Foto : Peluncuran Buku, Vivick Tjangkung
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Kapolres Lembata, Josephine Vivick Tjangkung meluncurkan (Launching) buku yang berjudul Kepak Sayap di Tanah Lelehur, yang menurutnya sebagai kenang-kenangan untuk masyarakat Lembata. Vivick Tjangkung Menyerahkan Buku kepada Ketua DPRD Lembata, Piter Gero
Vivick Tjangkung mengungkapkan hal itu dalam acara Launching Buku Kepak Sayap di Tanah Leluhur yang diselenggarakan di Jalan Trans Lembata, Depan Polres Lembata pada Sabtu, 11 Mei 2024.
Menurut Vivick Tjangkung, buku ini sengaja ia buat agar dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat Lembata bahwa sebelum kedatangannya ke Lembata, ia sudah bermimpi dari jauh hari, akan pergi ke sebuah negeri kepulauan yang dikelilingi laut dan gunung.
“Saya lahir dari keturunan Lamalera. Opa saya membuat SLTP (SMP Apis-red) dan sekolah ini masih berdiri,” ungkap Vivick Tjangkung.
Setelah bermimpi, tiga bulan kemudian, Vivick mendapatkan surat perintah dari Kapolri menjadi Kepala Polisi Resort Lembata.
“Dibuku ini saya mencerita dari awal saya ada di sini. Dalam buku ini tercatat banyak hal yang bisa jadi kenang-kenangan bagi seluruh masyarakat Lembata,” ungkap Vivick Tjangkung.
Hadir dalam launching ini, seorang Penulis, Albertus Muda Atun memberikan komentarnya pada buku Kepak Sayap di Tanah Leluhur. Menurut Albertus, buku ini menjadi pembanding defisit literasi di tanah Lembata. Buku ini juga menjadi penerang dalam kegelapan literasi.
“Buku ini ditulis dan dirajut dalam bahasa yang memikat pembaca. Kepak Sayap di Tanah Leluhur merupakan kumpulan fakta yang jadi sejarah yang meriwayatkan perjalan Ibu Kapolres di Lembata,” ujar Albertus.
Lanjutnya, karya jurnalistik yang monumental ini sangat indah dan menarik. Pembaca akan dibuat ketagihan untuk terus membaca.
Karya yang sangat ringan untuk pembaca ini menempatkan Vivick Tjangkung yang merupakan seorang Doktor turun ke tengah-tengah masyarakat.
“Boleh dikatakan Bunda (Vivick Tjangkung-red) kembali ke rahim dan dilahirkan kembali. Berarti membangun relasi spiritual dengan leluhurnya dimana beliau berasal,” jelas Albertus.
Untuk diketahui, hadir pula penulis buku Kepak Sayap di Tanah Leluhur Emanuel Krova dan Ricko Wawo.
Menurut Emanuel, Vivick Tjangkung telah berpesan kepada penulis untuk menulis dengan sederhana mungkin atas peristiwa yang memiliki bobot nilai yang besar.
Sebab, menurut Emanuel, sekarang lagi di masa transisi. Sebelumnya orang membaca di teks book berpindah ke media berbasis digital. Akhirnya diputuskan, buku ini ditulis sesederhana mungkin sehingga dapat dibaca semua kalangan.
“Kita menulis dengan gaya jurnalistik. Karen masa ini kita berada di masa transisi. Untuk mengambil jalan tengah kami memilih jalan ini,” tutup Emanuel. (*/WN-01)