Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes. 40:1:5.9-11; 2 Ptr.3:8-14; Mrk.1:1-8
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Liturgi Gereja Katolik penuh dengan symbol-symbol. Salah satunya adalah lilin-lilin adven dan warna liturgy.Pada Masa Adven kita melihat empat lilin di samping Meja Altar, yang diletakan di dalam lingkaran yang terbuat dri dedauan hijau. Lingkaran melambangkan hidup yang terus berjalan dan sebagai lambang keabadian serta belas kasih Tuhan tanpa batas awal dan akhir.Daun-daun hijau melambangkan Kristus yang datang untuk memberi hidup baru melalui sengsara, wafat, dan kebangkitanNya. Dedaunan berwarna hijau juga melambangkan pengharapan pembaruan Allah pada hidup kita.
Empat lilin itu masing-masing mengandung pesan khusus. Pada Minggu Adven I pesannya adalah harapan. Disebut juga Lilin Nabi. Karena pada minggu ini, kedatangan Yesus dinubatkan oleh para nabi. Maka dengan penuh pengharapan, umat menantikan kedatangan Yesus melalui warta para nabi. Sedangkan lilin pada minggu adven II disebut sebagai lilin Bethelem. Merujuk pada tempat kelahiran Yesus. Bahwa Yesus yang dinubuatkan kedatangan-Nya itu akan lahir di Kota Betlehem.
Hari ini, kita telah mendengar nubuat nabi Yesaya tentang kedatangan Tuhan. Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allahkita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata,dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran.” Nubuat Nabi Yesaya tentang suara yang berseru-seru itu digenapkan oleh Tuhan dalam diri Yohanes Pembaptis, yang berserk-seru di padang gurun: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”, demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.”
Markus, yang menurut para ahli adalah penulis injil yang pertama, memulai pewartaannya tentang Injil Yesus Kristus Anak Allah. Yesus itu bukanlah sebarang manusia. Dia bukan orang biasa-biasa saja. Dia Manusia tetapi juga Tuhan. Oleh Markus disebutnya sebagai Anak Allah. Karena yang akan datang adalah Yesus Anak Allah sendiri maka Yohanes Pembaptis dengan segera mewartakan pertobatan:” Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.”
Pertanyaannya adalah, mengapa Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan? Karena bangsa Yahudi yang selalu menganggap diri super karena mereka adalah bangsa terpilih Allah. Bagi mereka, karena mereka adalah bangsa yang terpilih maka jalan pertobatan untuk menyiapkan kedatangan Yesus Anak Allah, bagi mereka tidak penting, bahkan tidak perlu. Mereka tidak butuhkan pertobatan karena mereka merasa special, orang-orang istimewa di hadapan Allah. Superioritas mereka ini hendak dipatahkan oleh Yohanes Pembaptis melalui warta profetisnya itu. Warta pertobatan sang nabi yang pertama-tama ditujukan kepada orang Israel pada waktu itu untuk menyadarkan mereka bahwa sekalipun orang Israel sebagai bangsa terpilih, namun Tuhan pernah menghukum mereka dengan cara pembuangan di tanah Babilonia. Di tanah asing itu mereka mengalami penderitaan selama 150 tahun. Yohanes Pembaptis mau mengingatkan bangsa Israel bahwa nenek moyangnya dihukum karena dosa-dosa mereka. Nenek moyangnya menyembah berhala kepada baal/dewa-dewi buatan tangannya sendiri. Nenek moyangnya melakukan praktek ketidakadilan dengan memeras orang-orang kecil, para janda dan yatim piatu, sedangkan para imam kepala dan ahli-ahli taurat serta tokoh-tokoh agama hanya bisa mengajarkan Taurat Musa tanpa mempraktekannya. Dosa-dosa inilah yang menjadi penyebab nenek moyang mereka dihukum Tuhan di tanah Babilonia.
Maka, seruan pertobatan pun disampaikan kepada mereka, karena mereka pun berkelakuan sama seperti nenek moyangnya. Banyak cacat celah dan noda dosanya. Karena itu warta pertobatan yang ditujukan kepada menjadi relevan. Warta itu ternyata mendapat sambutan yang cukup antusis seperti yang dilukiskan penginjil Markus:” Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan.” Warta dari Sang Nabi yang perlente, dengan penampilannya yang nyentrik karena ikat pinggangnya dari kulit kayu dan jubahnya dari buluh unta, ternyata membuat banyak orang dari seluruh Yudea dan semua penduduk Yerusalem tergerak hatinya; karena mereka sadar, bahwa mereka juga manusia pasti punya cacat-celah dan noda dosa. Karena itu mereka dengan sepenuh hati datang ke sungai Yordan untuk mengaku dosa kemudian dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Pasca membaptis mereka, Yohanes Pembaptis berkata:” Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Yohanes Pembaptis merasa penting untuk mengatakan kepada orang-orang Yudea dan penduduk Yerusalem bahwa dia bukanlah siapa-siapa. Dia hanya seorang utusan. Karena itu dia mengingatkan orang banyak itu bahwa sesudah dia akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padanya. Karena saking berkuasanya maka Yohanes sadar diri bahwa membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun dia tidak layak. Sang Nabi menyadari dirinya bahwa dia hanyalah utusan. Dan karena dia hanya utusan. Dia sudah melakukan tugasnya dengan baik. Meyiapkan Jalan Pertobatan bagi kedatangan Yesus, Sang Anak Allah.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, seruan pertobatan tidak hanya sebatas orang-orang Israel saja tetapi hari ini, seruan yang sama, berlaku juga untuk kita semua. Maka seruan itu akan tetap actual dan relevan sepanjang masa.Seruan pertobatan itu hendak menegaskan kepada kita semua yang sedang menantikan kedatangan Yesus Anak Allah bahwa kita harus mempersiapkan diri dengan baik dan sungguh-sungguh. Persiapan diri itu tidak cukup secara fisik, misalnya dengan rambut diion lurus, atau dengan baju natal yang mewah atau sepatu hak tinggi yang mahal harganya. Persiapan diri juga tidak harus dengan kecukupan materi, berupa pernak-pernik hiasan natal atau kue-kue natal beraneka rupa dan rasa. Persiapan diri yang jauh lebih penting adalah mempersiapkan hati. Membersihkan bathin.
Jadi, persiapan diri yang jauh lebih penting adalah bertobat. Sikap hati penuh penyesalan dan tobat, selaras dengan warna liturgy di masa adven, yakni warna ungu sebagai symbol pertobatan manusia di satu pihak dan pihak lain adalah symbol kasih kerahiman Allah yang Mahapengampun. Menutupi kotbah hari ini, sekali lagi saya serukan:” Bertobatlah!”