“Ia Melihatnya Dan Percaya”
Kis. 10:34a.37-43; Kol. 3:1-4; Yoh. 20:1-9
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, ketika hari ini kita dengan penuh sukacita merayakan kebangkitan Kristus, saya bertanya kepada bapa, ibu, saudara, saudari, apakah Yesus benar-benar bangkit? Atau, apakah jenasah Yesus justru dicuri orang yang tak dikenal sebagaimana Dusta Mahkama Agama – Kaum Sanhedrin – yang diberitakan oleh Mateus dalam 25:11-15?
“Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa. Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.”
Maka, ketika melihat makam Yesus kosong tidak serta merta membuat Maria Magdalena percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Yang ada di pikirannya adalah jenasah Yesus dicuri orang. Maria Magdalena termakan cerita orang-orang yang disogok oleh Sanhedrin untuk menipu orang-orang Yahudi dan Romawi. Karena itu dia berlari kembali untuk melaporkan kepada Simon Petrus bahwa jenasah Yesus telah dicuri orang. Maria Magdalena, yang hanyalah seorang perempuan Yahudi,- yang masih melihat rendah martabat wanita-, dan karena itu tidak mungkin ceritanya dipercaya oleh orang, maka dia melakukan keputusan yang cerdas. Ia kembali untuk menyampaikan bahwa kubur Yesus kosong. Jenasah Yesus telah dicuri orang. Ia tidak ada di sana. Berita itu disampaikannya kepada Simon Petrus dan murid yang dikasihinya.
Pertanyaannya, mengapa harus kepada Simon Petrus dan murid yang dikasihinya? Bukan saja karena Simon Petrus itu seorang lelaki Yahudi yang dipandang sebagai penatua/sesepuh yang tentu kesaksiannya langsung dipercaya oleh orang lain, tetapi lebih dari itu, tanpa disadari, Maria Magdalena melakukan seperti apa yang dikatakan oleh Yesus dalam bacaan injil Markus tadi malam. “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.
Petrus mendapat prioritas penyampaian kebangkitan Kristus baru kemudian kepada murid-murid lain, untuk menegaskan apa yang sudah pernah dikatakan Yesus kepada Simon, “Gembalakanlah Domba-dombaKu “. (Yoh. 21:15-17). Jadi, pasca kebangkitan Kristus, Maria Magdalenalah murid pertama yang mengakui otoritas Petrus sebagai Gembala umat Tuhan, pasca Petrus mendapat mandate penggembalaan dari Yesus sendiri.
Simon Petrus sadar bahwa dia bukanlah sekedar yang dituakan, tetapi sudah saatnya dia menunjukan otoritasnya kepada Maria Magdalena dan murid-murid yang lain. Maka dari itu, setelah mendapat warta yang mengejutkan itu, dia tidak tunggu lama-lama lagi. Berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Namun sayang, karena dia sudah tua maka dia tiba paling kemudian. Walaupun dia tiba paling kemudian di sana, tetapi dialah yang paling pertama masuk ke dalam kubur itu untuk membuktikan apa yang dikatakan Maria Magdalena. “Maka datanglah Simon Petrus masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itudan ia melihatnya dan percaya.”
Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.
Saudara-saudaraku, makam kosong, sebagai simbol Kebangkitan, adalah gambaran terakhir pernyataan diri Yesus sebagai Tuhan. Karena itu Petrus dan murid yang lainnya dipanggil untuk memahami tanda kebangkitan dalam makam kosong. Bahwa kubur kosong adalah realias dari sebuah kebenaran yang tak terbantahkan untuk menumbuhkan iman Petrus dan murid-murid yang lain tentang segala perkataan, terlebih-lebih tentang kebangkitan-Nya dari antara orang mati pada hari ketiga. Petrus dan murid-murid yang lain benar-benar percaya, bahwa apa yang pernah dikatakan oleh gurunya itu telah menjadi sebuah kenyataan.
Karena itu, untuk pertama kalinya, pasca Yesus meninggalkan mereka, Petrus menunjukkan jatinya sebagai gembala umat dan dengan berani mulai memberikan kesaksian tentang Yesus yang telah bangkit kepada orang-orang di Kaisarea, sebagaimana dalam bacaan I hari ini:” Yesus itu telah dibangkitkanAllah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. (Kis.10:40-42).”
Saudara-saudara, bagi kita, makam kosong menjadi tanda iman dan tanda kemerdekaan kita. Kita merayakan kemenangan kita atas kuasa dosa dan maut di dunia ini. Kristus yang bangkit membangkitkan iman kita, agar kita percaya kepadaNya sebagai harapan tunggal kita. Membuat kita semakin berani, tidak putus asa ketika pengalaman salib dan penderitaan yang kita alami.
Kristus yang bangkit telah membebaskan dan memerdekakan kita, menjadi manusia baru, manusia paskah, manusia kebangkitan yang memberikan harapan dan kepastian bagi mereka yang telah kehilangan iman dan harapan, yang tidak lagi percaya akan Kristus yang bangkit. Kita membiarkan Tuhan bertindak dan melakukan hal yang besar dalam ketidakberdayaan kita. Membiarkan Tuhan menggulingkan batu besar kesombongan dari hati kita. Batu egoisme yang menutup pintu hati kita untuk mengalami Kristus yang bangkit harus digulingkan.
Kita menggulingkan semua batu kedosaan kita untuk mengalami sukacita kebangkitan. Pada akhirnya, semoga dampak dari perayaan Paskah ini membuat hati kita seperti kubur kosong, yang membebaskan, yang memerdekakan, dan menjadikan kita manusia paskah, manusia kebangkitan, manusia baru yang selalu percaya bahwa Kristus itu sungguh bangkit dari antara orang mati.”