Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Kis.9:26-31; 1 Yoh. 3:18-24; Yoh.15:1-8
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, dalam seluruh dimensi kehidupan manusia, persatuan dan kesatuan menjadi begitu penting.Sejarah bangsa kita sudah mengakui hal itu melalui peristiwa bersejarah yang disebut sebagai Sumpah Pemuda.
Sumpah yang berasal dari putra-putri, kaum muda seantero nusantara itu berbunyi:”
“Kami putra dan putri Indonesia. Mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia. Mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda ini dimaknai sebagai tonggak sejarah pergerakan para pemuda Indonesia dalam perjuangan bersama melawan penjajah, merupakan sarana untuk mempersatukan seluruh organisasi kepemudaan dan para pemuda Indonesia yang awalnya bercorak kedaerahan menjadi berjiwa nasionalis, merupakan keputusan penting yang memberikan arah baru dan membangkitkan semangat kebangsaan dalam menentang penjajahan. Sumpah Pemuda merupakan komitmen perjuangan rakyat sampai berhasil mencapai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sumpah Pemuda merupakan manifestasi semangat persatuan nasional yang mendorong tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. Keenam, Sumpah Pemuda merupakan kebulatan tekad yang mencerminkan rasa cinta para pemuda terhadap tanah air dan bangsanya, yaitu Indonesia.
Bagi Yesus, persatuan dengan-Nya sebagai Pokok Anggur Sejati, adalah sebuah hal yang sangat penting. Karena itu, sebelum Yesus meninggalkan para murid-Nya dan pergi ke Rumah Bapa-Nya, Dia terlebih dahulu mengingatkan murid-murid-Nya:” Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”
Ketika Yesus mengingatkan bahwa persatuan dengan Dia sebagai Pokok Anggur Sejati adalah tuntutan mutlak tak terbantahkan, tidak berarti setiap pengikut Kristus bebas dari problematika hidup. Menjadi pengikut Kristus dan bersatu mesra dengan-Nya tidak berarti kita akan selalu mengalami sukacita dan kegembiraan, serta keberhasilan tanpa batas. Menjadi pengikut Kristus dan bersatu dengan-Nya tidak berarti tanpa masalah. Malah sebaliknya, mengikuti Yesus dan bersatu dengan-Nya identik dengan perjalanan salib dari Getsemani menuju Golgotha. Ada beraneka peristiwa, kesulitan, penderitaan, nista dan kecaman, mewarnai perjalanan itu. Maka dari itu Yesus, pada kesempatan yang lain sudah mengingatkan para murid-Nya:” Barangsiapa mengikuti aku, dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.” (Mat. 6:24). Maka salah satu ciri khas pengikut Kristus adalah menderita bersama Kristus.
Dalam perumpamaan yang kita dengar dalam injil hari ini pun Yesus sudah menyampaikan untuk mengingatkan kita bahwa ibarat ranting yang dipotong-potong dan dibersihkan supaya menghasilkan banyak buah, demikian pun pengikut Kristus, dia akan selalu diuji, digodok, diobok, “dipotong-potong” dalam beraneka problematika hidup, agar dia menjadi penghasil buah yang berkwalitas.
Jadi seperti emas yang berkwalitas, agar semakin bermutu dan bernilai jual tinggi, dia harus diuji dalam tanur api.
Saudara-saudara yang terkasih, ada konsekwensi persatuan kita sebagai ranting dengan Yesus sebagai Pokok Anggur Sejati yakni harus menghasilkan buah, bahkan buah berlimpah.
Maka pertanyaannya adalah, apakah buah-buah berlimpah itu? Apakah buah berlimpah itu dimaksudkan adalah membaptis orang sebanyak-banyaknya untuk menjadi katolik dan mengikuti Yesus sebagai Sang Pokok Anggur Sejati? Tentu tidak!! Dalam konteks ini, kita tidak sedang diminta oleh Yesus, atau kita tidak sedang mewajibkan diri untuk mengkatolikan orang-orang yang non katolik. Karena untuk menjadi orang katolik pengikut Kristus itu bukan urusan kita manusia melainkan merupakan urusan Roh Kudus. Maka yang dimaksudkan dengan menghasilkan buah-buah berlimpah adalah bahwa setiap pengikut Kristus yang menyatakan persatuanNya dengan Yesus Sang Pokok Anggur Sejati, dia dituntut untuk menghayati nilai-nilai keadilan, kejujuran dan kebenaran. Menghasilkan buah berlimpah adalah memiliki kepedulian altruis tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga terhadap bumi, ibu kita yang sedang menderita oleh karena ulah manusia. Menghasilkan buah berlimpah, berarti juga seseorang pengikut Kristus, memiliki iman yang teguh, harapan yang kuat dan kasih yang tiada berkesudahan. Bila ketiga kebajikan utama ini kita miliki dan hayati maka kita menghasilkan lagi buah-buah yang berkwalitas, yakni kebaikan, keadilan, sukacita, kebahagiaan yang bermuara kepada keselamatan paripurna manusia, keselamatan jiwa dan raga. Inilah tugas kita. Inilah tanggung jawab moral kita: turut serta membuat baik negeri ini, ikut terlibat membangun bangsa sebagai panggilan pertiwi, tetapi juga sebagai pengejawantahan dari nilai-nilai injili.
Saudara-saudaraku, agar supaya bisa menghasilkan buah berlimpah syaratnya cuma satu:”Bersatu intim mesra dengan Yesus Sang Pokok Anggur Sejati, dalam sunyi dan keheningan.” Santa Thresia Kalkuta katakana:” Buah keheningan adalah doa. Buah doa adalah iman. Buah iman adalah cinta. Buah cinta adalah pelayanan. Buah pelayanan adalah damai.”
Maka dari itu saudaraku, tatkala kita memiliki persatuan intim mesra dengan Yesus Sang Pokok Anggur Sejati, mari kita hayati kata-kata Santa Theresia dari Kalkuta:” Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar. Tebarkanlah cinta kemanapun engkau pergi. Jangan ada seorang pun yang datang menemuimu tanpa menjadi lebih bahagia ketika meninggalkanmu.”
Saya mengakhiri kotbah singkat ini dengan berdoa:
“ Bapa yang maha pengasih dan penyayang, menjelang akhir hidup-Nya, Yesus telah berdoa bagi para murid-Nya, “Semoga mereka semua bersatu, seperti Engkau, ya Bapa, ada dalam Aku dan Aku dalam Dikau; supaya mereka juga bersatu dalam Kita, agar dunia ini percaya bahwa Engkau telah mengutus Aku.” Maka kami mohon, ya Bapa: Semoga semua orang kristen bersatu padu dan giat mengusahakan kesatuan. Semoga seluruh pemimpin umat-Mu semakin menyadari perlunya kesatuan. Musnahkanlah sandungan akibat perpecahan umat kristen dilenyapkan. Semoga persatuan umat kristen merupakan sumber perdamaian, dan tanda kasih Kristus bagi seluruh umat manusia. Bapa, Tuhan Yesus Kristus telah bersabda kepada para rasul, “Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu”: janganlah Kau pandang dosa-dosa kami, melainkan kepercayaan umat-Mu, dan berikanlah damai serta persatuan kepada kami sesuai dengan kehendak-Mu. Pandanglah kawanan domba Yesus. Semoga semua, yang telah dikuduskan oleh satu pembaptisan, dipererat pula oleh persatuan iman dan ikatan kasih. Buatlah kami semua menjadi satu kawanan dengan Yesus sendiri sebagai satu-satunya gembala, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala abad. Amin”