Desain Jembatan Pancasila Palmerah Larantuka
JAKARTA : WARTA-NUSANTARA.COM–Pemerintah Pusat menyetakan komitmen untuk segera membangun Jembatan Pancasila Palmerah Larantuka yang menghubungkan Pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur (Flotim) dan Proyek Strategis Nasional lainnya. Deputy I KSP RI, Febry Calvin Tetelepta, memimpin rapat di Ruang Rapat Utama Gedung Bina Graha KSP untuk membahas rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) serta pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah di Larantuka Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pertemuan tersebut dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk Kementerian PUPR, Kementerian ESDM, PT. PLN, PT. Tidal Indonesia, dan Pemerintah Daerah NTT pada hari Selasa, 26 Maret 2024, pukul 10.00 WIB. Melalui pres rilis Direktur Andreas Wellem Koreh kepada Tim media pada Kamis, (29/03) dikupang bahwa Febry Tetelepta menekankan bahwa KSP bertanggung jawab untuk mengawal semua Proyek Strategis Nasional (PSN) yang belum selesai dalam masa pemerintahan Presidena Jokowi, termasuk PLTAL Larantuka yang telah tertunda selama lebih dari 8 tahun sejak tahun 2016.
PLTAL Larantuka sebelumnya telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, tetapi dikeluarkan dari RUPTL 2021-2030 karena kelayakan ekonomi yang belum terpenuhi. Namun, proyek ini kembali dimasukkan dalam RUPTL 2024-2033 dan telah mendapat komitmen pembiayaan dari Bank Pembangunan Belanda (FMO).
Latief Gau dari PT. Tidal Bridge menjelaskan potensi energi arus laut yang besar di seluruh dunia dan di Indonesia, serta teknologi yang digunakan dalam proyek ini. BPPT (sekarang BRIN) mencatat bahwa potensi arus laut di Selat Larantuka bisa menghasilkan 300 MW. Untuk tahap awal, PT. Tidal Bridge akan membangun power plant dengan kapasitas 40 MW yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
Total biaya pembangunan jembatan dan PLTAL ini diperkirakan $ US 225 Juta (3 triliun) , seluruhnya didukung oleh pinjaman lunak dari Bank Pembangunan Belanda (FMO) dengan durasi pinjaman selama 20 tahun. Dan jika sudah dilakukan FEED (Front End Engeneering and Desaign), maka FMO akan memberikan hibah sebesar 35% dari total pembiayaan. Artinya sisa pinjaman lunak menjadi lebih kecil yakni 65%.
Sementara usia jembatan tersebut di desain untuk 50 tahun ke depan. Dengan demikian pembiayaan pembangunan jembatan dan PLTAL nya, pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan biaya sama sekali, karena jembatan dan power plantnya akan”membiayai dirinya sendiri “dengan revenew dari hasil penjualan listriknya yang di manfaatkan oleh PLN.
Dia menejalaskan berdasarkan AMDAL dan ESIA telah dilakukan dan menyatakan bahwa proyek ini layak dari segi lingkungan. Selain itu ada pun dukungan dari Kementerian ESDM dan PT. PLN terhadap proyek ini. Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PT. PLN, Hartanto Wibowo, menegaskan potensi energi baru terbarukan untuk mendukung program transisi energi Indonesia.
Dia juga menyoroti pentingnya kolaborasi empat pihak untuk menyelesaikan kendala yang terjadi. Dirut Utama PT. Tidal Bridge, Latief Gau mengatakan potensi arus laut di dunia mencapai 7.800 TWH Yang artinya masih banyak energi arus laut yang belum di eksplorasi secara maksimal sebagai energi untuk kepentingan manusia. Sementara di Indonesia potensi arus laut juga sangat besar mengingat kondisi geografi Indonesia yang berpulau pulau dan diapit dua samudra, sehingga diantara selat-selatnya terdapat arus laut yang sangat besar untuk digunakan sebagai energi.
Sementara itu teknologi arus laut ini adalah teknologi yang sudah proven sistem atau sudah digunakan di beberapa negara sejak abad 12 di Belanda, di United Kingdom, Perancis, Portugal dan Korea. Dalam perjalanannya, turbin yang digunakan terus berkembang.
Dari semula Turbinnya ditanam di dasarlaut menjadi turbin yang mengapung di permukaan laut. Salah satunya adalah Screw Turbin. Turbin ini adalah pilihan turbin yang ramah lingkungan dengan diameter sekitar 8 meter, sehingga memenuhi standar Green Peace agar keberadaan turbin ini tidak mengganggu atau merusak blota laut termasuk ikan-ikan yang ada di selat tersebut.
Teknologi yang digunakan adalah memasang turbin dengan digantung di badan jembatan dengan model seperti “laci meja” yang untuk pemeliharannya bisa dimasukkan dan di keluarkan dari bawah kolong jembatan.
Panjang jembatan adalah 800 meter terdiri dari 250 meter arah Larantuka dan 150 meter arah Adonara adalah Jembatan Sipil (civil Bridge) sedangkan 400 meter di tengah-tengah jembatan adalah Jembatan Tidal (Tidal Bridge) dimana di segmen 400 meter ini lah, turbin akan digantungkan untuk menghasilkan energi listrik. Oleh karena hal tersebut telah disepakati untuk membahas draft MOU Empat Pihak pada tanggal 4 April 2024, dengan harapan agar pembangunan dapat dimulai sebelum Oktober 2024.
Proyek ini dianggap strategis dan dapat menjadi contoh bagi Indonesia dalam pemanfaatan energi baru terbarukan. KSP RI mendorong agar proyek ini terealisasi demi masa depan energi Indonesia. Diharapkan dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan PLTAL Larantuka dan Jembatan Pancasila Palmerah sebagai kebanggaan Indonesia untuk generasi mendatang. (*/WN-01)