Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes.60:1-6; Ef.3:2-3a.5-6; Mat.2:1-12
WARTA-NUSANTARA.COM-–Bapa, ibu, saudara, saudari, Natal adalah sebuah kisah perjalanan. Perjalanan yang dimulai dari Yusuf dan Maria ke Betlehem, memenuhi titah Kaiser Agustus untuk kepentingan pencacahan jiwa. Para gembala juga melakukan perjalanan dari tempat penggembalaannya untuk berjumpa dengan bayi kudus, Yesus, Maria da Yosef. Hari ini, kita dengar juga perjalanan yang sangat jauh tiga orng majus dari Timur untuk menjumpai Yesus.
Perjalananan ketiga orang majus itu kemudian kita rayakan dan kenang sebagai “Pesta Penampakan Tuhan.” Tuhan, yang pertama sekali menampakan diriNya kepada para gembala yang menjadi kalangan kecil, wakil kaum anawim, hari ini Dia menampakan diri-Nya kepada dunia, yang diwakilkan kepada tiga orang majus dari Timur. Penampakan Yesus kepada dunia, mau menegaskan kepada dunia bahwa Dia adalah Yesus Anak Allah Yang Kudus, Penyelamat Dunia, Firman yang menjadi Manusia dan tinggal di antara kita, sekaligus sebagai Terang yang menerangi langkah hidup manusia menuju kepada keselamatan kekal, sebagaimana dikatakan oleh nabi Yesaya dalam bacaan I:” Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu,dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuandigendong. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.”
Kutipan teks di atas adalah kata-kata Yesaya yang menubuatkan bahwa kemuliaan Tuhan akan datang di antara umat-Nya dan banyak bangsa akan datang kepada terang itu. Yesaya melihat kemuliaan Allah datang kepada Israel dan bangsa-bangsa lain datang kepada mereka untuk menerima terang dan keselamatan itu; bangsa-bangsa ini akan membawa persembahan dari kekayaan mereka kepada Tuhan.
Nubuat Yesaya ini, kemudian terpenuhi dalam diri orang-orang majus dari Timur sebagaimana diberitakan oleh Matius dalam warta sukacitanya hari ini:” Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya. di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”
Menurut beberapa sumber, orang majus itu berasal dari wilayah Babel (Irak). Perjalanan mereka menemui Yesus di Betlehem adalah perjalanan yang penuh bahaya. Mengingat sistem transportasi yang masih bersifat tradisional tanpa infrastruktur apapun. Belum lagi masalah keamanan berupa ancaman dari para perampok yang tidak mengenal belas kasihan. Suku-suku yang menguasai wilayah tertentu yang harus mereka lalui. Demikian pula halnya dengan tantangan alam, dimana badai gurun sewaktu-waktu menghadang perjalanan mereka.
Pertanyaannya sekarang, apakah motivasi dan kepentingan orang-orang Majus itu, sehingga mereka rela menempuh perjalanan jauh yang penuh resiko dan tentu saja ongkos yang sangat mahal itu? Ternyata Alkitab menjelaskan bahwa kedatangan mereka semata-mata hanya untuk mencari dan menyembah Sang Raja yang baru lahir (ay 2). Berbekal ilmu astronomi yang mereka miliki ditambah konsep ke-Mesias-an yang kemungkinan mereka miliki, karena pengaruh kepercayaan orang-orang Yahudi yang pernah menjalani pembuangan di negeri Babel dalam waktu yang cukup lama, mereka dating menjumpai Yesus.
Dalam perjalanan panjang meletihkan itu mereka juga dituntun oleh bintangNya (ay 9). Hal ini menunjukkan adanya campur tangan Allah yang berkarya di balik kisah perjalanan para Majus, sehingga FirmanNya digenapi. Semestinya perjalanan para Majus “mencari Tuhan” menjadi model perjalanan hidup kita dalam dunia ini. Sebab itu, apakah yang dapat kita pelajari dari napak tilas perjalanan orang Majus ini?
Saudara-saudaraku, mestinya perjalanan para Majus “mencari Tuhan” menjadi model perjalanan hidup kita dalam dunia ini. Karena itu mari kita belajar dari perjalanan orang majus.
-Pertama, mencari Tuhan harus dilakukan dengan tekun
Perjalanan mencari Tuhan, tidak selalu berjalan dengan mulus. Banyak sekali tantangan yang akan dihadapi. Sebab itu diperlukan ketekunan, kesabaran dan semangat pantang menyerah. Dalam perjalanan mengikut Tuhan bukankah banyak orang yang mundur di tengah jalan, hanya karena persoalan yang sepele? Masalah ketersinggungan, merasa tak dipedulikan, merasa kurang puas dilayani, disambut, adalah “kerikil-kerikil” tajam dalam ziarah kita mencari dan menemukan Tuhan.
– Kedua, mencari Tuhan dengan hati yang rela berkorban
Tidak diragukan lagi bahwa perjalanan orang Majus mencari Tuhan adalah perjalanan yang penuh dengan pengorbanan. Namun mereka siap bayar harga demi untuk berjumpa dengan Raja di atas segala raja. Mereka rela menempuh perjalanan jauh yang melelahkan dan penuh bahaya itu, asalkan dapat menemukan Raja yang baru lahir itu. Siapkah kita berkorban tanpa pamrih untuk mencari dan mengikut Tuhan?
– Ketiga, mencari Tuhan dengan hati yang tulus.
Orang Majus mencari Tuhan semata-mata hanya untuk menyembah Sang Raja (ay 2). Di mana mereka memberi persembahan yang terbaik, emas kemenyan dan mur. Selain itu mereka mempersembahkan hati mereka, juga lutut mereka untuk tunduk dan bersujud (ay 11). Bahkan mereka taat kepada perintah Tuhan untuk tidak kembali kepada Herodes (ay 12).
– Keempat, mencari Tuhan dengan hati yang beriman terhadap kebenaran
Akhirnya perjalanan dan pencarian yang melelahkan itu terbayar lunas ketika mereka berhasil menemukan Sang Raja yang baru lahir. Ternyata bukan di istana melainkan di kandang yang kotor dan hina. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat mereka, sehingga hati mereka yang penuh sukacita (ay 10). Semua itu terjadi karena hati yang percaya dan terbuka terhadap kebenaran, sehingga kandang hina bukan masalah untuk tetap bersukacita dan memuliakan Allah.
Kita masih di awal tahun 2024. Waktu ziarah kita masih panjang untuk kita jalani. Kita jadikan perziarahan kita hanya untuk mencari Tuhan. Sebab sesungguhnya hidup kita adalah sebuah perjalanan menuju rumah Tuhan yang kekal. Karena itu marilah kita jadikan sikap para Majus sebagai model perjalanan dan pencarian kita, sehingga dapat dipastikan kita juga akan berjumpa dengan Sang Juruselamat.