Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Rm. 6:3-11; Mrk. 16:1-8
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, pada hari Jumat Agung altar terlihat kosong, tanpa dekorasi. Salib dan patung ditutupi. Keesokan harinya, pada hari Sabtu Suci, tidak ada Misa pagi sebelum Malam Paskah. Gereja tetap kosong, sunyi dan gelap menjelang perayaan kebangkitan Kristus. Maksud dari ini semua adalah agar sepanjang hari ini, kita menantikan Kebangkitan Kristus yang sudah dekat. Kita beristirahat bersama-Nya dalam kegelapan kubur. Seperti yang dikatakan Paus Fransiskus:” Ada saat-saat ketika kehidupan tampak seperti kuburan yang tertutup rapat: semuanya gelap, dan di sekitar kita yang kita lihat hanya kesedihan dan keputusasaan… Yesus memberi tahu kita bahwa pada saat-saat ini kita tidak sendirian. Tepatnya pada saat-saat inilah Dia datang lebih dekat dari sebelumnya untuk memulihkan kehidupan kita.”
Malam Paskah menandai tanda pertama terang dan kebangkitan Kristus. Setelah umat masuk ke dalam gereja, upacara Malam Paskah dimulai di luar gereja dalam suasana gelap. Dimulai dengan Upacara Cahaya. Api menyala, menghalau kegelapan malam. Pastor kemudian mengambil Lilin Paskah, mengukir salib dan simbol lainnya ke dalamnya, dan menyalakan lilin. Sesudah itu dengan perlahan Lilin Paskah diarak masuk ke dalam gereja dengan bernyanyi:” Cahaya Kristus.” Dari cahaya Lilin Paskah dipasang ke lilin-lilin kecil yang dipegang oleh setiap umat yang hadir. Sesaat kemudian cahaya lilin-lilin itu menerangi ruang gereja yang gelap. Terang lilin itu menembus kegelapan malam. Terang yang bercahaya memberikan harapan, kepastian dan kegembiraan ketika lilin-lilin kecil itu ambil bagian dari terang lilin paskah.
Ketika terang Kristus memasuki gereja, terang itu juga dapat memasuki hati kita masing-masing. Terang lilin itu menyinari setiap sudut hati yang saat ini sedang resah dan gelisah, terang itu memberikan harapan di sudut hati setiap orang yang saat ini tidak ada jalan keluar dari kesulitan hidupnya, terang yang memberi harapan untuk boleh berjalan kembali menuju terang sejati Yesus yang bangkit.
Prosesi Lilin Paskah berakhir setelah lilin ditempatkan pada tempatnya. Sesudah itu, Exsultet atau Pujian Paskah dinyanyikan sebagai bentuk Proklamasi Kebangkitan, pernyataan bahwa kita telah mengakhiri Masa Puasa serentak itu pula sebagai pernyataan kemenangan umat dalam menyambut Kebangkitan Kristus, yang merupakan buah utama dari berdoa, berderma dan bermatiraga selama 40 hari silam. Upacara Malam Paskah adalah moment kita mengenangkan juga kisah keselamatan yang terungkap sepanjang sejarah, yang dimulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Selain itu juga kita merayakan pertumbuh gereja katolik yang kudus, karena Vigili Paskah adalah malam di mana para katekumen dewasa dapat menerima Sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Komuni Kudus pada malam yang sama.
Saudara-saudaraku, Proklamasi Paskah kemudian dilukiskan melalui bacaan-bacaan suci yang kita dengar malam ini; yang dimulai dengan Kisah Penciptaan, Kisah Pembebasan bangsa Israel dari Mesir, Undangan Allah kepada Kasih Karunia, Jika kita telah mati bersama Kristus, kita percaya bahwa kita juga akan hidup dan Kebangkitan Yesus.
Kebangkitan Yesus dilukiskan oleh Markus sebagai berikut:” Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Perempuan-perempuan itu sejak pagi-pagi bergegas pergi ke kubur Yesus untuk mengurus jenazah-Nya. Meski mereka sadar bahwa mereka tidak mampu menggulingkan batu pintu kubur dan bingung siapa yang akan melakukannya, namun mereka tetap pergi juga. Kebingungan mereka tidak berlarut-larut, karena batu pintu kubur telah terguling. Yang mengejutkan adalah kehadiran seorang muda di dalam kubur itu. Orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.
Jangan takut! Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini adalah fakta bahwa kubur telah kosong. Kisah kubur kosong juga bukanlah bukti akan kebangkitan tetapi merupakan tanda dari kebangkitan Kristus. Bila Yesus orang Nazaret yang disalibkan itu telah bangkit maka pastilah kubur-Nya akan kosong. Jadi, kubur kosong itu sendiri tidak membawa pada iman para perempuan akan kebangkitan Yesus, tetapi iman para perempuan itu mulai bertumbuh tatkala malaekat pewarta kebangkitan yang ada di dalam kubur itu berkata:”Jangan takut, Ia telah bangkit!”
Jangan takut, Ia telah bangkit! Adalah kerygma kebangkitan Yesus yang disampaikan oleh pribadi ilahi, yaitu perwakilan Allah. Malaikat itulah yang menugaskan para wanita untuk menyampaikan pesannya kepada para murid dan kepada Petrus. Pertanyaannya, mengapa Petrus disebut secara khusus dalam daftar orang yang pertama menerima warta kebangkitan Kristus? Apa latar belakangnya? Bahwa Petrus pasti sedang berada dalam pergulatan batin, sebab ia sadar bahwa ia telah tidak taat dan setia kepada Gurunya. Ia bahkan telah menyangkal Yesus sebagai Gurunya, ketika Ia ditangkap oleh orang-orang Yahudi. Ia juga tidak ikut hadir di bawah kayu salib ketika Yesus tergantung di Golgota. Maka ketika mendengar warta kebangkitan Gurunya itu, betapa gembira hatinya.
Saudara-saudaraku, tatkala kita merayakan Paskah Kristus malam ini, kita pun mendengar pesan paska dari pemuda itu” Jangan takut, Ia telah bangkit. Katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus.”
Kita adalah Petrus, yang secara khusus disebutkan dalam pesan itu. Petrus adalah kita yang mungkin sedang berada dalam pergulatan batin oleh karena sedang terlilit problem hidup. Petrus adalah kita yang sadar bahwa sering kita telah tidak taat dan setia kepada ajaran-ajaran-Nya. Petrus adalah kita yang telah menyangkal dan mengabaikan Yesus dalam diri orang-orang kecil.
Petrus adalah kita ketika kita melarikan diri dari tanggungjawab sosial untuk memperhatikan orang-orang yang menderita. Petrus adalah kita yang alpa untuk berbuat baik. Petrus adalah kita yang sedang resah dan gelisah, yang saat ini sedang putus asa karena tidak ada jalan keluar dari kesulitan hidup kita. Maka ketika warta paskah ini sampai ke dalam hati, kita memiliki optimisme habis gelap terbitlah terang, bahwa kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Dengan demikian kita menjadi manusia paskah, yang dengan sukacita bernyanyi:” Inilah Hari Yang Dijadikan Tuhan Marilah Kita Bersorak-Sorai dan Bersukacita Karenanya!”