ADVERTISEMENT
google.com, pub-9566902757249236, DIRECT, f08c47fec0942fa0

KOTBAH MINGGU BIASA V/B 2024 : “MARILAH KITA PERGI KE TEMPAT LAIN.”

Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero

Ayb.7:1-4.6-7; 1 Kor. 9:16-19.22-23

WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini kita mendengar bahwa begitu selesai mengajar di Bait Suci, di Kapernaum, Yesus berangkat dari sana. Bersama dengan Yakobus dan Yohanes Yesus pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ternyata di sana, ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Tanpa tunggu lama-lama mereka segera memberitakan Yesus. Mendengar itu Yesus segera menemui perempuan itu. Yesus kemudian memegang tangannya dan membangunkan dia. Segera demamnya lenyap. Kemudian perempuan itu melayani mereka.

google.com, pub-9566902757249236, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Yesus di rumah itu hingga malam. Menjelang matahari terbenam, dibawalah semua orang yang menderita  sakit dan kerasukan setan. Yesus menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan. Tidak seperti pengusiran roh jahat di dalam rumah ibadat di Kapernaum, Yesus membiarkan setan menyebut identitasNya, tetapi kali ini Yesus malah melarang mereka, Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara karena mereka mengenal Dia.”    

Penyembuhan begitu banyak orang sakit dan yang kerasukan setan itu hendak menunjukkan kuasa Yesus terhadap penyakit yang mendera orang-orang itu. Penyembuhan begitu banyak orang menjadi buah bibir orang-orang di seluruh perkampungan di daerah Kapernaum. Karena itu banyak orang mencari-Nya. Ketika orang-orang mencari Yesus, Dia malah tidak ada. Dia menepi ke tempat yang sunyi. Di sanalah Dia berdoa.

RelatedPosts

Simon dan murid-murid lain mencari Yesus. Waktu mencari Yesus, mereka berkata:”Semua orang mencari Engkau.”

Namun Yesus tidak peduli dengan penyampaian murid-murid-Nya. Ia malah berkata kepada mereka:”Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana pun Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku datang.”Ajakan Yesus mau mengatakan kepada mereka, jangan berpuas diri di tempat yang sama. Jangan karena berhasil dan dipuji jadi tidak mau bergeser ke tempat lain. Yesus mau ingatkan murid-muridNya bahwa tidak boleh mempertahankan kenyamanan dan kemapanan, Tidak boleh merasa puas dengan hasil yang ada. Tidak boleh makan puji di sebuah tempat saja. Kita tidak boleh tetap berada di zona nyaman. Karena itu Yesus meminta “marilah kita pergi ke tempat lain.”

Ajakan Yesus, marilah kita pergi ke tempat lain, sungguh-sungguh dihayati oleh Rasul Paulus sebagaimana akan saya sampaikan pada kesempatan ini.

Tentang Paulus diceritakan bahwa pada suatu hari, Saulus sedang dalam perjalanan ke Kota Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus. Tiba-tiba, suatu sinar yang amat terang melingkupi dia. Ia jatuh rebah ke tanah dan menjadi buta. Ia mendengar suatu suara yang berkata, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”. Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”.

Suara itu menjawab, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.”. Saulus amat kaget dan bingung. Beberapa saat kemudian Ia bertanya, “Apa yang Engkau ingin aku lakukan?”. Yesus memintanya untuk melanjutkan perjalanannya ke Damsyik dan di sana akan dikatakan kepadanya apa yang harus diperbuatnya.

Pada saat itulah, melalui kuasa Tuhan, Saulus menerima karunia percaya kepada Yesus. Dalam keadaan lemah dan gementar, Saulus mengulurkan tangannya untuk meminta pertolongan. Teman-teman seperjalanannya menuntunnya memasuki kota Damsyik. Sinar yang amat terang itu telah membutakan matanya untuk sementara waktu. Setelah buta matanya, Ia benar-benar dapat “melihat” kebenaran. Yesus telah datang secara pribadi kepadanya, berjumpa dengannya, dan mengundangnya untuk bertobat. Saulus menjadi seorang murid yang amat mengasihi Yesus. Setelah Ia dibaptis, yang dipikirkannya hanyalah membantu orang-orang lain untuk mengenal serta mencintai Yesus.

Pasca peristiwa Damsyik itu, Paulus menjadi seorang pewarta Injil yang gigih. Kegigihan sebagai pewarta kabar sukacita ini kemudian diungkapkan dalam bacaan II, sebagaimana yang kita dengar:”Saudara-saudara, memberitakan Injil bukanlah suatu alasan bagiku untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku jika aku tidak mewartakan injil. Andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, maka pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggung kepadaku. Kalau demikian, apakah upahku? Upahku ialah bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. Sebab sekalipun aku beas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku dapat memenangkan sebanyak mungkin orang. Menjadi orang-orang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku menjadi segala-galanya, supaya sedapat mungkin aku menenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala-galanya itu aku lakukan demi Injil, agar aku mendapat bagian dalamnya.”   

Saudara-saudara, kegigihan Paulus sebagai rasul bangsa-bangsa non Yahudi  bukan tanpa konsekwensi. Ia bahkan pernah dipenjara bersama Silas, melalui sebuah rekayasa sebagaimana dikisahkan dalam Kis. 16:16-40

Seorang gadis kerasukan roh jahat. Orang-orang senang mendengar apa yang roh jahat itu katakan melalui dia. Mereka membayar orang-orang yang mempekerjakannya untuk mendengar roh jahat berbicara.

Kapan pun Paulus dan Silas lewat, gadis itu mengikuti mereka. Sewaktu dia berjalan, roh jahat pun berbicara. Suatu hari Paulus memerintahkan roh jahat meninggalkannya. Dia pun pergi. Orang-orang yang mempekerjakan gadis itu marah. Sekarang mereka tidak bisa mendapatkan uang.

Orang-orang itu membawa Paulus dan Silas kepada para pemimpin kota mereka. Mereka mengatakan bahwa Paulus dan Silas telah menyebabkan kekacauan.Para pemimpin itu memerintahkan agar Paulus dan Silas dicambuki dan dipenjarakan. Malam itu Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan nyanyian-nyanyian rohani kepada Bapa Surgawi. Setiap orang di dalam penjara mendengarkan mereka. Tiba-tiba tanah mulai berguncang. Pintu-pintu penjara terbuka. Penjaga terbangun dan melihat pintu-pintu yang terbuka. Dia mengira para tahanan telah kabur. Paulus memberi tahu penjaga itu agar tidak khawatir. Para tahanan kesemuanya masih ada di sana. Penjaga itu berlutut di dekat Paulus dan Silas serta bertanya bagaimana dia dapat diselamatkan.

Paulus dan Silas mengajarkan Injil kepada penjaga itu dan keluarganya. Malam itu penjaga tersebut dan keluarganya dibaptis. Keesokan harinya para pemimpin kota membebaskan Paulus dan Silas. Paulus dan Silas pergi ke kota lain untuk melakukan pekerjaan misionaris lebih banyak.”

Sampai di sini masing-masing kita bertanya pada diri sendiri:” apakah kita adalah juga rasul Kristus? Apakah kita juga adalah pewarta Kabar Sukacita? Kalau ya, maka kita tidak boleh berhenti “di sini” saja, tetapi marilah kita pergi ke tempat lain.

Related Posts

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *