Oleh : Thomas B. Ataladjar
WARTA-NUSANTARA.COM–Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Peribahasa ini mengandung makna bahwa setiap orang yang sudah meninggal, pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia. Entah itu jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya
Dalam acara Sekapur Sirih Bersama Herman Musakabe dengan tema: Mari Bertumbuh Bersama Merawat Persaudaraan di Ruang Hercules , Gedung Persada Purnawira, Halim Perdana Kusuma 2 Juni 2024, selama hampir tiga jam peserta tak bergeming rmendengar kisah perjalanan hidup Herman Musakabe dan kiat-kiat kepemimpinannya, baik dalam dunia militer maupun saat menjadi gubernur memimpin NTT 1993-1998.
Walau telah berusia 84 tahun, Herman Musakabe tampak segar dan semangat membagi pengalaman memimpin dan ilmu leadershipnya, yang diharapkan bermanfaat bagi audience, termasuk bagi mereka yang hendak maju untuk memimpin NTT.
Selama masa bhaktinya yang lama bagi bangsa dan negara ini baik di militer maupun sebagai gubernur, Herman Musakabe tampil sebagai pemimpin yang melayani dengan filosofi menerapkan kebaikan bagi masyarakat. Beliau meninggalkan nama baik, di balik karya-karya monumental yang diwariskannya.
Acara khusus ini diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Masyarakat Flobamora DKI Jakarta yang dipimpin oeh Donkers Mayorga dengan ketua panitia Paulus Doni Ruing. Hadir sejumlah tokoh NTT di Jakarta yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan profesi. Ada mantan Dubes RI untuk Chile, Dr.Aloy L.Maja. Ceo Kompas TV , Rikard Bagun. Mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin, H.Hanafi (pengusaha), Charly Paulus dan Usman Gemantik (bankers), Honing Sani, Dr.Ignatius Irianto, Didi Say, Thobias Dadji (sesepuh Ende) Maha Kati (Sesepuh Sumba), Vico Amalo (Ketua IKB Rote). Dari kalangan militer tampak hadir Kol. AU Tance, Kol.AU. Roy Bait, Kol.AU. G. Maliti dan Kol. TNI AD Yuliis. Juga dihadiri sejumlah cagub/cawagub NTT dan cabub-cawabub NTT.
Ingat Seragam Motif dan Kawin Massal, Ingat Musakabe.
Nusa Tenggara Timur atau Bumi Flobamora, periode 1993 hingga 1998 dipimpin oleh gubernur Mayjen TNI Herman Musakabe. Salah satu ide besar tokoh militer ini, adalah mewajibkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di NTT untuk mengenakan seragam motif daerah NTT.Seragam motif ini wajib dipakai pada setiap hari Kamis, yang kemudian sesudah era Herman Musakabe, dilanjutkan Hari Rabu dan Kamis. Selain hari tersebut PNS mengenakan seragam kheki atau seragam Linmas. PNS pria wajib mengenakan baju motif sedangkan celana berbahan kain berwarna gelap. PNS perempuan mengenakan rok dan baju berbahan motif. Belakangan PNS mulai modifikasi dengan seturut seleranya.
Jika sampai sekarang PNS NTT masih mengenakan seragam motif di lingkup pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota se-provinsi Nusa Tenggara Timur, itu adalah warisan gubernur Mayjen TNI Herman Musakabe. Boleh jadi banyak warga NTT sudah lupa akan tokoh perintis seragam motif di NTT yang kemudian berdampak luas secara nasional ini. Karena setelah Musakabe memberlakukan seragam motif, wilayah lain di berbagai wilayah Indonesia ikutan mewajibkan seragam motif sesuai motif daerah masing-masing. Itu berarti sebagai gubernur, Herman Musakabe seorang pemimpin yang visioner dan berjiwa pionir. Pemberlakuan seragam motif merupakan implementasi atau perwujudan dua dari tujuh Program Strategis Pembangunan NTT yaitu pembangunan ekonomi dan pengembangan kepariwisataan.
