Oleh Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes. 25:6-10a; Flp.4:12-14.19-20; Mat. 22:1-14
WARTA_NUSANTARA-COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, dalam bacaan I tadi, kita mendengar nubuat Yesaya tentang sebuah pesta mewah. Bahwa sebuah pesta mewah yang akan dinikmati dalam Kerajaan Allah ialah berkat-berkat indah yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Pesta mewah itu ditandai dengan “anggur yang tua”. Anggur tua, dalam bahasa Ibrani disebut shemarim secara harfiah artinya “perjamuan keawetan”, mungkin mengacu kepada sari buah anggur yang telah diawetkan untuk jangka waktu yang lama. Ini adalah sebuah kiasan yang memiliki arti bahwa berkat-berkat Allah yang telah tersimpan selama berabad-abad untuk umat-Nya yang setia, tidak akan pernah berubah. Berkat-berkat itu akan tetap ada dan hanya untuk orang-orang yang setia mengenakan pakaian pesta.
Orang-orang yang setia dilambangkan dengan orang-orang yang memenuhi undangan Tuhan dalam perumpamaan tentang Pesta Perkawinan Anak Raja, sebagaimana disampaikan dalam bacaan injil tadi:“Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan. Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.”
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Saudara-saudara yang terkasih, undangan masuk ke pesta perkawinan sejatinya adalah undangan keselamatan kepada semua manusia. Setelah Israel gagal memenuhi undangan keselamatan yang ditawarkan kepada mereka. Kegagalan mereka ini ditunjuk dengan menolak para utusan Allah. Bahkan Putra Tunggal-Nya pun menjadi korban kebrutalan orang-orang Israel.
Tuhan lalu menawarkan keselamatan kepada segala bangsa, kepada semua manusia di muka bumi ini, namun tidak semua menerima undangan keselamatan itu. Hal tersebut dijelaskan Yesus melalui perumpamaan mengenai perjamuan kawin seorang anak raja. Dikisahkan bahwa tamu undangan perjamuan tersebut justru menolak untuk hadir dengan berbagai alasan.
Tamu-tamu undangan itu adalah bangsa Israel yang telah dipilih Allah, namun justru menolak firman Allah; mereka membunuh para nabi yang diutus Allah kepada mereka. Penghukuman dari raja itu menggambarkan konsekuensi yang akan diterima bangsa Israel atas penolakan mereka terhadap undangan sang raja.
Akibat penolakan itu, raja menawarkan undangan untuk semua orang, kepada siapa saja yang ditemui oleh hambanya di persimpangan jalan. Undangan untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya telah Allah buka untuk semua umat manusia. Hanya saja, tidak semua orang layak menerimanya. Alasannya bukan karena Allah menolak mereka, melainkan karena mereka tidak merespons undangan berharga itu dengan cara yang pantas. Seperti seorang yang datang ke dalam pesta tanpa mengenakan pakaian pesta yang layak.
“Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara,t bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Sedikit yang dipilih itu adalah hasil dari sebuah seleksi panjang dan ketat. Pada akhirnya, orang-orang itu adalah mereka yang sudah terseleksi. Terseleksi sejak mereka menanggapi undangan Allah. Seleksi itu berlanjut saat pesta berangsung. Seleksi yang ketat itu untuk benar-benar mendapatkan manusia yang pantas dan layak untuk ikut dalam perjamuan pesta perkawinan itu. Orang-orang itulah kemudian tidak saja hadir sebagai undangan dalam pesta itu, tetapi mereka sendiri pun dipestakan sebagai pemenang. Hanya pemenang kehidupan sajalah yang dipestakan. Hanya pemenang pesta sajalah yang boleh bersukacita. Hanya mereka itu sajalah yang disiapkan perjamuan oleh Tuhan, sebagaimana yang kita dengar dalam nubuat nabi Yesaya:
“TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunungSion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.”
Orang-orang yang terseleksi masuk dalam perjamuan pesta itu pada mereka hanya ada sukacita kebahagiaan. Tidak lagi ada dukacita dan kesedihan. Tiada lagi derai airmata. Jadi hanya kegembiraan dan sukacita meliputi mereka. Hal ini selara dengan nubuat nabi Yesaya:” Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsadan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa. Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya.Pada waktu itu orang akan berkata: “Sesungguhnya, inilah Allahs kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan.Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikanmarilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan.”
Saudara-saudara, Allah senantiasa dari waktu ke waktu mengundang kita, anda dan saya untuk datang dalam Perjamuan Pesta. Undangan itu diberikan secara terbuka dan “gratis”. Tidak berarti bahwa undangan itu murahan dan tidak berharga sehingga kita boleh meresponsnya dengan cara yang tidak layak. Tetapi kadang kala kita memilih untuk tidak merespons undangan-Nya dengan berbagai alasan yang kita ciptakan sendiri. Bila akhirnya kita merespons undangan itu, kita bahkan asal-asalan meresponsnya. Pada gilirannya kita seperti tamu yang datang mengikuti undangan tetapi tidak berpakaian pesta.
Agar kita tidak terusir dari ruangan perjamuan pesta maka mumpung kita masih diberi waktu, kita harus segera menggantikan “pakaian kumal” itu dengan mengenakan pakaian pesta. “Pakaian pesta” melambangkan kesiapan lahir bathin untuk mengikuti undangan keselamatan yang datang-Nya dari Tuhan. Bila kita sudah mengenakan pakaian pesta, maka mari kita pergi memasuki ruangan perjamuan karena “Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan.” ***