Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFdaleroK Le
Ams. 31:10-13.19-20.30-31; 1 Tes. 5:1-6; Mat. 25:14-30
WARTA-NUSANTARA.COM-–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, ketika kita menutup masa biasa pada hari ini, kita malah disuguhkan dengan bacaan yang cukup menarik dari Kitab Amsal yang menampilkan ciri khas istri yang ideal. Amsal menggambarkan istri yang ideal adalah:”Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap. Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya. Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang. Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan. Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya. Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.”
Gambaran tentang istri ideal yang ditampilkan oleh penulis kitab ini, selaras dengan cerita injil hari ini. Dalam injil yang kita dengar tadi, tuan yang memberikan talenta untuk “diperbanyak” – dan itu dilakukan oleh dua hamba yang masing-masing diberikannya lima dan dua talenta – mendapat pujian dan apresiasi dari usaha, perjuangan dan kerja keras mereka.
Kepada hamba yang memiliki lima talenta, pasca mempertanggungjawabkannya, tuannya pun berkata kepadanya:” Hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.” Sedangkan kepada hamba yang memiliki dua talenta dan berhasil diperbanyakannya, kepadanya tuannya berkata:” Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Baik hamba yang memiliki lima talenta maupun hamba yang memiliki dua talenta tuannya pun memberikan janji:” Engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.”
Sebaliknya, hamba yang hanya memiliki satu talenta dan malah pergi untuk menguburkannya, tuannya itu mengecam dia seraya berkata kepadanya:” Ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. “
Hemat saya, istri yang melakukan sederetan hal sebagaimana dilukiskan begitu lengkap oleh Salomo, – penulis kitab itu – juga telah setia memikul tanggungjawab dalam perkara yang kecil, maka sudah hampir pasti, janji yang sama akan diberikan juga kepadanya yaitu tanggungjawab dalam perkara yang besar.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, baik sang istri ideal sebagaimana digambarkan dalam bacaan I tadi maupun hamba yang mendapatkan lima dan dua talenta, adalah mereka yang benar-benar memberdayakan seluruh kemampuan di dalam dirinya, mereka yang sungguh-sungguh mempergunakan waktu sebagai rahmat, dan mereka yang mengolah dan mengelola segala sumber daya yang berada di sekitarnya, dan pada akhirnya mereka dengan jelih dan bijaksana memanfaatkan kesempatan dan peluang yang diberikan. Pada akhirnya, tipe manusia model inilah yang disebut oleh Paulus dalam bacaan II tadi sebagai anak-anak terang. “ Karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Kita, yang adalah orang-orang siang,baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka,tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Anak-anak terang oleh Paulus diminta agar tidak boleh tidur, tetapi harus selalu berjaga-jaga dan sadar. Pertanyaannya adalah, apa yang dimaksudkan oleh Paulus dengan ajakan untuk selalu berjaga-jaga? Berjaga-jaga dalam konteks ini adalah melakukan tugas dan kewajiban kita dengan penuh tanggungjawab, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh istri dan kedua hamba tadi. Kita semua, tanpa kecuali yang sedang berziarah di dunia ini diminta supaya dengan penuh tanggungjawab melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada kita. Pekerjaan, tugas dan amanah yang sudah dipercayakan kepada kita, entah sebagai bapa dan ibu keluarga, entah sebagai pegawai di kantor, entah sebagai pengurus dan pengawas koperasi, entah sebagai imam dan biarawan-biarawati, entah sebagai guru dan dosen, entah sebagai bupati/walikota, entah sebagai anggota DPRD, singkatnya, – siapapun kita – akan tiba saatnya, semua kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh pemberi kuasa, yakni Allah sendiri.
Sebagaimana tuan itu datang membuat perhitungan dengan hamba-hambanya, demikian pun juga kita. Akan tiba saatnya Tuhan “membuat perhitungan” dengan kita. Dia akan meminta pertanggungjawaban dari kita tentang wewenang, tentang kuasa yang sudah diberikan kepada kita semua. Akhir dari perhitungan itu adalah pujian dan berkat atau bahkan kutuk. “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Atau bila kutuk yang didapatkan oleh kita maka Tuhan akan katakan:” Ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Mengakhiri kotbah ini saya hendak bertanya, “Apakah Anda dan saya mau mendapatkan kutuk atau berkat pasca kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah tentang apa yang sudah kita lakukan di dunia ini?”