah kita lihat, yakni: semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci , semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Bila semua hal itu kita lakukan dengan baik dan benar, sesuai dan selaras dengan kehendak Tuhan maka Paulus telah menulis janji ini juga kepada kita:” Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”***