Tokoh militer ini tampil sebagai gubernur NTT membawa serta tujuh Program Strategis Pembangunan NTT yakni: Pengembangan Sumber Daya Manusia; Penanggulangan Kemiskinan; Pembangunan Ekonomi; Pengembangan dan Pemanfaatan IPTEK; Penataan Ruang; Pengembangan Sistem Perhubungan, dan Pengembangan Kepariwisataan.
Pencetus Nikah Massal di Provinsi NTT yang Mengindonesia
Tidak itu saja. Di masa kepemimpinannya, Gubernur Musakabe juga menggagas sekaligus tampil sebagai pencetus nikah massal pertama di Provinsi NTT yang kemudian mengindonesia. Nikah massal di Kabupaten Kupang, Kota Kupang, TTS dan Alor, seluruhnya 13.000 pasutri. Yang terbanyak di Timor Tengah Selatan (TTS) ,sekira 5000-an pasutri.
“Kadang-kadang saya diejek sama teman-teman gubernur kalau ada pertemuan para gubernur. Kata mereka, “masa gubernur urus nikah massal? Tapi kemudian nikah massal itu diikuti oleh provinsi lain di Indonesia” tutur Musakabe.
Bagi Herman Musakabe dan istrinya Agnes Musakabe, berbuat baik kepada orang lain itu penting dan ia sangat merasakan manfaatnya. Karena ia pernah merasakan, pada saat-saat tertentu ia mendapat bantuan atau kebaikan dari orang lain. “Tuhan memang membalas setiap kebaikan yang diperbuat pada saatnya,” kata Musakabe.
Semua serpihan kisah ini, terungkap kembali dalam acara Sekapur Sirih bersama Herman Musakabe. Minggu 2 Juni 2024 di ruang Hercules, Gedung Persada Purnawira, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Tak kurang Ibu Agnes Musakabe bahkan ikut memberikan testimoni tentang bagaimana dirinya mendampingi suaminya Gubernur selaku Ketua PKK Provinsi NTT. Kisah dan testimoni pasangan harmonis ini sama-sama bermuara pada satu kesimpulan.Yakni bahwa kepemimpinan yang dibutuhkan masyarakat NTT adalah kepemimpinan yang melayani dengan filosofi kepemimpinan yakni menerapkan kebaikan.
GOR Flobamora, Aula El Tari & Arena Promosi Kerajinan Rakyat
Tidak hanya itu, Gubernur Musakabe di masa pemerintahannya, juga membangun dan mewariskan sarana fisik yang bermanfaat bagi masyarakat. Antara lain GOR Flobamora untuk olahraga indoor dan pertemuan dengan kapasitas 7.000 orang. Juga Aula El Tari untuk rapat-rapat dan pertemuan skala besar. Untuk pemberdayaan ekonomi rakyat , dibangun juga Arena Promosi Kerajinan Rakyat Fatululi, yang sekarang sudah dialihfungsikan.
Jembatan Liliba, Ikon Kota Kupang
Di masa pemerintahan Herman Musakabe, juga dibangun Jembatan Liliba, di Jl. Piet A.Tallo Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Jembatan rangka baja dengan panjang 135 m, ketinggian mencapai 500 m dan lebar 9 meter, ini merupakan salah satu ikon kota Kupang yang menghubungkan wilayah bagian barat dan timur kota Kupang serta menghubungkan Kupang-Penfui. Jembatan Liliba merupakan buah dari pembangunan pada masa gubernur Herman Musakabe 1993-1998. Namun jembatan terpanjang di Kota Kupang ini, sempat dijuluki sebagai tempat pencabut nyawa, karena banyak terjadi tindakan bunuh diri di jembatan ini.
Pesan dan Petuah Buat Pemimpin NTT
Hadirnya sejumlah calon pemimpin NTT dalam acara Sekapur Sirih Bersama Heman Musakabe, ini digunakan oleh Herman Musakabe untuk memberikan sejumlah pesan dan petuah berharga, terutama bagaimana menjadi pemimpin di NTT nanti.
