Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Mal. 1:4b-2:2b.8-10; 1 Tes. 2:7b- 9,13; Mat. 23:1-12
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih dalam Kristus siapakah nabi Maleakhi yang kita dengar nubuatnya dalam bacaan hari ini? Diaseorang nabi dalam Alkitab Ibrani. Maleakhi adalah nabi terakhir dalam urutan nabi-nabi kecil. Maleakhi bernubuat setelah nabi-nabi Hagai dan Zakharia (Maleakhi 1:10; 3:1,10) dan menduga bahwa ia menyampaikan nubuatnya sekitar tahun 420 SM, setelah kembalinya Nehemia yang kedua kali dari Persia (Nehemia 13:6)
Salah satu nubuatnya adalah bacaan yang kita dengar hari ini. Latar belakang munculnya tulisan ini adalah kesangsian dan keragu-raguan orang Israel akan kebesaran dan kasih Allah kepada mereka. Sekalipun umat itu pada mulanya menanggapi pemulihan mereka dengan semangat bagi Allah, komitmen mereka memudar dengan berlalunya tahun-tahun. Sekitar tahun 430 SM, umat itu dihadapkan oleh Maleakhi dengan kurangnya kepercayaan kepada Allah, ketidaksungguhan ibadah mereka dan ketidaksediaan mereka untuk taat kepada hukum Allah.
Umat itu ragu-ragu apakah benar Allah mengasihi mereka; karena mengalami kesulitan, mereka menuduh Allah tidak setia kepada janji-janji perjanjian-Nya. Tuhan bersikeras bahwa Ia telah memelihara mereka selama tahun-tahun ini secara khusus. Sebenarnya, Israellah yang lalai mengasihi dan menghormati Allah dengan ketidaktaatan mereka kepada hukum-Nya (Mal 1:6-8).
Mereka menghina kepada Allah, mengolok-olok dan merendahkan Allah dengan sengaja mempersembahkan hewan-hewan yang cacat atau sakit, yang mana bertentangan dengan hukum Allah (Im 22:22).
Terhadap kesangsian dan keragua-raguan mereka, Tuhan mengatakan kepada mereka:” Aku mengasihikamu.” Seorang anak menghormati bapanyadan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu.”
Tuhan hendak membuka mata hati mereka bahwa mustinya sebagai anak, mereka patuh dan patut menghormati Allah sebagai Bapanya. Allah yang adalah Bapa Maha Besar dan Kasih-Nya yang maha besar pula, malah diragu-kan. Keraguan mereka kemudian muncul dalam sikap ibadah dan bhakti mereka kepada Tuhan. Mereka menista Tuhan. Mereka mengolok-olok kasih setia Tuhan dengan cara mempersembahkan di meja altar, sesuatu yang amat tidak pantas. Terhadap sikap yang tidak pantas itu, Tuhan mengatakan kepada mereka:” Kamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?” Dengan cara menyangka: “Meja TUHAN boleh dihinakan!” Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?
Kata-kata Tuhan ini sebenarnya menyadarkan umat Israel dan imam besarnya bahwa yang justru tidak mengasihi Allah, adalah mereka sendiri. Dan walaupun mereka tidak mengasihi Allah, Allah tetap menunjukkan kebesaran dan kasih-Nya kepada mereka. Maka dari itu, mereka diyakinkan oleh Tuhan melalui Maleakhi:” Sebab Aku ini Raja yang besar, firman TUHAN semesta alam,dan nama-Ku ditakuti di antara bangsa-bangsa.”
Tuhan mau katakan kepada mereka bahwa Dia Maha Besar!! Tidak ada yang lain. Karena itu mendengar nama Tuhan, seluruh bangsa takut kepada-Nya.
Saudara-saudaraku, bila seluruh bangsa menakutinya, mengapa Israel yang adalah bangsa yang dipilih Allah sendiri, justru mencemooh Allah, menghujat dan mengolok-olok-Nya dengan mempersembahkan binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit. Tuhan menggugah nurani mereka dengan berkata:” Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat?
Tetapi dasar orang Israel. Mereka selalu berkeras kepala dan bertegar hati. Karena kekerasan serta kedegilan hati mereka itulah Tuhan mengingatkan mereka dengan kata-kata-Nya sendiri:” Orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.”
Keras kepalanya orang Israel ditunjukkan hingga saat ini, dalam perang yang terus berkecamuk dengan Palestina. Mereka dengan brutalnya membombardir dan mengepung Palestina. Tidak peduli, bagi mereka yang terpenting adalah kehancuran Palestina. Terhadap brutalitas mereka ini, PBB sudah angkat bicara, namun tidak diabaikan. Israel, yang adalah bangsa kepilihan Allah, telah membelakangi Allahnya sendiri, maka hari ini, di saat perang ini, seolah-olah mereka sedang memproklamirkan dirinya sebagai bangsa yang pongah, yang mau mengkampanyekan kepada seluruh dunia, bahwa Tuhan Allah saja kami lawan, apalagi hanya seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Israel telah diberi label sebagai bangsa yang fasik oleh Tuhan sendiri. Secara istilahiah fasik dimaknai sebagai orang-orang yang melakukan dosa besar dan selalu terus menerus melakukan dosa-dosa kecil. Atau dalam definisi lain, mereka adalah orang yang durhaka, karena mengetahui kebaikan tetapi tidak mau melaksanakan. Fasik adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah. fasik adalah orang yang berbuat durhaka, melanggar janji, serta keluar dari jalan hidayah, rahmat, dan pengampunan Tuhan.
Maka, keras kepalanya Israel untuk terus-menerus membombardir Palestina adalah bukti terkini bahwa mereka adalah bangsa yang fasik.
Namun pertanyaannya, apakah dengan kepongahan itu, mereka telah “mengecilkan kebesaran Tuhan dan kasih-Nya kepada semua bangsa manusia? Tidak, Tuhan tetap Besar dan kuasa. Ia maha cinta kepada semua manusia, tidak terkecuali orang-orang Palestina yang sudah mati terbunuh oleh kekejaman orang Israel.
Saudara-saudaraku, hari ini Tuhan menyatakan juga cinta-Nya kepada kita. “Aku Mencintai Kamu!” Maka kita patut mencintai Tuhan dengan segenap hati, dengan segnap jiwa dan akal budi. Cinta kita model begini, juga harus terarah kepada seluruh manusia yang adalah citra Allah sendiri.
Mengakhiri kotbah ini, saya kutip kata-kata Paus Fransiskus: “Perang adalah kekalahan. Semua perang adalah kekalahan.Saya mengikuti dengan ketakutan dan rasa sakit apa yang terjadi di Israel. Saya menyatakan solidaritas saya kepada keluarga para korban.Saya berdoa untuk semua orang yang harus hidup melalui teror dan penderitaan. Terorisme dan perang tidak menghasilkan solusi, namun hanya menyebabkan kematian dan penderitaan banyak orang yang tidak bersalah,” Semoga serangan ini berhenti, saya mohon,” ungkap Fransiskus. Atas nama kemanusiaan, atas nama Cinta dan kasih saya, kita pun patut mendoakan agar perang ini segera berakhir. Semoga baik Palestina maupun Israel sadar akan kata-kata Tuhan ini:” Aku Mengasihi Kamu!”