Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes.52:15-53:12; Ibr.4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1-19:42
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
WARTA-NUSANTARA.COM–Pada Hari Minggu Palma, kita mendengarkan bacaan I yang diambil dari Nabi Yesaya 50:4-7 tentang Ketaatan Hamba Tuhan. Hamba Tuhan yang dimaksudkan itu menunjuk pada Yesus, Anak Allah. Sedangkan bacaan I hari ini nabi Yesaya melukiskan Yesus sebagai Hamba Tuhan yang menderita. Sebagai hamba yang taat Nabi Yesaya melukiskan sebagai berikut:” Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. (Yes. 50:6)
Sedangkan sebagai Hamba Allah yang menderita nabi Yesaya melukiskan Yesus sebagai:” Dia yang dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat,sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. (Yes.53:7.9-10).
Injil Yohanes melukiskan secara detail adegan demi adegan yang harus dilalui Yesus Sang Hamba Allah. Adegan-adegan itu diawali dengan ciuman pengkhianatan Yudas diikuti dengan penangkapan Yesus di Taman Getsemani; lalu Yesus di hadapan Hanas diselingi dengan adegan Petrus menyangkal Yesus, berlanjut Yesus di hadapan Pilatus, kemudian Yesus dihukum mati. Adegan dilanjutkan dengan Yesus disalibkan.
Walau sudah tak bernyawa di atas palang itu, adegan tragis yang paling mengerihkan adalah lambung Yesus ditikam. Yesus yang sudah wafat itu kemudian diminta oleh Yusuf dari Arimatea untuk dimakamkan. Adegan pemakaman Yesus dilukiskan demikian, Yusuf dari Arimatea–ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi–meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.
Saudara-saudara yang terkasih, kita lalu bertanya, Di manakah Yohanes murid yang dikasihi Yesus saat Yesus tergantung mati di atas kayu salib? di manakah tiga murid yang selalu dibawa serta oleh Yesus? Dan, di mana murid-murid Yesus yang lain? Dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi Yesus justru ditinggal pergi oleh murid-murid-Nya. Mungkin mereka terjebak dalam pikiran sempit mereka akan kata-kata Yesus di atas kayu salib:” Sudah selesai?” Atau, mungkin saja mereka semua begitu takut akan kekejaman dan kebtrutalan algoju-algoju Yahudi dan Romawi, karena itu, dengan diam-diam mereka pergi meninggalkan Yesus?
Di saat Yesus yang tergantung di atas salib itulah, muncul seseorang yang bernama Yusuf. Pertanyaannya, siapakah Yusuf itu? Dari berbagai sumber dikatakan bahwa Ia adalah anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia menanti-nantikan Kerajaan Allah.Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi. Sedangkan dalam injil ini ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi.
Setelah Yesus wafat, tidak ada orang yang berani menurunkan jenazah Yesus dari atas kayu salib, karena Yesus bukanlah mati atas tuduhan sebagai penjahat semata, melainkan dituduh sebagai pemberontak dan penghujat Allah. Siapa yang berani dapat terseret dan dianggap sebagai lawan pemerintah Romawi maupun otoritas Agama Yahudi.
Keadaan saat itu pasti mencekam. Para tua-tua, imam-imam kepala, orang-orang Farisi, ahli Taurat, dan juga bangsa Yahudi sendiri bisa jadi saling curiga dan mencari aman dengan menjauh dari Bukit Golgota. Selain itu, untuk menurunkan jenazah Yesus harus dengan izin Pilatus, karena Yesus sebagai pemberontak terkait dengan pemerintah Romawi. Bagaimana harus menerangkan kepada Pilatus, karena penyaliban Yesus atas kehendak mereka sendiri.
Belum lagi persiapan Hari Sabat. Mereka tidak boleh melakukan pekerjaan/kegiatan (menurunkan jenazah dari salib) setelah matahari terbenam, juga menyentuh jenazah yang menyebabkan najis (menurunkan, mengapani, membaringkan) selama tujuh hari, sehingga tidak dapat mengikuti perayaan Paskah (Bil 19:11-16). Jika begitu, akankah jenazah Yesus dibiarkan bergantung di atas salib?
Yusuf yang dilukiskan oleh penginjil ini sebagai murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi, kini tampil menjadi berani. Yesus yang bergantung sendirian di atas kayu salib membawa cinta begitu besar baginya. Karena itu, dengan keberanian yang dimilikinya, ia menghadap Pilatus untuk meminta Jenasah Yesus diturunkan dari salib. Pilatus menyetujui permintaannya. Bersama Yusuf dari Arimatea ada juga Nikodemus.
Siapakah Nikodemus itu? Nama itu nama Yunani, artinya ‘penakluk orang-orang’. Dia disebut hanya dalam Yoh, di mana dia diterangkan sebagai Farisi dan pemimpin agama Yahudi (artinya anggota Sanhedrin) yang mengunjungi Yesus waktu malam (Yoh 3:1-21). Nampaknya dia sungguh-sungguh tertarik oleh sifat dan pengajaran Yesus, tapi takut ketahuan kepada rekannya sesama Farisi. Dia tidak dapat mengerti kiasan-kiasan rohaniah yang dipakai Kristus.
Nikodemus menghilang dari panggung pelayanan, ia baru muncul kembali dalam Yoh 19:40 :” Juga Nikodemus datang ke situ. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.”
Saudara-saudaraku. Pada Jumat Agung ini, kita benar-benar dirundung duka mendalam. Yesus Sang Hamba Allah mati dengan cara yang sedemikian tragis. Namun, seperti Yusuf dari Arimatea kita semua hadir dalam kerinduan akan salib Tuhan Yesus sebagai tanda sengsara, penderitaan, penghinaan, dan wafat-Nya yang menebus kita. Dalam kerinduan besar itu mari kita bermadah dan menyembah Tuhan: ”Lihatlah kayu salib tempat penyelamat dunia bergantung”, “Marilah kita sembah”.