Resep yang disajikan oleh Herman Musakabe, mengenai karakteristik Kepemimpinan yang Melayani juga tidak muluk-muluk. Menurut Musakabe, untuk menjadi pemimpin di NTT entah itu Gubernur, Bupati atau Walikota, sang pemimpin NTT harus berorientasi pada pelayanan, bukan sebaliknya minta dilayani. Sebagai seorang pemimpin, ia harus memiliki visi yang kuat. Dan dalam memimpin ia harus mampu membangun kepengikutan (Followership). Sebagai pemimpin NTT, ia juga dituntut untuk bisa bekerja dengan tim, bukan sebaliknya memperlihatkan type “one man show”. Yang terpenting juga adalah bahwa sebagai seorang pemimpin NTT ia harus mampu menunjukkan keteladanan positip, bukan keteladanan negatip kepada masyarakat yang dipimpinnya. Untuk itu, sebagai pemimpin NTT, ia harus bisa menunjukkan kemampuan dan kepiawaian dalam berkomunikasi. Ia juga harus berani mengambil keputusan, bukan ragu-ragu sehingga membuat masyarakat bingung. Kesetaraan gender perlu jadi perhatian pemimpin dan ia harus rela berkorban. Selain visioner, seorang pemimpin NTT harus bisa menghasilkan karya-karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat .
Sebagai orang tua, Herman Musakabe juga menitipkan sejumlah pesan sebagai pelajaran hidup bagi calon pemimpin NTT. Seorang pemimpin NTT harus bisa menjaga integritas pribadi. Harus konsisten antara ucapan dan perbuatan dalam kehidupannya sehari-hari dan selalu berpikir positip.
Herman berpesan agar calon pemimpin NTT senantiasa berbuat yang baik ( do your best), selalu bersyukur dan berpikir positip. Herman Musakabe mengingatkan bahwa materi, pangkat, jabatan hanyalah sarana, bukan tujuan hidup. Beliau juga minta agar calon pemimpin NTT selalu menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Juga berani menghindari tiga Ta, (Takhta,Harta dan Wanita). Juga agar sebagai pemimpin NTT selalu menjadikan komunikasi sebagai sarana pendukung. Ia harus menjadi pemimpin yang melayani, pemimpin yang senantiasa menerapkan kebaikan dan selalu berdoa dan bekerja (Ora et Labora).
Jadilah seperti Nabi Musa.
Dari seluruh uraian Mayjen TNI (Purn) Herman Musakabe, penulis teringat akan kisah Nabi Musa dan kepemimpinannya. Nabi Musa adalah pemimpin yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan membawanya ke Tanah Terjanji. Ia tidak hanya membimbing mereka seara fisik keluar dari Mesir, tetapi juga mengajarkan mereka tentang hukum-hukum Tuhan dan mengarahkan dalam beribadah.
Kisah perjalanan bangsa Israel di padang gurun, juga menunjukkan ketergantungan Musa pada kehendak Allah. Musa mengajarkan kita untuk selalu mencari panduan dan arahan Alah dalam setiap langkah hidup. Tidak hanya mengandalkan kebijaksanaan kekuatan sendiri, tetapi selalu mencari petunjuk Allah.
Kisah Nabi Musa memiliki pesan yang masih relevan bagi kita hari ini. Kita diajak untuk meneladani teladan Musa yang teguh imannya, rela berkorban, dan tergantung pada Allah dalam menghadapi tantangan dan mengemban tugas yang Tuhan berikan.
Masyarakat NTT menaruh harapan besar kepada semua calon pemimpin NTT yang mau maju memimpin NTT, agar bisa menjadi seperti Nabi Musa yang mampu menghantar masyarakat NTT ke Tanah Terjanji Nusa Flobamora yang lebih baik dan lebih bermartabat, walaupun ia sendiri tidak masuk ke Tanah Terjanji NTT baru yang diidamkan tersebut. Bukan NTT yang tetap menyandang predikat Nasib Tak Tentu ( NTT) atau Nanti Tuhan Tolong.( NTT). Masalah kemiskinan, stunting dan masalah lain , masih menghantui NTT.
Untuk itu bersama Pak Herman Musakabe kita berharap agar masyarakat NTT lebih cerdas dalam memilih pemimpin NTT yang akan datang. ”Pilihlah pemimpin NTT yang melayani, bukan yang dilayani yang membuat NTT makin terpuruk” tegas Musakabe.****
(Penulis adalah warga Flobamora Diaspora, tinggal di Bogor).