Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Kej.12:1-8.11-14; 1 Kor.11:23-26; Yoh.13:1-15
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, perikope tentang Pembasuhan Kaki yang baru saja kita baca/dengar adalah khas injil Yohanes. Ketiga injil sinoptik yang lain tidak menulis tentang kisah ini. Perikope ini dibacakan setiap tahun pada pesta Perjamuan Tuhan pada hari Kamis Putih dalam Pekan Suci. Pada tradisi Yahudi lazimnya orang membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan agar masuk dengan kaki bersih. Hanya tamu yang sangat dihormati sajalah kakinya dibasuh oleh hamba atau budak. Misalnya hanya seorang guru atau yang dituakan kakinya yang dibasuh. Pembasuhan kaki pada masa itu dilakukan sebelum perjamuan bersama, yang dimaknai sebagai tanda pembersihan diri sebelum mengambil bagian dalam perjamuan.
Namun yang dilakukan Yesus kali ini bertentangan dengan tradisi Yahudi. Dia, yang sehari-hari dipanggil sebagai Guru oleh para muridNya, justru Dia sendirilah yang mencuci kaki murid-murid-Nya. Itu pun dilakukan Yesus, bukan sebelum perjamuan, tetapi dilakukannya di ruang Perjamuan Makan bersama. Bagi Petrus, perbuatan yang dilakukan oleh Yesus itu sudah bertentangan dengan tradisi Yahudi. Karena itu baginya, Yesus mustinya tidak boleh membasuh kaki murid-muridNya. Dia kemudian protes keras kepada Yesus karena dia merasa diri tidak pantas dibasuh kakinya oleh Gurunya. Bagi Petrus, yang patut dibasuh kakinya adalah Yesus yang sehari-hari dia panggil sebagai Guru. Karena itu dengan tegas ia berani menolak apa yang hendak dilakukan Yesus kepada dirinya sendiri:”Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku? “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.”
Adegan pembasuhan kaki yang ditampilkan oleh Yohanes dengan lakon utamanya adalah Yesus memiliki pesan dan maksud lain yang tidak dimengerti oleh Petrus. Karena itu Yesus dengan tegas menjawab Petrus:”Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak. “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Jawaban Yesus membuat Simon Petrus takut. Karena itu, Kata Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih,hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: “Tidak semua kamu bersih.”
Apa yang dikatakan Yesus kepada Petrus Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak, kemudian dijelaskan kepada para murid-Nya setelah Dia selesai membasuh kaki murid-murid-Nya. Yesus bertanya kepada mereka:” Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?” Para murid Yesus tidak menjawab pertanyaan Yesus, Guru mereka. Sekalipun para murid diam membisu atas pertanyaan Gurunya, karena mungkin mereka terheran-heran atau bahkan terkagum-kagum lantaran Yesus yang keseharian disebut sebagai Guru itu berani melakukan perbuatan seorang hamba sahaya.
Untuk itu Yesus menjelaskan maksud mengapa Dialah yang harus membasuh kaki mereka. ” Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. “
Terhadap kata-kata Gurunya itu mereka baru sadar bahwa bukan hanya hamba saja yang wajib mencuci kaki gurunya tetapi semua orang – terlebih-lebih mereka yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus. Mereka itu wajib membasuh kaki sesama sebagaimana Yesus, yang adalah Guru itu telah memberikan telada kepada mereka semua.
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, pertanyaannya, mengapa kaki para murid yang dicuci Yesus dan bukan bagian tubuh yang lainnya? Karena kaki adalah anggota tubuh paling bawah, yang harus menanggung beban seluruh tubuh agar tubuh dapat berdiri dengan tegar dan tak tergoyahkan. Kaki adalah anggota tubuh yang menapak atau menyentuh tanah, dan dengan demikian ketika tanpa alas kaki berarti kaki siap untuk menjadi anggota tubuh yang paling kotor.
Pembasuhan kaki untuk mencuci sikap malas pengikut Kristus yang enggan melangkah keluar, berjalan untuk mencari orang-orang yang tiada beruntung nasipnya. Pembasuhan kaki juga untuk mencuci sikap acuh tak acuh dan masa bodoh yang masih melekat pada kaki-kaki para pengikut Kristus, yang mustinya berjalan keluar mencari orang-orang yang terpinggirkan, yang tidak mendapat perhatian kemanusiaan dari sesama yang lain.
Mencuci kaki juga artinya membasuh kekotoran sikap egois para pengikut Kristus tanpa pernah peduli pada sesama yang lain, teristimewa mereka yang kurang beruntung nasibnya. Singkatnya, tugas atau panggilan untuk saling membasuh kaki antara lain berarti saling memperhatikan saudara-saudari kita yang berada di bagian bawah atau yang dipandang terkalahkan dalam percaturan sosial bersama, seperti para yatim piatu, mereka yang sedang terlilit problem dalam rumah tangga, mereka yang sedang ada di dalam penjara, mereka yang sedang sakit di rumah-rumah atau di rumah-rumah sakit.
Mereka semua sedang menunggu sentuhan kasih dan belai kasih sayang dari kita semua yang pada hari ini secara rohani, dicuci-bersih kaki kita oleh Yesus. Pada akhirnya mencuci kaki dipahami untuk tetap tegar melangkah melayani sesama sambil itu iman tetap kokoh berdiri untuk mengimani Yesus sebagai Guru yang telah memberi teladan untuk saling melayani.
Maka, perintah Yesus, kamu pun wajib saling membasuh kakimu, sebenarnya adalah perintah untuk melayani. Melayani tanpa pamrih, melayani orang lain, tanpa memandang buluh. Kamu wajib saling membasuh kaki adalah perintah pelayanan total utuh paripurna. Pelayanan yang tidak boleh setengah-setengah. Bahkan sampai titik darah penghabisan.
Pelayanan itu dapat saja berdampak pada pengurbanan diri sendiri. Mengurbankan diri dan mempersembahkannya bagi keselamatan orang lain, sebagaimana Yesus menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya demi keselamatan bagi sesama, sebagaimana dikatakan oleh Paulus dalam bacaan II:” Inilah tubuh-Ku,yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”