Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Kis.2:1-11; Gal.5:16-25; Yoh.15:26-27; 16:12-15
WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini kita merayakan Pesta Pentakosta. Hari ini berakhir juga masa Paskah. Karena itu maka Pentakosta menjadi batas antara masa Paskah dan masa biasa. Ketika kita sedang berada di batasan kedua masa ini, kita merayakan Pesta Pentakosta. Pentakosta adalah hari turunnya Roh Kudus yang terjadi pada hari ke 50 setelah Paskah. Pentakosta dilukiskan dalam Kis 2:1-13. Yang terjadi pada waktu itu adalah turun dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras (ay 2). Kitab Suci sering menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yoh 3:8 Yeh 37:9,10,14 Yoh 20:22). Selain itu, tampak juga lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada para rasul (ay 3). Dalam hal ini Roh Kudus juga sering digambarkan sebagai api karena Ia berfungsi untuk menyucikan/menguduskan kita.
Dalam Kisah Para Rasul itu diceritakan bahwa Roh Kudus itu turun dan memenuhi mereka semua (ay 4a). Jadi, bukan hanya rasul-rasul saja yang menerima/dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi semua orang yang pada waktu itu berkumpul di Yerusalem untuk memenuhi perintah Tuhan. Sedangkan Pentakosta menurut Perjanjian Lama untuk mengenangkan dua hal yakni, Pemberian Dekalog/Sepuluh Hukum Tuhan dan Perayaan syukur karena panen gandum (Ul 16:10; Kel 34:22).
Saudara-saudara, pencurahan Roh Kudus yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul adalah penggenapan janji Tuhan dalam injil Yohanes: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu…Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran ; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”
Roh Kudus yang dijanjikan itu benar-benar datang. Kedatangan Roh Kudus, dilukiskan begitu lengkap dalam Kisah Para Rasul. “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.”
Perbuatan besar yang dilakukan Allah salah satunya adalah melalui Bahasa Lidah atau Bahasa Roh (ay 4b-11). Bahasa Roh adalah suatu karunia Roh Kudus yang menyebabkan rasul-rasul itu bisa berbicara dalam bahasa-bahasa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau tidak pernah mereka pelajari. Melalui Bahasa Lidah, semua orang yang ada di Yerusalem percaya bahwa melalui Roh Kudus, Yesus datang kembali untuk menyatakan kasih-Nya, dan persekutuan pribadi (bdk. Yoh 14:16-23). Roh Kudus bekerja di dalam para rasul untuk membangkitkan dan memperdalam kesadaran dan kepercayaan orang-orang itu akan kehadiran Yesus dalam kehidupan mereka semua, sambil menarik hati mereka untuk bersekutu dengan Dia dalam iman, kasih, ketaatan, persekutuan, penyembahan, dan pujian.
Lidah-lidah yang membakar hangus ketakutan para rasul membuat mereka akhirnya dengan berani tampil menginjili orang-orang Yahudi dari semua penjuru dunia yang datang ke Yerusalem dalam bahasa mereka sendiri. Kisah Para Rasul kemudian menceritakan bahwa di depan banyak orang itu Petrus yang penuh dengan Roh Kudus tampil untuk berkotbah. Oleh karena kekuatan Roh Kudus yang sama itu, orang-orang yang mendengar kotbah Petrus menerima perkataannya itu kemudian memberi diri dibaptis. Pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis. 2:41). Dibaptisnya ke-3000 orang adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa Roh Kudus, yang disimbolkan dalam bentuk lidah-lidah api itu, telah “membakar hangus” semua dosa mereka sehingga mereka bertobat dan memberikan diri mereka dibaptis. Dalam kekudusan mereka itulah kemudian mereka bersatu dengan Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Jadi, Roh Kudus di satu pihak “membakar habis” ketakutan para rasul dan serentak itu pula memunculkan keberanian mereka untuk berkata-kata dalam Bahasa Roh. Di pihak yang lain, Roh Kudus yang sama itu, menyuci-kuduskan orang banyak itu, kemudian mereka bertobat dan memberikan diri mereka dibaptis.
Saudara-saudaraku, hari ini, pada hari terakhir Masa Paskah, kita semua dianugerahi Roh Kudus. Roh Kudus itulah akan memberanikan kita untuk menjadi pewarta kabar sukacita, tetapi serentak itu pula, pada saat kita merayakan Pentakosta hari ini, manusia lama kita yang penuh kepekatan dosa, “dibakar tuntas” menjadi manusia baru oleh Roh Kudus agar kita dikuduskan untuk selalu bersatu dengan-Nya, sehingga kita harus senantiasa diingatkan akan seruan Paulus:” Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging. karena keduanya bertentangan. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu–seperti yang telah kubuat dahulu–bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi hiduplah oleh Roh. Hidup dalam dan hidup oleh Roh menghasilkan buah, yakni kasih, sukacita, damai sejahtera,kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.”
Kita telah menjadi manusia baru untuk memulai langkah ziarah kita sepanjang masa biasa ini. Ziarah kita ini akan selalu ditemani oleh Roh Kudus yang kita terima hari ini dalam Sapta KaruniaNya. Dengan itu maka kita akan selalu hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh. ***