Foto : Krispina Bhanda
MAUMERE : WARTA-NUSANTARA.COM–Krispina Bhanda, gadis Desa Liakutu punya kisah unik meraih cita-cita. Namun penuhuh liku dan tantangan. Mulanya berniat jadi seorang Polisi Wanita (Polwan). Namun hasil akhirnya perjuangan dan pilihan profesi menjadi serorang guru dengan tugas mulia. Mendidik anak-anak bangsa.
Siapakah Sosok Krispina Bhanda. Gadis itu berasal dari Detuleda, Desa Liakutu, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka. Sang guru itu akrab dipanggil Irma ingin berbagi kisah hidup yang penuh perjuangan dan kebahagiaan. Setelah tamat SMA pada tahun 2006, cita-cita saya untuk menjadi polwan terkendala oleh kenyataan ekonomi keluarga yang tidak mendukung. Tanpa ragu, saya langsung beralih profesi menjadi seorang guru di SDK Detuleda sejak tahun 2006 hingga saat ini.
Awalnya, menjadi seorang guru bukanlah cita-cita yang menghiasi impian saya. Namun, seiring berjalannya waktu, setiap hari bersama anak-anak di sekolah, tumbuh rasa senang dan kepuasan dalam hati saya. Meski jauh dari impian awal, menjadi pendidik membawa kebahagiaan yang tak ternilai. Namun, di lubuk hati, keinginan untuk kuliah dan menjadi guru yang lebih baik terus berkembang.
Sayangnya, keinginan tersebut terhalang oleh situasi ekonomi keluarga saya. Ayah saya yang cacat, dengan keadaannya yang sulit, tetap setia bekerja setiap hari mengiris moke untuk membiayai hidup keluarga kami. Ibuk saya, seorang IRT, memegang peran ganda sebagai bapa dan juga ibu, bekerja keras tanpa mengenal lelah demi kebahagiaan kami semua.
Pada tahun 2007, berita mengenai Universitas Terbuka Madawat (UT Madawat) membuka program S1 untuk guru SD mencapai telinga saya. Tanpa pikir panjang, saya memutuskan untuk mendaftar. Meskipun hanya dengan modal kumpulan honor selama satu tahun, tekad saya membawa saya untuk mendaftar dan bersyukur karena bisa membiayai kuliah saya.
Perjalanan kuliah saya menjadi kisah yang penuh semangat dan pengorbanan. Dengan jarak tempuh yang cukup jauh, sekitar 50 kilometer dari desa saya yang terpencil menuju kampus, perjuangan pun dimulai. Saat hujan dan angin mendera, saya tetap bersemangat menempuh perjalanan tersebut. Bahkan ketika banjir melanda, harus menyeberangi jembatan bambu yang licin, saya hampir terbawa arus.
Namun, seperti mukjizat, Tuhan selalu menolong saya. Tekad saya kuat, harus menyelesaikan studi tepat waktu, dan akhirnya, doa-doa saya terjawab pada tahun 2012. UT Madawat mengutus saya dan beberapa teman saya untuk menghadiri wisuda di Jakarta. Kebahagiaan yang tak terkira menyelimuti kami, seakan-akan hidup dalam mimpi yang menjadi kenyataan.
Wisuda tersebut membawa kabar gembira. Kami, sebagai lulusan UT Madawat, meraih kesuksesan dalam dunia pendidikan. Rata-rata teman saya bahkan sudah memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) sebagai guru profesional. UT Madawat membuktikan diri sebagai yang terbaik untuk para guru yang berjuang menggapai ilmu sambil tetap bekerja. Universitas ini memberikan pendidikan terbaik, membimbing para guru untuk meraih kesuksesan dalam karier mereka.
Sebagai bagian dari kelulusan saya, saya tidak hanya mendapatkan gelar akademis, tetapi juga rasa bangga dan keberhasilan dalam mengatasi segala kesulitan. UT Madawat bukan hanya sekadar universitas, melainkan katalisator perubahan positif dalam hidup saya dan teman-teman saya.
Saya dan teman-teman saya yakin bahwa Universitas Terbuka Madawat adalah yang terbaik, membuka jalan bagi mereka yang bermimpi besar, terlepas dari keterbatasan ekonomi. UT Madawat bukan hanya sebuah institusi pendidikan, melainkan merupakan peluang bagi setiap individu untuk mewujudkan impian mereka. Universitas Terbuka Madawat, tempat di mana mimpi-mimpi besar menjadi nyata. (ICHA- WN- Biro Sikka)