Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Bil.6:22-27; Gal.4:4-7; Luk. 2:16-21
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari terkasih, Hari ini kita memasuki Tahun Baru yang diawali dengan Perayaan Ekaristi untuk memperingati Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah. Secara liturgis, seluruh Gereja katolik juga merayakan Hari Raya St. Perawan Maria, Bunda Allah. Di dalam sejarah Gereja, pada abad ke-V pernah muncul sebuah ajaran sesat tentang kebundaan ilahi Maria. Pokok ajaran sesat ini adalah bahwa Maria memang Bunda Yesus tetapi bukanlah Bunda Allah.


Ajaran sesat ini dikutuk dalam konsili Efesus (431). Konsili suci ini kembali menegaskan bahwa Maria adalah Bunda Allah (Theotokos) karena Yesus Puteranya adalah sungguh-sungguh Allah. Perayaan ini masuk dalam kalender liturgy katolik pada zaman Paus Pius XI. Perayaan Bunda Maria sebagai Bunda Allah membantu iman kita kepada Yesus sebagai sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.


Bunda Maria adalah pribadi yang sangat akrab dengan umat beriman. Saya mau membagikan pengalaman rohani teolog apologet Scott Hahn. Sebelumnya beliau adalah seorang jemaat Kalvinis dan menganggap dirinya seperti Saulus yang menganiaya Gereja perdana, demikian dia juga menganiaya Bunda Maria. Semakin lama ia menganiaya Bunda Maria, ia juga merasa semakin mencintainya. Selama bertahun-tahun ia menilai ajaran katolik tentang Bunda Maria dan devosi kepadanya sebagai penyakit yang mematikan di dalam diri orang katolik. Ia menilai orang katolik telah melecehkan karya sempurna Yesus Kristus dan merampas kemuliaanNya. Tetapi ketika ia mendalami Bunda Maria, ia menemukan bahwa ternyata Bunda Maria adalah karya sempurna Yesus Kristus dan pewahyuan teragung kemuliaanNya. Ia tidak lagi mencuri kemuliaan sang Putra, seperti bulan juga tidak mencuri sinar matahari.


Maria, pada Hari Pertama di awal setiap tahun, patut diberi tempat yang istimewa, karena tanpa fiat Maria, keselamatan manusia tidak mungkin terjadi. Gereja sangat sadar itu maka, hari pertama setiap tahun dipersembahkan khusus untuk menghormati Maria sebagai perempuan desa bersahaja namun sangat vital perannya dalam sejarah penyelamatan manusia. Tanpa Maria kita tidak mungkin merayakan Natal. Maka dari itu, agar Gereja tidak lupa daratan, agar gereja tidak seperti kacang lupa kulitnya, Gereja menempatkan Maria sebagai perempuan penuh berkat yang wajib dihormati oleh Gereja Katolik.
Tanpa Maria, tanpa perayaan peringatan Natal. Hal ini sejalan dengan surat Paulus kepada jemaat di Galatia:” Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”
Paulus hendak menegaskan kepada umat Galatia dan juga kepada para pembaca/kita bahwa Yesus, Anak Allah itu, lahir dari seorang perempuan. Dan perempuan itu adalah Maria, gadis desa Nazaret. Perempuan yang melahirkan Yesus Anak Allah yang Kudus itu, kemudian dijumpai oleh oleh para gembala, setelah mereka mendengar warta sukacita dari para malaekat. Penginjil mencatat:”Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.”
Pertanyaannya, mengapa Maria tidak berreaksi terhadap kehadiran para gembala tetapi justru menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya? Apalah gerangan segala perkara yang disimpan dalam hati dan direnungkannya?” Tidak lain adalah dia merenungkan tentang seluruh rencana keselamatan Tuhan kepada manusia melalui putranya yang hari ini telah lahir di kota Betlehem dan dukunjungi oleh para gembala. Bagi Maria, rencana keselamatan ini adalah sebuah karya agung Allah yang tidak bisa dipahami secara manusiawi, maka dari itu, dia harus berteduh di dalam keheningan untuk berjumpa dengan kehendak Allah.
Maria, bukanlah tipe wanita masa kini yang kadangkala, suka berkoar-koar mengumbar kehebatannya, dia bukan perempuan masa kini yang hendak menarik perhatian sesama dengan “menjual” dirinya/mengkampanyekan keberhasilannya, tetapi, dia tetap menunjukkan dirinya sebagai gadis desa yang bersahaja, dan karenanya dia harus kembali ke dalam keheningan bathinnya untuk merenungkan sejarah keselamatan manusia yang direncanakan Allah.
Maria, di depan para gembala, tidak menepuk dadanya, sebagai tanda dia perempuan istimewa, – satu-satunya – wanita di muka bumi ini yang berkenan di hati Tuhan, tetapi dia tetap diam berkutat dalam keheningannya untuk mendengar bisikan Tuhan, setelah ia dengan sadar mengucapkan kata-kata serah diri total:” Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”
Karena fiat suci itulah maka sekali lagi, Maria diagung-muliakan oleh Gereja Katolik melalui devosi-devosi Maria, pemberian nama terhadap gereja dan kapela, gelar-gelar suci serta lagu dan arsitek indah dan mosaic-mosaik serta pigura-pigura suci sebagai bentuk penghormatan kita terhadap perempuan suci ini.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, dengan merayakan Pesta Maria sebagai Bunda Allah ini. kita berdoa sambil berharap agar dalam seluruh perjalanan hidup kita ini, kita senantiasa didoakan oleh Bunda Allah agar Tuhan senantiasa menjaga, melindungi dan menyertai kita sepanjang tahun 2024 ini.
Mengakhiri kotbah awal tahun ini, saya mendoakan kembali Doa Sri Paus Yohanes Paulus II di depan Arca Maria di Lourdes:
“Salam Maria, Wanita miskin dan rendah hati, Diberkati oleh Yang Maha Tinggi! Perawan harapan, fajar era baru,
Kami bergabung dalam lagu pujianmu, untuk merayakan belas kasihan Tuhan,
untuk mewartakan kedatangan Kerajaan dan pembebasan penuh umat manusia.
Salam Maria, hamba Tuhan yang rendah hati, Bunda Kristus yang Mulia!
Perawan yang setia, tempat bersemayamnya Sabda yang kudus,
Ajari kami untuk bertekun dalam mendengarkan Sabda, dan patuh pada suara Roh, memperhatikan bisikan-bisikan-Nya di lubuk hati nurani kami dan pada manifestasi-manifestasi-Nya dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi. sejarah.
Salam Maria, Wanita yang berduka, Bunda yang hidup!
Pasangan perawan di bawah Salib, Hawa baru, Jadilah pemandu kami di sepanjang jalan dunia.
Ajari kami untuk mengalami dan menyebarkan kasih Kristus,
untuk berdiri bersamamu di hadapan salib yang tak terhitung banyaknya di mana Putramu masih disalibkan.
Salam Maria, wanita beriman, murid pertama!
Bunda Perawan Gereja, bantulah kami untuk selalu mempertanggungjawabkan harapan yang ada pada kami,
dengan kepercayaan pada kebaikan manusia dan kasih Bapa.
Ajari kami untuk membangun dunia mulai dari dalam: keheningan dan doa yang dalam,
dalam kegembiraan cinta persaudaraan, dalam kesuburan Salib yang unik.

Santa Maria, Bunda umat beriman, Bunda Maria dari Lourdes, doakanlah kami.
Amin.”