Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes.62:1-2a.10-11; 1 Tes.5:16-24; Yoh. 1:6-8.19-28.
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini gereja memasuki Minggu Adven III. Minggu Adven ketiga dalam Tahun Liturgi disebut Minggu Gaudete. Bahasa Latin “gaudete” berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan. Dengan simbol khusus yaitu warna pink (merah muda) setelah sebelumnya memakai warna Ungu. Kekhususan warna pink hendak menyampaikan pesan bahwa di Minggu Adven III gereja dengan sukacita siap menyambut Minggu Adven IV sebagai persiapan Natal.
Bagaikan sekuntum bunga yang siap mekar untuk menampilkan seluruh keindahannya, demikian pula di Minggu Adven III gereja siap menyambut kedatangan Sang Firman Allah yang menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus, kemudian tinggal di antara kita. Karena itu suasana liturgi Minggu Adven III menampilkan secara khusus suasana sukacita.
Sukacita karena kita telah menyiapkan kedatangan Tuhan dengan membersihkan hati dan diri kita. Kita telah mengakui dosa dan cacat celah di hadapan Allah, sehingga kita dilayakan, kita dikuduskan untuk menantikan kedatangan Sang Terang, Juruselamat dunia. Kita juga bersukacita karena tidak lama lagi, kita akan menyambut kedatangan Sang Juru Selamat Raja Damai. Maka, pada masa Adven yang III ini umat, -kita semua- diserukan untuk berjaga-jaga sambil menantikan kedatangan Kristus yang kedua yang harus direspons oleh kita dengan sikap iman yang penuh sukacita.
Minggu III Advent dirayakan sebagai Minggu Gaudete, – Minggu Sukacita – selaras dengan bacaan II yang kita dengar hari ini. Paulus mengatakan:” Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus.”
Paulus mengingatkan agar para pendengarnya dan kita semua agar senantiasa bersukacita. Kita semua boleh bersukacita tapi jangan lupa diri. Karena itu dia pula mengingatkan tetaplah berdoa, tetaplah mengucap syukur dalam segala hal. Jangan padamkan Roh.Janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. Selain mengingatkan kita, dia juga pada akhirnya mendoakan agar kita tetap kudus, tak ada cacat cela tatkala Tuhan datang. Maka dari itu dia berdoa:” Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus .”
Bila jiwa dan tubuh kita terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, maka kita telah siap menyambut keselamatan Tuhan yang datang dari Sion seperti dilukiskan oleh nabi Yesaya dalam bacaan II.
“Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalemaku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri. Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan TUHAN dan serban kerajaan di tangan Allahmu. Engkau tidak akan disebut lagi “yang ditinggalkan suami”, dan negerimu tidak akan disebut lagi “yang sunyi”, tetapi engkau akan dinamai “yang berkenan kepada-Ku” dan negerimu “yang bersuami”, sebab TUHAN telah berkenan kepadamu, dan negerimu akan bersuami.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Bagaimana agar kita menjadi berkenan kepada Tuhan? Tidak lain dan tidak bukan adalah menjalankan dengan tekun dan sabar apa yang sudah disampaikan Paulus dalam bacaan II tadi.” Tetaplah berdoa!” Tetaplah berdoa berarti tetap tinggal di hadapan Bapa, senantiasa berseru mendambakan kasih karunia dan berkat-Nya. “Tetaplah” tidak berarti terus-menerus mengucapkan doa yang sama saja. Sebaliknya, yang dimaksudkan ialah berulang-ulang menaikkan berbagai macam doa pada segala kesempatan sepanjang hari. Selain itu, doa itu perlu dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Buah dari doa adalah perbuatan-perbuatan baik yang harus dilakukan dengan baik, benar dan terus-menerus, maka kita pasti dikuduskan sebagaimana doa Paulus yang terakhir bagi jemaat Tesalonika ialah supaya mereka dikuduskan.
Orang yang dikuduskan adalah orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Dikuduskan juga berarti menjadikan kudus, dan dijauhkan dari dosa supaya kita dapat mempunyai persekutuan yang erat dengan Allah dan melayani Dia dengan sukacita.
Ketika kita menjadi kudus dan mempunyai persatuan yang erat dengan Dia dan melayani Dia dengan sukacita, maka sejatinya kita benar-benar sudah menyiapkan hati dan seluruh diri untuk menyambut kedatangan Tuhan, sebagaimana berulangkali dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis, pada minggu lalu dan juga pada hari ini:” Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.”
Saudara-saudara yang terkasih, Yohanes Pembaptis tampil dengan gagah berani mewartakan tentang terang yang akan datang di hadapan banyak orang. Dalam menjalankan perutusannya itu, Yohanes sungguh-sungguh menjalankan peranannya dengan baik, yakni sebagai seorang utusan. Karena itu, saat orang-orang bertanya tentang identitasnya, Yohanes menjawab dengan jujur bahwa dia bukanlah terang yang dinantikan-nantikan itu. Dia bukanlah Mesias. Dia hanyalah orang biasa yang diutus untuk mewartakan Dia yang luar biasa. Yohanes Pembaptis mengaku bahwa dia “hanyalah” suara yang berseru-seru di padang gurun yang menyerukan supaya setiap orang mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya.Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa Dia yang akan datang kemudian daripadanya, akan sangat berkuasa. Bahkan membungkuk untuk membuka tali kasut-Nyapun dia tidak layak.
Jadi, Yohanes mengatakan bahwa dia hanyalah utusan untuk memberi kesaksian bahwa Sang Terang Sejati akan segera datang. TERANG itu akan segara datang ke dalam dunia dan tinggal di tengah-tengah kita. Dialah Imanuel: Allah beserta kita. Maka marilah kita terus menantikan Dia dengan senantiasa bersukacitalah dalam Tuhan !