Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
2 Taw.36:14-16. 19-23; Ef.2:4-10; Yoh. 3:14-21
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudariku yang terkasih, kita memasuki minggu prapaskah IV. Minggu Prapaskah IV ini disebut juga dengan minggu Laetere, atau Minggu Sukacita. Pertanyaannya, mengapa kita justru diminta untuk bersukacita, ketika Yesus sedang menjalani jalan salib-Nya? Kita disadarkan untuk bersukacita, karena kita telah berhasil melewati separuh dari masa puasa dengan berdoa, berderma dan bermatiraga. Tetapi apakah kita sungguh-sungguh melaksanakan tiga hal ini?
Terlepas dari apa jawaban kita yang sedang melaksanakan puasa, alas an yang paling mendasar kita diajak untuk bersukacita pada masa puasa ini adalah bahwa karena Begitu Besar Kasih Allah Akan Dunia Ini, sebagaimana kesaksian penginjil Yohanes hari ini:” Karena begitu besar kasihAllah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percayakepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam duniabukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”
Bahwa karena kasih Allah kepada manusia, Allah menganuherahkan Anak-Nya yang tunggal supaya kita yang percaya kepada-Nya tidak dapat binasa. Anak Tunggal yang dianugerahkan Allah misiNya adalah untuk menyelamatkan manusia itu. Perjalanan penyelamatan itu melalui Jalan Salib – Via Dolorosa -. Di atas Kayu Salib itu, Kristus ditinggikan, ibarat Musa meninggikan Ular Tembaga sehingga setiap orang Israel yang dipagut ular-ular tedung penuh bisa itu, ketika memandang ular tembaga itu, akan diselamatkan dan tidak ada yang mati oleh pagutan ular itu.
“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,supaya setiap orang yang percayakepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Latar belakang dari peninggian Anak Manusia yang dibandingkan dengan Ular Tembaga yang ditinggikan Musa di Padang Gurun adalah kelanjutan dari injil yang kita dengar hari ini. Jadi, perikope ini haruslah dipahami secara keseluruhan dari perikope sebelumnya, yakni percakapan Nikodemus dengan Yesus. Dalam percakapan itu kita mendengar penjelasan Yesus tentang bagaimana orang dapat masuk dalam Kerajaan Surga. Menurut Yesus, orang yang dapat masuk Kerajaan Surga adalah orang yang “sudah dilahirkan kembali.” Dia harus “dilahirkan kembali” dari semua noda dosa, harus dihalau dari kegelapan dosa agar mendapatkan hidup yang kekal.
Saudara-saudaraku, pertanyaannya adalah, apa yang dimaksudkan dengan hidup yang kekal itu? Hidup kekal adalah karunia yang dianugerahkan Allah kepada kita pada saat kita dilahirkan kembali. Dilahirkan kembali artinya, kita sungguh-sungguh menyesal dan bertobat dari jalan yang sesat dan mengalami kasih kerahiman Allah berupa pengampunan. Kehidupan “Kekal” bukan saja mengacu kepada keabadian tetapi juga kepada kualitas kehidupan, yang sudah dicuci dengan Darah Kristus sendiri. Kehidupan kekal adalah suatu jenis kehidupan yang ilahi adalah suatu kehidupan yang membebaskan kita dari kuasa dosa dan Iblis serta meniadakan yang duniawi di dalam diri kita supaya kita dapat mengenal Allah.
Hidup kekal ini bertentangan dengan hidup yang binasa. Orang yang binasa artinya orang yang dihukum. Orang yang binasa karena tidak percaya. Orang yang binasa karena lebih menyukai kegelaan dan membenci terang. Orang yang binasa adalah orang yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat.Karena itu maka orang yang mengalami hidup yang binasa tidak saja menunjuk kepada kematian jasmani, tetapi lebih kepada hukuman kekal yang begitu mengerikan. Hukuman kekal yang mengerihkan itu sebagai upah dari dosa-dosa sebagaimana sudah digambarkan di atas.
Agar orang tidak mengalami hidup yang binasa, supaya orang mengalami hidup yang kekal, Yesus menyampaikan satu-satunya syarat kepada Nikodemus adalah orang itu harus dilahirkan kembali.
Bila seseorang itu sudah dilahirkan kembali, maka dia dapat “memandang” Tuhan di atas Kayu Salib sebagai Juru Selamat Dunia, sebagaimana setiap orang Yahudi yang dipagut ular tedung, harus memandang Ular Tembaga yang ditinggikan Musa, agar semua mereka selamat. Demikianlah setiap manusia yang membenci kegelapan dan tidak suka terang, yang tidak percaya kepada terang dan suka berbuat kejahatan-kejahatan, pada saatnya dia harus memandang Yesus Anak Allah yang ditinggikan di atas Kayu Salib itu sebagai Penyelamat Dunia. Agar supaya memperoleh hidup yang kekal adalah jalan satu-satunya untuk mencapainya adalah tetap mengarahkan pandangan pada Salib, menaruh kepercayaan dan harapan pada Dia yang tersalib.
Dia Penyelamat dunia itu adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Siapa yang tidak datang kepada Bapa, dengan tidak melalui Yesus, maka dia akan memperoleh kebinasaan yang kekal.
Kita bertanya lagi, mengapa kita harus menaruh kepercayaan dan harapan pada Dia yang tersalib? Karena Kasih Allah begitu kuat menarik kita. Karena Karena begitu besar kasihAllah akan dunia ini.Karena kasih Allah begitu besar akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percayakepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam duniabukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”
Selanjutnya tentang Kasih Allah yang menyelamatkan manusia ini dilukiskan dengan begitu indah oleh Paulus:” Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita–oleh kasih karunia kamu diselamatkan dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”
Kabar Sukacita tentang kasih Allah yang menyelamatkan manusia yang kita dengar hari ini, yang menjadi alasan utama, minggu IV disebut sebagai Minggu Laetere atau Minggu Sukacita.
Maka sepatutnya hari ini, kita semua, – anda dan saya – tanpa kecuali, harus merasa bahagia, harus bersukacita karena telah mengalami keselamatan yang datangnya dari Tuhan, melalui Yesus Kristus yang tersalib.
Jadi, saudara-saudaraku, bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita semua untuk lahir kembali berkat kasih kerahiman Allah, untuk memandang Kristus yang Tersalib, supaya percaya dan menaruh harapan bahwa Kristus itu Penyelamat Manusia untuk mewujudkan rencana karya keselamatan Allah sebagaimana penggalan terakhir teks injil hari ini:” Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam duniabukan untuk menghakimi manusia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”