Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yun.3:1-5.10; 1Kor.7:29-31; Mrk. 1:14-20
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
WARTA-NUSANTARA.COM–Minggu yang lalu kita mendengar Yohanes Pembaptis di sungai Yordan menunjuk kepada Yesus sambil berkata kepada Andreas:” Lihatlah Anak Domba Allah.” Hari ini, kita dengar dari permulaan perikope injil Markus bahwa sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap, datanglah Yesus ke Galilea untuk memberitakan injil Allah. Yesus memberitakan:” Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”


Waktunya telah genap bermakna bahwa, saatnya Yesuslah yang mewartakan tentang Kerajaan Allah. Saatnya Yesuslah yang mewartakan pertobatan kepada orang-orang berdosa dan mengajak orang-orang berdosa yang sudah bertobat itu untuk percaya kepada Injil.


Dalam kapasitasnya sebagai Yesus Kristus, Almasi, Penyelamat Dunia, Dia mewartakan pertobatan dan ajakan untuk percaya kepada Injil. Dalam mewartakan pertobatan dan ajakan untuk percaya kepada injil itu, Yesus mengambil rupa sebagai Anak Domba, sebagaimana diumumkan oleh Yohanes Pembaptis pada injil minggu lalu. Sebagai Anak Domba Allah, dalam menjalankan misi-Nya itu, Ia rela mempersembahkan diri-Nya, Dia bahkan menyerahkan diri-Nya demi untuk menyelamatkan manusia.


Yesus tahu, bagaimana riwayat akhir hidup-Nya sebagai Anak Domba Allah. MisiNya untuk mewartakan pertobatan dan mengajak orang percaya kepada Injil tidak boleh berhenti tatkala Dia harus dikorbankan di atas kayu salib. Maka dari itu, tatkala Ia berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka:” Mari, ikutilah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Tanpa tedeng aling-aling, merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus.”
Yesus menjadikan mereka “teman seperjalanan-Nya,” untuk meneruskan perjalanan-Nya. Mereka melihat Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka, dan mereka meninggalkan ayahnya Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya, lalu mereka mengikuti Yesus.
Kalau minggu lalu kita mendengar Andreas dan Simon saudaranya dipanggil Yesus, menurut versi injil Yohanes, maka hari ini, menurut versi Markus, Yesus tidak saja berhenti memanggil Andreas dan Simon saja, tetapi kemudian Dia memanggil pula Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus.
Pada versi penginjil Mateus dan Lukas, kita pun akan menemukan nama-nama lain, yang dipanggil Yesus untuk menjadi murid-murid-Nya.
Pertanyannya, mengapa Markus tidak menceritakan tentang Yesus memanggil murid-murid lainnya secara lengkap? Mengapa Markus sepertinya berhenti hanya pada panggilan murid-murid ini? Karena injil Markus tidak ditulis untuk pendengar pada waktu itu saja, tetapi juga untuk para pembaca. Maka kisah panggilan “seolah-olah” terbatas hanya pada empat orang itu saja, sebetulnya punya makna bahwa kita yang membaca dan mendengarkan perikope pada hari ini, sejatinya adalah bahwa, Kristus, Sang Anak Domba Allah itu, sedang berjalan mendekati kita satu demi satu, untuk memanggil kita dengan nama kita masing-masing untuk mengikuti-Nya.
Kita semua dipanggi untuk mengikutiNya sampai hari ini, mau mengatakan bahwa panggilan Tuhan untuk melaksanakan misi penyelamatan manusia dengan mewartakan Kerjaan Allah dan pertobatan serta meyakinkan orang-orang untuk percaya pada Injil berlaku di seluruh dunia. Panggilan itu bersifat universal, tak dibatasi ruang dan waktu. Misi penyelamatan itu tidak hanya tertuju pada bangsa Israel, tetapi berlaku untuk seluruh manusia di segala waktu dan tempat.
Hal ini sudah dibuktikan dalam panggilan dan perutusan Nabi Yunus ke negeri Niniwe, kota terbesar di Assyria. Niniwe sekarang ini disebut Irak. Yunus tahu betapa beratnya tugas itu, apalagi berhadapan dengan “orang-orang termashsyur di negeri itu. Namun Tuhan dengan cara-Nya sendiri, menghantarnya ke negeri ini, melalui perut ikan.
Dahsyat-Nya kekuatan Allah melampaui segala daya upaca manusia untuk berlari membelakangi-Nya. Maka suka tidak suka, senang tidak senang, Yunus harus mewartakan firman Tuhan di tengah orang-orang kafir itu. Akhir seruannya adalah seluruh penduduk kota itu bertobat dan berbalik pada Tuhan. Mereka percaya pewartaan nabi Yunus. Mereka pun diselamatkan.
.
Saudara-saudara, dari cerita tentang panggilan Yunus sebagai Nabi di Niniwe dalam bacaan I, kemudian diikuti dengan panggilan murid-murid yang pertama dalam pemberitaan injil hari ini, hendak mengatakan kepada kita, bahwa Tuhan juga menggunakan orang-orang yang sederhana di mata manusia, untuk dijadikan-Nya sebagai alat keselamatan Tuhan. Tuhan menjadikan mereka sebagai alat yang berguna demi untuk mewartakan Kerajaan Allah, demi untuk mewartakan Injil dan pertobatan orang-orang agar mereka kembali ke jalan yang benar.
Maka begitu orang bertobat dan percaya pada injil, saat itu terpenuhilah kata-kata Yesus dalam injil hari ini:” :” Waktunya telah genap.” Waktunya telah genap dalam konteks ini adalah “kayros”, – saat rahmat-, waktu keselamatan yang dianugerahkan Tuhan, kesempatan kudus yang harus digunakan sebaik-baiknya untuk keselamatan manusia.
Siapapun kita dengan kondisi dan ada kita sekarang ini, kita musti sadar bahwa kita semua, tanpa kecuali dipanggil dan diutus Tuhan ke lingkungan kita masing-masing, ke tempat kerja kita masing-masing, untuk turut mewartakan Kerajaan Allah, untuk mewartakan pertobatan kepada mereka yang masih tegar hatinya. Orang yang tegar hati adalah orang yang merancang dan menjalani kehidupannya menurut dirinya sendiri tanpa melibatkan campur tangan Allah. Maka tidak heran, banyak orang bergelimang dalam dosa, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Kepada orang-orang seperti inilah kita dipanggil dan diutus.
Kita tidak usah takut dan hendak menghindari seperti Nabi Yunus. Kita juga tidak boleh membangkang dari tugas perutusan itu. Kita juga tidak boleh minder, karena ada kita seperti sekarang ini. Kita, apapun kondisinya, kita adalah sarana keselamatan bagi sesama. Kita, hendaknya seperti kedua murid nelayan itu, Yakobus dan Yohanes, harus patuh mengikuti Tuhan. Mereka serentak mengikuti Yesus tanpa perhitungan untung rugi. Karena mereka yakin akan pengajaran Sang Guru:” Kejarlah dahulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya, maka segala sesuatu akan ditambahkan kepadamu.” Kata-kata itulah yang mendorong mereka untuk dengan bergegas mengikuti Yesus.

Mereka hanyalah nelayan ikan, namun sejak mengikuti Yesus, mereka diubah menjadi penjala manusia. Sesuatu yang tentu tidak mungkin bagi manusia, tetapi mungkin bagi Allah. Maka dari itu itu saudara-saudaraku, mari kita serahkan diri kepada Allah. Biarkanlah Allah mengurus diri kita seturut mau dan kehendakNya sendiri. Kita menjadi alat kepunyaan-Nya untuk mewartakaan Kerajaan Allah. Kita wartakan kepada siapa saja yang kita jumpai bahwa “ Waktunya telah genap.”