Foto : Pastor Paroki SAJW, DPP dan Panitia KPPK

LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Pastor Paroki Santu Arnoldus Janssen Waikomo (SAJW), Pater Rein Kleden, SVD mengatakan perkawinan Katolik merupakan citra Allah karena adanya campur tangan Ilahi. Tuhan Allah sendiri yang mempersatukan dan menyucikan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita menjadi suami dan istri melalui Sakramen Perkawinan. Menurut Pater Rein Kleden, itu suci mul


Pastor Paroki SAJW, Rein Kleden, SVD mengungkapkan hal itu ketika membuka secara resmi Kursus Persiapan Perkawinan Katolik (KPPK) di Aula Paroki SAJW, Lewoleba rabu pekan lalu. Hadir dalam acara pembukaan kursus tersebut, Penasehat DPP SAJW, Aloysius Gesuk, Ketua DPP SAJW, Wns Muga Wutun, Wakil Ketua ll, Karolus Kia Burin, Ketua Seksi Pastoral Keluarga/Ketua Panitia KPPK, Vinsen Raring. Acara dipandu oleh Pankrasius Wutun.


Menurut Pater Rein Kleden, perkawinan itu suci mulia dan citra Allah sendiri. Perkawinan yang suci dan sakral karena adanya campur tangan Tuhan. Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tak dapat diceraikan oleh siapapun. Pria meninggalkan orangtua untuk bersatu degan istrinya yang dikukuhkan oleh Tuhan.

“Membentuk keluarga katolik yang tangguh menghadapi masalah global dan digital mesti penuh tantangan ke depan perlu dipersiapkan secara baik lewat KPPK seperti ini. Karena banyak materi yang akan disajikan narasumber memberikan pencerahan dan penguatan”, ungkap Pater Reil Kleden.

Ketua DEwan Pastoral Paroki (DPP) SAJW, Wens Muga Wutun dalam amanatnya mengatakan, membangun keluarga katolik yang kokoh , setia dan sukses karena saling pengertian atas dasar cinta yang tulus kedua belah pihak antara suami dan istri.


Menurut Wens Wutun, ada tiga faktor kunci dalam membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera. Yakni, Pasti, Cukup, dan Nyaman. Maksud pasti disini adalah adanya kepastian hidup baik secara ekonomi, pangan, sandang , dan papan. Cukup artinya, makan cukup, pakai cukup dan memenuhi kebutuhan hidup secukupnya. Jangan tergoda dengan orang lain yang mungkin lebih dari cukup. Aspek ketiga adanya hidup aman dan nyaman dalam keluarga.
Penasehat DPP SAJW, Aloysius Gesuk dalam pesannya kepada peserta KPPK, membangun keluarga katolik ditengah tantangan kemajuan teknologi saat ini perlu dibekali dengan berbagai ilmu dan pengatahun dan sharing pengalaman hidup.
Karena itu, lanjut Aloysius Gesuk, peserta KPP mesti banyak mendengar apa saja materi yang disajikan oleh para narasumber. Materi ilmu dang pengetahun praktis tentang perkawinan katolik ini sebagai bekal memasuki keluarga baru. Bukan hanya mendengar, Tetapi juga harus mencatat apa yang menjadi intisari mater. Walaupun kalian mungkin telah banyak mendapat ilimu dan pengetahun dimasa sekolah dan kuliah. Namun sajian materi KPPK yang disajikan ini sangat praktis dan penting sebagai bekal memasuki keluarga baru yang penuh tantangan ke depan ini.
Sedangkan Ketua Seksi Paskel/Ketua Panitia KPPK SAJW, Vinsen Raring dihadapan peserta menjelaskan, berdasarkan hasil turba Tim Pastor ditemukan begitu banyak keluarga katolik yang hidup bersama tanpa ratifikasi atau pengukuhan secara hukum Gereja baik yang ada di lingkungan dan stasi. Ini menjadi pekerjaan rumah dan tugas kita mengatasi masalah ini. Namun sekarang ini ada 8 pasangan calon keluarga baru yang mengikuti KPPK.

Vinsen Raring mengungkapkan, berdasarkan hasil refleksi bersama Paskel dekenat Lembatadengan lima paroki dalam Kota Lewoleba, ada lima permasal;ahan yang paling berat dan dominan yang mengakibatkan banyak keluarga hidup bersama tapi belum sah secara gereja katolik . Yakni, masalah adat, beda agama, terlibat dengan sakramen perkawinan sebelumnya, masa bodoh karena menganggap hidup bersama tanpa ratifikasi itu hal yang biasa, dan masalah hukum gereja.
Vinsen Raring lantas menyetir pandangan orang bija, ” rumah tangga yang harmonis, sehat, bahagia dan sejahtera adalah merupakan impian/dambaan dari setiap insan, setiap pasangan yang hendak membangung, membentuk rumah tangga”.
Impian ini, lanjut Vinsen Raring, dibangun melalui perencanaan yang baik dan matang melalui Komunikasi dua arah. Komunikasi waktu berbicara, dan dan waktu mendengar. Salah berkomunikasi bisa jadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Bahkan ia mengutip Yohanes : 1:19 , “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-katadan juga lambat untuk marah”.
Pankrasius Wutun melaporkan KPPK SAJW gelombang pertama pada bulan Mei tahun 2024 ini diikuti sebanyak 8 pasangan nikah. Kursus ini mengambil tema. ” Gereja Rumah ditengan arus Globalisasi”

Pankras Wutun menjelaskan, tujuan kursus ini adalah memberi bekal materi bagi pasangan calon suami-isteri sebagai keluarga katolik. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perkawinan dan hidup berkeluarga dari sudut pandang teologi, psikologi, moral, seksualitas, kesehatan, ekonomi, dan gender.

Salah satu materi menarik lainnya disajikan oleh Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surya NTT Perwakilan Lembata, Yohanes Vianey K. Burin, SH., yang juga seorang Pengacara/Advokat. Vian Burin didamping Tarsisius Hingan Bahir (Paralega) membawakan materi tentang Perlindungan anak, dan perempuan serta Kekerasan Dalam Keluarga (KDRT) yang semakin marak di Lembata.

(WN-01).